Tobatnya Begal Karena Kejujuran Syekh Abdul Qadir al-Jailani

KhazanahHikmahTobatnya Begal Karena Kejujuran Syekh Abdul Qadir al-Jailani

Siapa yang tak kenal Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Selain populer di dunia luas, namanya juga sangat familiar di tengah Muslim Tanah Air, di antaranya karena kerap disebut saat bertawasul. Sufi tersohor asal Jailan–kini wilayah Iran–ini bernasab mulia hingga ke Sayyidina Hasan bin Ali Abi Thalib. Ada pula yang menuturkan sampai ke Sayyidina Husein. Sejak kecil ia telah yatim, lalu diasuh ibu dan kakeknya, ia tumbuh dalam naungan ilmu, kebaikan, dan takwa. Latar belakang keluarga yang saleh dan pengasuhan yang baik membentuknya menjadi pribadi berhias akhlak mulia.

Manakala menginjak usia remaja, ia memulai perjalanan intelektual dengan pergi ke Baghdad pada tahun 488 H. Baghdad ketika itu merupakan pusat keilmuan terbesar di dunia Islam. Ramai dengan konstelasi besar para ulama dalam berbagai bidang. Ia pun belajar dengan banyak ulama mengkaji beragam ilmu. Berguru kepada guru tasawuf hingga dikenal luas dan memiliki banyak pengikut.

Menjelang keberangkatan anaknya ke Baghdad, ibunda Syekh Abdul Qadir berwasiat, “Wahai anakku, jangan berdusta karena seorang mukmin tidak berdusta. Wahai anakku, jadilah orang yang selalu jujur sebagaimana aku membesarkanmu, karena itu adalah harapanku padamu”. Abdul Qadir remaja memegang teguh apa yang diwasiatkan oleh sang ibu. Hal ini terbukti melalui kejadian yang dialaminya di tengah perjalanan menuju Baghdad.

Ketika rombongan Syekh al-Jailani meninggalkan Hamdan menuju Baghdad, sekelompok perampok menghampiri rombongan Syekh al-Jailani yang merupakan para pedagang, mengepung mereka dari semua sisi dan menyuruh untuk menyerah. Para bandit itu satu per satu menggeledah rombongan tadi lalu menanyakan apa yang mereka bawa. Kesemuanya menyangkal bahwa mereka memiliki sesuatu.

Tiba giliran Syekh al-Jailani. Bandit yang mendatanginya melihat ia sebagai bocah yang tak nampak memiliki harta, tidak pula tampang yang meyakinkan. Meskipun demikian ia tetap ditanya tentang harta apa yang dibawa serta. Perampok itu yakin bahwa ia tak membawa harta apapun. Tak disangka Syekh al-Jailani mengaku membawa 40 dinar yang disimpan di bawah lengan bajunya.

Baca Juga  Islam Ramah TV: Santri Milenial Menjawab Pertanyaan Seputar Kesantrian

Pengakuan itu mengagetkan para pencuri hingga ia beberapa kali ditanya untuk memastikan. Para bandit tadi pun mengira bahwa pemuda ini tengah mengejek dan mempermainkan mereka. Syekh al-Jailani mengeluarkan dinar itu lalu berkata, bahwa ibunya berwasiat untuk senantiasa jujur di manapun itu.

Ucapan Syekh al-Jailani membawa pengaruh besar kepada kumpulan perampok tadi. Mata mereka berlinang mendengar pengakuan Syekh al-Jailani. Kejujuran remaja itu mengantarkan mereka menuju pintu tobat. Pimpinan rampok itu kemudian menyuruh para anak buahnya untuk mengembalikan semua barang yang dirampas dari kafilah itu.

Ada beberapa hal yang bisa kita cermati dari kisah tersebut. Pertobatan kawanan perampok melalui tangan Syekh al-Jailani menunjukkan karamah dari Allah bagi hamba-Nya yang terpilih. Ia adalah seorang saleh hingga kejujurannya adalah perantara besar yang membawa berkah. Lebih prinsip dari itu, sikap jujur memang merupakan sarana kebaikan yang bisa membawa pada bahagia surga. Seperti sabda Nabi SAW, Sesungguhnya kejujuran itu membawa pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan itu membawa ke surga. Dan sesungguhnya bila seseorang selalu berlaku jujur, ia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur (HR. Muttafaq ‘alaih).

Peristiwa itu juga merupakan salah satu cobaan Syekh al-Jailani dalam rihlah menuntut ilmu. Sejatinya pengembaraan mencari ilmu tidak pernah nihil dari gangguan. Beragam ujian telah dialami Syekh Abdul Qadir al-Jailani sebelum pada gilirannya ia menjadi ulama besar yang masyhur di penjuru alam. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.