Membentuk Kepribadian ala Rasulullah

KhazanahBukuMembentuk Kepribadian ala Rasulullah

Resensi Buku: Muhammad (How He Can Make You Extraordinary)


Buku : Muhammad (How He Can Make You Extraordinary)
Penulis : Hesam Al-Awadi
Penerjemah : Nadya Andwiyani
Penerbit : Serambi
Terbitan : Desember, 2018
ISBN : 978-602-290-081-8
Tebal Buku : 225
Peresensi : Musyfiqur Rozi


Nabi Muhammad SAW adalah suri tauladan bagi umat manusia dan pembawa risalah bagi
seluruh alam yang memiliki semua sifat terpuji serta dijamin masuk surga oleh Allah swt. Beliau merupakan sosok Nabi yang paling banyak ditulis sejarah hidupnya. Buku yang membahas biografi lengkap ditulis M. Quraish Shihab atau Martin Ling. Penulis lain yang membahas tentang Nabi SAW dari kacamata intelektualnya adalah Tariq Ramadhan. Buku “Muhammad: How He Can Make You Extraordinary” ini berbeda dari buku-buku sebelumnya. Penulisnya, Hesam al-Awadi, menulis sudut pandang kepribadian Nabi SAW.


Dalam kata pengantarnya, Hesam al-Awadi berusaha menggunakan diksi yang berbeda
ketimbang buku yang banyak kita jumpai. Beliau juga memetakan usia Mabi Muhammad SAW. Dari usia anak, remaja, remaja dewasa hingga menjadi Rasul. Sebab, buku ini ingin membahas secara lebih terperinci tentang pembentukan karakter Muhammad. Di sini kita bisa memahami bahwa objek dari para pembaca buku ini adalah kaum muda. Buku ini memberikan inspirasi bagaimana Muhammad SAW meniti hari dan menata diri di usia muda.


Pengalaman belajar yang dilalui Hesham al-Awadi sangat mempengaruhi tulisannya di dalam buku ini. Ia berusaha menyampaikan olah pikirnya dengan bahasa yang lugas dan sederhana. Hesham al-Awadi melihat dan mengangkat sisi lain dari Nabi Muhammad. Di bagian awal, ia membahas bahwa menjadi pribadi yang baik adalah keharusan setiap orang, namun terpilih menjadi Rasul adalah sebuah keistimewaan tersendiri. Sebab, menjadi Rasul harus melalui tahapan-tahapan yang sulit.

Meskipun demikian, Nabi Muhammad SAW tidak pernah jumawa dengan kedudukan yang dimilikinya. Menjadi Rasul adalah keistimewaan namun juga tidak melepaskan sifat manusiawinya. Hal ini selaras dengan sabda Beliau, “aku diutus untuk menyempurnakan akhlak”.

Oleh sebab itu, kita dapat mengambil pelajaran bahwa pembentukkan karakter dimulai dengan mengembangkan hal baik dari diri sendiri. Setiap anak terlahir dengan bakat. Pun juga yang terjadi pada Muhammad kecil. Beliau memiliki kecakapan hidup dan kecerdasan emosional. Kepribadian seorang anak berkembang dalam enam tahun pertama bersama orang tua. Meski hidup Aminah relatif singkat, Muhammad kecil terpenuhi kasih sayang, pelukan, ciuman dan senyuman orang tua.

Baca Juga  Bung Karno, Pemimpin Penuh Cita dan Kasih

Benar memang Nabi Muhammad yatim-piatu. Namun ia tidak sendirian apalagi kesepian. Sifat pemimpin yang ditunjukkan kakeknya, welas kasih dari ibunya dan perdagangan dari pamannya menjadikan sosok Muhammad kecil semakin matang kepribadiannya. Kehilangan orang tua di usia dini menjadikan Muhammad kecil menjadi anak yang luar biasa. Tentu kehilangan ibu di usia belia akan menimbulkan goncangan yang hebat di hatinya. Goncangan itu juga lambat laun akan menjadikan kepribadian seseorang kuat dan tangguh. Kita tahu bahwa anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang krang tidak stabil akan sangat mempengaruhi kepribadian anak tersebut.


Faktor lain yang membentuk kepribadian Nabi adalah lingkungan. Kita tahu bahwa
lingkungan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter setiap anak. Beliau merupakan
sosok yang berpikiran terbuka, berteman dengan orang-orang terhormat dan santun dari latar belakang yang beragam. Bersikap positif, terjun ke masyarakat, mengambil inisiatif, jujur, berbudi pekerti yang luhur dan bersikap kreatif menjadikannya yang paling menonjol diantara pemuda seuisianya.

Di usia 25 tahun Muhammad menikah dengan Khadijah. Meski usianya lebih tua,
namun perempuan itu sangat mempengaruhi kepribadian yang dimiliki Muhammad SAW.
rasa pengertian di antara pasangan secara otomatis mempengaruhi stabilitas dalam keluarga. Lebih-lebih ketika keluarga kecil ini memilih untuk mengadopsi Ali, sepupu Muhammad.


Muhammad terjun ke masyarakat, tetapi tanpa merasa perlu mengikuti kepercayaan
mayoritas. Bahkan, keyakinannya lebih dekat dengan para anggota agama yang minoritas pada zamannya. Agama yang hanif dan belum terkontaminasi oleh budaya yang sangat menjunjung tinggi partiarki.

Singkatnya, seringkali kita memperdebatkan apakah sifat yang dimiliki Muhammad adalah sifat bawaan atau faktor pola asuh. Hal itu sebetulnya tidak cukup urgen. Sebab, yang terpenting adalah bagaimana kita berusaha mengikuti budi luhur yang contohkan Nabi SAW selama masa hidupnya. Masing-masing dari kita berpotensi memiliki kepribadian ala Rasulullah SAW. Dalam setiap babnya, buku Muhammad: How He Can Make You Extraordinary ini dilengkapi dengan ringkasan yang memudahkan para pembaca untuk mengingat poin-poin penting. Kehadiran buku ini dapat menginspirasi para pembaca untuk terus berlatih dan berusaha membentuk kepribadian ala Rasulullah SAW.

Musyfiqur Rozi
Musyfiqur Rozi
Alumnus Annuqayah (Lubangsa Utara), sedang melanjutkan pendidikan di Mahasiswa UIN Sunan Ampel
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.