Beda Perayaan Idul Adha Tidaklah Mengapa

KhazanahBeda Perayaan Idul Adha Tidaklah Mengapa

Beda waktu perayaan hari raya sudah biasa adanya. Hal itu kembali terjadi untuk Idul Adha tahun ini. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menetapkan 1 Dzulhijjah pada Jumat, 1 Juli dan hari raya Idul Adha jatuh pada Minggu, 10 Juli 2022. Perbedaan dengan ketetapan pemerintah Arab Saudi yang menentukan 10 Dzulhijjah jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022 mengakibatkan getaran keributan sekaligus kebingungan di masyarakat Tanah Air, salah satunya terkait kapan mereka bisa berpuasa sunnah hari Arafah.

Dzulhijjah merupakan bulan haji yang pelaksanaannya dilakukan di Tanah Haram. Sebab itu, sadar atau tidak kita kerap mengasosiasikan ihwal perayaan Idul Adha dengan Arab Saudi. Sehingga ketika terjadi perbedaan waktu hari raya, ekspresi bingung serta panik selalu hadir di antara kita. Ketetapan pemerintah melalui sidang isbat tersebut mengacu pada hasil laporan pengamatan hilal dari 86 titik di 34 provinsi Tanah Air yang tidak melihat adanya hilal.

Perbedaan geografis menjadi penjelas mengapa Arab Saudi dan sejumlah negara Timur Tengah mendapati hilal lebih awal dari sejumlah negara Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Waktu Indonesia yang lebih empat jam dari Arab Saudi membuat hilal lebih mungkin terlihat di Arab Saudi. Bukan karena waktu yang lebih cepat lantas menjadikan Indonesia pasti lebih dahulu mendapati hilal.

Aspek lokalitas serta kondisi alamiah tiap-tiap wilayah membuat perbedaan semacam itu sangat mungkin terjadi. Hal serupa sebetulnya telah menjadi pengalaman sejarah di kalangan sahabat dan tabiin. Dalam Shahih-nya Imam Muslim mencatat pengalaman perbedaan waktu Idul Fitri di masa setelah Nabi.

Diceritakan dari Kuraib RA bahwa Ummu Fadhl telah mengutusnya pergi ke Syam, Kuraib berkata, “Aku tiba di negeri Syam dan aku selesaikan tugasku, lalu datanglah hilal Ramadhan sementara aku di Syam. Aku melihat hilal pada malam Jumat. Kemudian aku pulang ke Madinah pada akhir bulan (Ramadhan). Lalu Abdullah bin Abbas bertanya kepadaku (tentang beberapa hal), kemudian ia menyebutkan tentang hilal. Ibnu Abbas bertanya, “Kapan kamu melihat hilal?”. “Aku melihatnya malam Jumat”, jawab Kuraib. Ibnu Abbas kembali bertanya: “Kamu melihatnya sendiri?”. “Ya, orang-orang juga melihatnya dan mereka pun berpuasa, bahkan Muawiyah pun berpuasa”, jawab Kuraib. Ibnu Abbas berkata, “Tetapi kami (di Madinah) melihat hilal malam Sabtu, maka kami tetap berpuasa sampai kami sempurnakan 30 hari, atau sampai kami melihat hilal (bulan penanda masuk Syawal)”. Kuraib bertanya, “Tidakkah cukup dengan rukyah Muawiyah?”. Ibnu Abbas menjawab, “Tidak, demikian Rasulullah SAW memerintahkan kami.” (HR. Muslim).

Baca Juga  Ngaji Maraqi Al-‘Ubudiyah: Nasehat Bagi Para Penuntut Ilmu (Bagian 2)

Riwayat ini mengafirmasi adanya perbedaan yang tak terhindarkan antarsatu wilayah dengan ilayah yang lain dalam hal penetapan awal bulan hijriah. Masing-masing memiliki lokalitas dan situasinya sendiri. Jarak antara Syam dan Madinah yang berkisar 1.120 kilometer saja bisa berbeda hasil, apalagi Indonesia dengan Saudi Arabia yang terpisah sekitar 7.898 kilometer.

Di mana kita berada, di situ yang kita ikuti ketentuan hukumnya. Seperti halnya keterangan dalam hadis di atas, keputusan yang berlaku di Syam, tak berlaku di Madinah. Jika dalam hal ini lokasi menjadi indikator perbedaan antara waktu hari raya Idul Adha di Indonesia dan Arab Saudi, maka perbedaan kriteria penentuan hilal, menjadi penjelas mengapa ketetapan hari raya Idul Adha Ormas Muhammadiyah tahun ini berbeda dengan keputusan pemerintah Indoensia. Di mana kriteria yang dipakai Muhammadiyah adalah wujudul hilal atau terbentuknya hilal.

Perbedaan demikian bukanlah perkara. Tak perlu membuang energi untuk mendaku yang paling benar. Kita sudah terlatih sejak lama untuk berurusan dengan khilafiah semacam ini. Sudah semestinya masyarakat kita makin matang dan tak memperumit perkara. Cukup bagi kita untuk saling menaruh hormat pada pilihan masing-masing orang. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.