Tidur, Kebesaran Tuhan yang Sering Terabaikan

RecommendedTidur, Kebesaran Tuhan yang Sering Terabaikan

Islam sangat mementingkan produktivitas dan kebugaran dalam setiap perbuatan, termasuk juga ibadah. Al-Quran dan Sunnah begitu menekankan pentingnya pola istirahat yang teratur dan cukup tidur, sebab kondisi kesehatan fisik juga mempengaruhi spiritualitas dan keaktifan ibadah kita. Tidur tidak larut dan bangun subuh merupakan rutinitas khas yang diatur Islam bagi penganutnya.

Pentingnya tidur siang dan malam tidak dapat diremehkan dalam budaya Islam. Di dalam Al-Quran telah ditegaskan bahwa tidur itu begitu penting dan menyebutkannya sebagai salah satu tanda kebesaran Allah yang harus direnungkan. Allah SWT berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari, dan usahamu mencari sebagian dari karunia-Nya (QS. Rum: 23)

Dalam penafsirannya, Imam Ibn Katsir menegaskan “dengan tidur manusia akan mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan segala kelelahan dan keletihannya bisa hilang”. Kebesaran tuhan dalam fenomena tidur manusia begitu terang dan jelas, sehingga ayat ini mudah dipahami seperti yang disebutkan para mufassir. Prof. Quraish Shihab, ketika menjelaskan ayat di atas dalam tafsirnya, menyatakan bahwa tidak ada halangan untuk memahami pernyataan ini sesuai dengan teks dan bunyinya. Sesungguhnya malam diciptakan oleh Allah SWT untuk istirahat (tidur) dan siang untuk rejeki (bekerja). Kalimat tersebut juga dapat diartikan sebaliknya, karena beberapa orang bekerja pada malam hari dan bukan pada siang hari. 

Tidur nyenyak adalah ‘kemewahan’ dan merupakan berkah bagi manusia. Kelelahan yang disebabkan oleh kurang tidur, dapat menyebabkan stres fisik dan mental. Tidur merupakan salah satu anugrah yang diberikan oleh Allah SWT kepada umat manusia. Setiap hari, seseorang akan mengalami dua dunia yang berbeda, yaitu alam sadar, dan alam tidur. Tidur adalah saat di mana jiwa, roh, dan kecerdasan seperti menghilang. Saat tidur, seseorang tidak melihat, mendengar atau merasakan berlalunya waktu. Ini jelas membuktikan kekuasaan Allah SWT yang menghidupkan dan mematikan setiap ciptaan-Nya tanpa memandang siang atau malam.

Nabi Muhammad SAW mendorong para sahabatnya untuk tidak aktif pada waktu malam setelah shalat Isya, yakni waktu menjelang beristirahat. Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW tidak menyukai tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelah Isya (HR. Bukhari). Bagaimanapun, pola tidur seorang Muslim berkaitan erat waktu Shalat. Kita dianjurkan untuk tidur setelah Isya dan bangun sebelum subuh. Selain itu, kita juga diajarkan untuk menghindari tidur yang tidak baik, yaitu di pagi hari setelah subuh dan di sore hari setelah ashar.

Baca Juga  Insecurity Israel terhadap Bendera Palestina

Nabi SAW mengajarkan tidur sebagai bentuk jeda dan istirahat bagi tubuh agar dapat menjalankan aktivitas dan ibadah sehari-hari dengan baik. Aisyah ra meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, Jika ada di antara kalian mengantuk saat shalat, hendaknya ia tidur hingga kantuk itu hilang. Sesungguhnya jika salah seorang di antara kalian salat dalam keadaan mengantuk, maka ia tidak tahu mungkin saja ia hendak meminta ampunan, ternyata justru mencela dirinya sendiri (HR. Muslim). 

Dalam hadits lain, diriwayatkan bahwa Nabi SAW pernah memasuki sebuah masjid dan menemukan tali yang menghubungkan dua tiang. Saat ditanya, beliau diberitahu bahwa tali itu milik Zainab untuk pegang ketika dia lelah saat melakukan shalat. Lepaskanlah tali itu. Hendaklah salah seorang dari kalian shalat ketika kondisi semangat. Sedangkan jika ia malas atau lelah, hendaklah ia duduk (HR. Muslim).

Kedua hadits ini menunjukkan bahwa Nabi SAW sangat mementingkan istirahat dan kecukupan tidur. Meskipun Nabi Muhammad SAW konsisten dalam ibadah dan aktivitas sosial lainnya, beliau tidak pernah meremehkan tidur dalam sunnahnya. Selain karena tidur merupakan kebesaran Allah SWT yang disebutkan di dalam al-Quran, beristirahat dengan tidur juga sangat baik bagi kebugaran dan kesehatan yang mempengaruhi produktivitas. Nabi SAW bahkan beristirahat di siang hari dengan tidur siang singkat yang disebut Qailullah.

Qailullah melengkapi tidur yang dilakukan pada malam hari, terutama setelah seseorang merasa lelah setelah bekerja selama setengah hari. Dalam kitab Misykatul Masabih dikatakan bahwa, “tidur siang sebentar tidak dipandang rendah. Rasulullah pun melakukan hal yang sama. Hal ini dapat menyeimbangkan kekuatan tubuh setelah melakukan shalat malam”. Secara ilmiah, Qailullah atau yang dikenal dengan tidur siang,  memberikan dampak positif yang besar, seperti yang telah diakui oleh para ilmuwan modern dan sangat berpengaruh bagi produktivitas dan kreativitas seseorang.

Siangkatnya, tidur merupakan nikmat yang luar biasa yang diciptakan Allah bagi kebaikan manusia, tidak sepantasnya kita mengabaikan pentingnya tidur yang berkualitas. Tidur bukan berarti tubuh melemah, namun sebaliknya, saat tidur tubuh kembali diperkuat dan diberi energi untuk beraktivitas kembali dengan tenaga yang baru. Pentingnya tidur telah ditekankan dalam al-Quran dan Sunnah Nabi SAW. Maka dari itu, setiap Muslim harus mengatur pola istirahatnya sebaik mungkin sehingga dapat beraktivitas dengan produktif.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.