Bahaya Antisemitisme Kelompok Islamis

Dunia IslamBahaya Antisemitisme Kelompok Islamis

Kebencian terhadap kaum Yahudi menjadi ciri mayor dari ideologi kelompok Islamis (Islam politik). Antisemitisme yang dianut para Islamis menempatkan orang-orang Yahudi sebagai musuh kosmis. Melawan Yahudi dalam pandangan Islamisme terus berlaku sekalipun tak berhubungan secara khusus dengan konflik apapun, bahkan tidak pula dengan kejahatan Israel terhadap Palestina. Artinya, kebencian para Islamis pada Yahudi itu konstan, tidak pandang alasan. Kebencian vulgar ini demikian berbahaya, karena dapat mengarah pada tragedi dehumanisasi bahkan genosida. Mereka jauh dari kejernihan dalam memandang orang-orang Yahudi.

Sentralitas perlawanan terhadap Yahudi disulut oleh obsesi para Islamis tentang konspirasi Yahudi melawan Islam serta asumsi mengenai rivalitas membentuk tatanan dunia baru antara Yahudi dan Islam. Sayyid Qutb menjadi ideolog yang memahat kebencian pokok terhadap Yahudi, seperti tercatat dalam bukunya Ma’rakatuna ma’a al-Yahud. Permusuhan Islam vs Yahudi disinyalir telah muncul sejak Nabi membangun ‘negara Islam’ Madinah, di mana orang-orang Yahudi dikatakan Qutb menentang pemerintahan itu. Qutb menempatkan Islam dan Yahudi secara diametral, saling bermusuhan, dan Islam dicitrakan sebagai korban kepungan makar Yahudi selama ribuan tahun.

Semangat kebencian kelompok Islamis terhadap Yahudi juga diadopsi dari gagasan anti-Yahudi yang tercantum dalam Protokol Tetua Sion. Sebuah publikasi hasutan bermuatan kebohongan yang menggambarkan ambisi dan konspirasi Yahudi untuk menguasai tatanan dunia. Protokol fiktif itu dimanfaatkan untuk menyebarkan kebencian terhadap orang-orang Yahudi dan mendiskreditkan mereka.

Tidak berhenti pada kebencian dan kejahatan prasangka, antisemitisme merancang agenda yang lebih jauh dari itu. Bernard Lewis sebagaimana dikutip Bassam Tibi dalam Islam dan Islamisme, mencatat dua ciri khas antisemitisme. Pertama, Yahudi dihakimi dengan standar yang berbeda dari yang diterapkan kepada orang lain. Kedua, menisbatkan kejahatan kosmis dan satanik pada orang-orang Yahudi. Labelling kejahatan kosmik itu yang memberi pembenaran atas seruan pemusnahan yang selanjutnya dipraktikkan Nazi dalam Holocaust (Islam dan Islamisme, 2016: 69).

Melawan Zionis Israel dan kritik atas tindakan mereka adalah sepenuhnya absah. Namun antisemitisme Islamis sama sekali bukan suatu perjuangan kemanusiaan atau kemerdekaan bagi bangsa Palestina, bukan pula gerakan membangkitkan Islam dari keterpurukan, melainkan rasisme dan kebencian murni kepada Yahudi. Di saat yang sama mereka juga melecehkan harkat kemanusiaan.

Sentimen anti-Yahudi hampir ada di sepanjang sejarah. Yang diperlihatkan antisemitisme kalangan Islamis adalah sebuah sikap anti-Yahudi yang diislamisasi. Pembacaan historis Qutb yang menggambarkan Islam dan Yahudi secara konfrontatif, saling membenci, mencitrakan bahwa Islam melegitimasi kebencian pada Yahudi. Ayat-ayat al-Quran seputar kaum Yahudi pun dijadikan landasan teologis untuk membenci mereka.

Sementara Islam, sebagai iman, tradisi, dan dari aspek apapun, bersih dari sentimen dan kebencian semacam itu. Islam tidak mengembangkan paham anti-Yahudi. Antisemitisme yang diislamisasi kelompok Islam politik itu adalah suatu temuan baru, bukan berasal dari budaya ataupun ajaran Islam. Antisemitisme Islamis menyalahi setidaknya empat hal. Pertama, jantung ajaran Islam adalah rahmat dan perdamaian, maka seruan membenci yang liyan secara otomatis tertolak dan mengada-ada. Kedua, mendistorsi histori luhur sikap Nabi yang merangkul semua golongan dan keyakinan. Selain itu menyalahi pula sejarah mutualisme peradaban yang terbentuk antara Islam serta Yahudi.

Baca Juga  Dialog Singkat Tentang Muslimah Indonesia Bersama Samia Kotele, Ph.D Candidate di ENS Lyon Prancis

Ketiga, antisemitisme Islamis mengingkari persaudaraan genealogis antara Yahudi dan Islam. Membangun permusuhan terhadap Yahudi sama halnya dengan menodai garis darah Abrahamic religions yang dihadirkan secara berkala oleh Tuhan untuk saling mengakui dan melengkapi satu sama lain. Keempat, bertentangan dengan promosi perdamaian yang terus diupayakan berbagai pihak untuk menjembatani umat Islam dan Yahudi yang selama ini tak akur. Islamisme menaruh suatu jejak agama pada antisemitisme dengan tujuan merekayasa sikap anti-Yahudi sebagai sesuatu yang autentik dari Islam. Padahal antisemitisme Islamis sepenuhnya asing.

Antisemitisme Islamis menampilkan Yahudi sebagai ancaman abadi, bukan musuh biasa, namun musuh yang mustahil diajak berdamai. Tibi, dengan mengetengahkan gagasan Hannah Arendt, mencatat perbedaan antara Yudeofobia (sikap anti-Yahudi) tradisional  yang merupakan bentuk kejahatan, dengan antisemitisme, yang bukan hanya tentang kebencian kepada Yahudi, tapi paham yang merepresentasikan Yahudi sebagai ‘kejahatan’ yang mesti diberantas. Arendt melihat antisemitisme Islamis sebagai ideologi penganjur genosida. Perbedaan antara antisemitisme serta Yudeofobia berkaitan dengan posisi orang Yahudi dalam Islam, di mana kalangan Islamis menyabotase pandangan ramah Islam terhadap Yahudi menjadi brutal.

Qutb selaku konseptor antisemitisme Islamis mengakarkan keyakinan bahwa Yahudi itu selalu keji dan jahat. Dilukiskan sebagai monster haus darah yang berbuat jahat kepada seluruh manusia, yang karena itu harus ditumpas. Berdamai dengan Yahudi dianggap mencederai syariat. Baginya, umat Yahudi dan Zionisme adalah sama. Sebuah generalisasi yang membahayakan kelangsungan hidup umat manusia.

Pemberian bentuk agama pada sentimen anti-Yahudi yang dilakukan Islamis inilah yang membuatnya lebih berbahaya dari antisemitisme Eropa ataupun antisemitisme pan-Arab. Kebencian kosmis kepada Yahudi yang ditata dengan peristilahan-peristilahan religius akan membentuk kaum militan yang bersedia memenuhi panggilan pemusnahan kelompok yang dianggap musuh tanpa syarat, karena menilainya sebagai kepatuhan pada agama.

Generalisasi pandangan kelompok Islamis terhadap Yahudi dan Zionis, keengganan berdamai dengan Yahudi, serta agamaisasi doktrin kebencian terhadap orang-orang Yahudi adalah skema ancaman yang akan menggiring pada kejahatan terburuk terhadap umat manusia. Cara terbaik melawannya adalah dengan mendelegitimasi antisemitisme Islamis sebagai hal yang asing bagi ajaran Islam, klaim autentisitasnya pun ditolak tradisi Islam. Sebab itu, menyigi bagaimana sudut pandang Islam terhadap Yahudi menjadi kunci membaca cacat ideologi kelompok Islamis. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.