Madura, dari Sejarah hingga Ajaran Luhur

KhazanahBukuMadura, dari Sejarah hingga Ajaran Luhur

Buku               : History of Madura (Sejarah, Budaya, dan Ajaran Luhur Masyarakat Madura)

Penulis            : Drs. H. Muhammad Syamsuddin, M.Si

Penerbit           : Araska

Terbitan           : Maret, 2020

ISBN               : 978-623-7145-35-6

Halaman          : 288

Peresensi         : Musyfiqur Rozi

Buku hadir dalam rangka menguak sejarah panjang Madura, baik dari tradisi hingga ajaran luhur yang dianut masyarakat Madura. Seringkali, kita menilai bahwa masyarakat Madura adalah masyarakat yang kasar, beringas dan kriteria negatif lainnya. Sialnya, stereotip ini tidak berbanding lurus dengan masyarakat Madura secara umum.

Bagian pertama, penulis berusaha mengulas sejarah singkat Madura, kondisi geografis, sistem perekonomian dan tradisi merantau masyarakat Madura. Kondisi geografis yang tandus membuat para penduduk Madura berprofesi sebagai petani. Dan yang menjadi andalan adalah tanaman tembakau. Selain itu, masyarakat Madura juga banyak yang bekerja sebagai petani garam. Dalam catatan sejarah, Madura telah menjadi penghasil sekaligus pengekspor garam. Oleh karena itu, Madura disebut-sebut sebagai pulau garam. (27)

Kuntowijoyo mengutip pendapat J. Hageman Jcs yang menyebutkan bahwa Madura pada mulanya adalah sebuah nama yang digunakan untuk kerajaan, yang dalam perkembangannya bernama Bangkalan. Nama ini juga digunakan pemerintah kolonial pada tahun 1857 sebagai sebuah karesidenan yang terdiri atas tiga kelompok pulau. (13) Pulau Madura sebagai Induk, pulau di sekitar pulau Madura (Gili Genting, Talango, dan Gili Iyang) dan yang ketiga adalah pulau yang jauh dari pulau Madura sebagai induk (Raas, Sepanjang, Sapudi, dll).     

Bagian kedua, penulis mengupas agama, bahasa dan budaya Madura. Etnis Madura sangat kuat dan taat dalam menjalankan riual keagamaan. Adanya pondok pesantren sangat menopang dan berpengaruh terhadap kultur budaya Madura. Dari pesantren inilah lahirlah para tokoh-tokoh di berbagai tempat. Adanya pondok pesanten Syaikhana Khalil (Bangkalan), al-Araqqi (Sampang), Mambaul Ulum Bata-Bata (Pamekasan) dan Annuqayah (Sumenep) adalah bukti kuat bagaimana tradisi Islam sangat kental di pulau Madura.

Pun demikian dengan corak bahasa yang digunakan masyarakat Madura. Penulis menyebutkan bahwa bahasa Madura adalah turunan dari bahasa Austronesia dan ranting dari bahasa Melayu-Polinesia. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa bahasa yang mengalami persamaan dengan bahasa daerah lainnya. Namun, ada juga bahasa yang memang murni tak terkontaminasi oleh budaya luar, seperti di Kangean.(64)

Baca Juga  Korupsi Hak Publik Muslimah

Lain lagi ketika penulis membasa masalah tradisi di Madura. Ada tradisi yang bersifat ritual keagamaan, seperti sar-kosar kuburan, lebaran ketupat, dan lain-lain. Ada pula tradisi yang mempertahankan nama baik atau marga, seperti carok dan karapan sapi. Boleh jadi, streotip terhadap masyarakat Madura berangkat dari tardisi carok ini.

Masyarakat Madura juga melahirkan beberapa falsafah. Di antaranya, rampa’ naong beringin korong atau abental sada’, asapo’ iman, apajung Allah. Maksud dari fasalah tadi adalah lailaha illa allah, abantal syahadat, asapo’ iman apajung Allah. Wijaya menyebutkan bahwa nuansa keislaman dengan nilai-nilai budaya telah mengkristal sehingga sulit membedakan mana nilai keagamaan dan mana nilai budaya.

Terakhir, penulis juga membahas kelas-kelas sosial. Kelas pertama adalah Sentana (bangsawan). Kelas ini umumnya adalah keluarga raja. Kelas ini biasanya ditandai dengan gelar raden, panji dan ario. Biasanya, keluarga kerajaan mempunyai posisi penting di birokrasi ataupun pemerintahan. Kedua, mantri (abdi delem). Sistem kerajaan yang dianut membutuhkan orang-orang yang mengabdi dan bekerja di lingungan kerajaan. Posisi mereka diakui oleh raja-raja pribumi maupun rezim Belanda. (211)            

Buku ini sangat layak dibaca oleh etnis Madura maupun non entis  yang ingin mengetahui sejarah panjang Madura. Buku yang mengulas tentang sejarah, kondisi geografis, kekayaan budaya, sumber daya alam hingga manusianya. Melalui buku ini, pembaca akan mengenal lebih dalam tentang pandangan hidup, tradisi dan ajaran luhur yang menjadi prinsip hidup orang-orang Madura. Semoga informasi dalam buku ini memberikan pemahaman yang utuh sehingga tidak ada lagi orang yang terjebak pada stereotip naif dan berbahaya.

Musyfiqur Rozi
Musyfiqur Rozi
Alumnus Annuqayah (Lubangsa Utara), sedang melanjutkan pendidikan di Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.