Drama Kejahatan Israel terhadap Shireen Abu Akleh

Dunia IslamDrama Kejahatan Israel terhadap Shireen Abu Akleh

Insan pers kembali menjadi korban aksi biadab pasukan Israel. Reporters Without Borders mencatat setidaknya ada 144 jurnalis Palestina yang menjadi korban kekerasan pasukan Israel di Jalur Gaza, Tepi Barat, dan Jerusalem Timur sejak 2018. Kali ini Shireen Abu Akleh (51), jurnalis al-Jazeera yang tengah meliput operasi militer Israel di Jenin, Tepi Barat, tewas akibat tembakan tentara Israel (IDF) pada Rabu (11/5/2022). Wartawan Palestina yang memegang kewarganegaraan Amerika ini ditembak di area bawah telinga. Padahal, sangat jelas ia mengenakan rompi anti peluru serta helm yang bertuliskan “Press”. Kejahatan perang tersebut seperti biasa ditanggapi Israel dengan adegan yang mempermainkan emosi publik dunia.

Segera setelah berita mengenai kejadian itu tersebar, Israel membantah bahwa anggota IDF yang menembak Shireen, dan berbalik menuding milisi Palestina sebagai pelaku penembakan rombongan jurnalis di Jenin hingga menewaskan koresponden senior al-Jazeera tersebut. Hal ini disampaikan oleh Perdana Menteri Israel Naftalli Bennet. Hal serupa dikatakan oleh Brigadir Jenderal Ran Kohav, juru bicara IDF yang meragukan pasukannya menembak Shireen.

Israel dan sekutu setianya, AS, secara sinergis mementaskan drama propaganda dan berusaha memutarbalikkan fakta. Amerika melalui juru bicara Departemen Luar Negerinya, Ned Price, memang bersegera mengutuk pembunuhan itu dan menyerukan penyelidikan. Namun kemudian AS mengatakan bahwa penyelidikan cukup diserahkan kepada Israel, tak perlu ada penyelidikan independen.

Seruan agar penyelidikan ditangani Israel tak lain hanyalah isyarat kosong. Bagaimana mungkin meminta Israel menyelidiki isu kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan sedangkan mereka adalah pemain utama kekejian tersebut kepada warga Palestina selama lebih dari 70 tahun. Yang sudah-sudah, apa yang dilakukan Israel adalah upaya cuci tangan menghindari pertanggungjawaban kejahatan mereka. Bukan penyelidikan untuk mengungkap fakta serta menghukum yang bersalah atas kasus serupa. Israel tidak akuntabel.

Melansir dari Harian Kompas (11/5/2022), Mounir Nesseba, seorang pengajar hukum internasional di Al-Quds University mengatakan, bahwa ada kebiasaan membebaskan tentara Israel dari kejahatan mereka terhadap orang Palestina. Sebab itu, sulit mengharapkan Israel mau bertanggung jawab. Tiap kali ada laporan kejadian semacam itu, Israel tak pernah serius menyelidikinya.

Celoteh Israel sangat pantas diragukan. Israel secara sistematis menyebar pernyataan serta video untuk membangun asumsi bahwa kematian Shireen adalah karena ulah milisi bersenjata Palestina. Insiden tersebut, yang ternyata juga melukai seorang wartawan bernama Ali Samoudi, disaksikan jelas oleh sejumlah jurnalis, di antaranya Shatha Hanaysha yang berada di sisi Shireen saat ia tertembak. Rombongan jurnalis itu melihat bagaimana tentara Israel tiba-tiba menembaki mereka tanpa ada peringatan atau permintaan untuk menyudahi liputan terlebih dahulu.

Baca Juga  Kiai Said: Yang Bukan Ahli Agama Jangan Bicara Agama

Mesin propaganda memainkan peran besar di sini. Media arus utama bahu membahu merangkai narasi untuk memojokkan Palestina. Middleeasteye.net (12/5/2022) mencatat, The Associated Press misalnya, menulis bahwa Abu Akleh telah “terbunuh oleh tembakan”. Sebuah narasi yang secara sengaja mengaburkan tuduhan kuat bahwa penembak jitu Israel yang membunuh Shireen.

Pernyataan yang lebih menggelisahkan datang dari Harian New York Times. Media Barat arus utama ini menulis, bahwa salah seorang jurnalis al-Jazeera–Shireen–terbunuh di kota Jenin selama terjadinya bentrokan antara pasukan Israel dan milisi bersenjata Palestina. New York Times memelintir pernyataan resmi al-Jazeera, dengan menyebut bahwa Shireen terbunuh karena konfrontasi dua pihak. Sedangkan al-Jazeera menyatakan wartawannya tewas tertembak sebab serangan pasukan Israel. Liputan media Barat sebatas membebek pernyataan Israel, alih-alih mengungkap kejadian di lapangan.

Sebenarnya bukan hal baru jika Israel berusaha mengacaukan fakta dan menyebarkan misinformasi terkait Palestina. Polanya sudah terbaca. Situasi menyatakan jelas, serangan itu adalah ulah pasukan Israel. Shireen dan rekannya melakukan liputan di area terbuka. Tak ada konfrontasi antara tentara Israel dan pejuang Palestina sebagaimana yang dinarasikan pihak Israel.

Al-Samoudi, jurnalis yang tertembak di bagian punggung saat serangan itu pun menegaskan, pasukan Palestina tidak ada di lokasi kejadian. Militer Israel nampak sengaja menyasar wartawan. Mereka bahkan tak berhenti menembak setelah Shireen terkapar. Keterangan Ali Samoudi secara tak langsung menepis klaim pihak Israel bahwa Shireen kemungkinan tertembak oleh milisi bersenjata Palestina.

Shireen adalah jurnalis kawakan yang telah puluhan tahun meliput kolonialisme Israel dan kekerasan mereka terhadap warga Palestina. Shireen adalah ikon perlawanan Palestina dan menjadi figur yang telah dikenal luas di dunia Arab. Ia mendapat tempat istimewa di hati rakyat Palestina, sehingga wajar ribuan warga Palestina memberikan penghormatan kepada almarhumah dengan beramai-ramai mengiringi prosesi pemakamannya.

Habis kata-kata untuk melukiskan kebiadaban Israel. Komposisi antara propaganda, kemunafikan, kejahatan yang terukur dan sistematis Israel beserta sekutu-sekutunya adalah adegan menjijikkan yang hanya diperbuat makhluk hina. Hidup Shireen dianggap tak penting dan dehumanisasi atasnya berlanjut bahkan setelah ia tak bernyawa. Rezim kotor Israel harus tumbang, segera! Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.