Ibnu Atha’illah: Buah Ilmu yang Bermanfaat

KhazanahHikmahIbnu Atha'illah: Buah Ilmu yang Bermanfaat

Hakikat ilmu itu bermanfaat. Namun, dikatakan tidak bermanfaat apabila digunakan secara sewenang-wenangnya dan merugikan orang lain. Fungsi dari setiap keilmuan itu dapat memberi jalan keluar manusia dari kesulitan, mencerminkan akal budi yang luhur, dan mengantarkan pada yang haq, Allah SWT.

Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam mengatakan:

العلم النافع هو الذي ينبسط في الصدر شعاعه و ينكشف به عن القلب قناعه

Ilmu yang bermanfaat adalah yang cahayanya melapangkan dada dan menyingkap tirai kalbu. Syekh Abdullah asy-Syarqawi al-Khalwati dalam syarahnya (2019), ilmu yang bermanfaat ialah ilmu tentang Allah, sifat-sifat-Nya, asma-asma-Nya, dan bersopan santun di depan-Nya. Ilmu inilah yang cahayanya melapangkan dada, sehingga hilanglah segala macam angan dan keraguan darinya.

Tentu kita pernah menyadari, saat ilmu yang berkaitan dengan Allah dalam mendengarkan dakwah-dakwah seakan-akan hati dan pikiran terbuka untuk menjadi seorang hamba yang taat dan bermanfaat bagi manusia. Ilmu kesabaran diamalkan ketika mendapat ujian merupakan bentuk cahaya kelapangan hati dalam menerima takdir. Kesabaran menumbuhkan kestabilan dalam mengendalikan situasi yang pelik, ketimbang rasa tidak sabar itu sendiri. Hendaknya orang belajar harus menguasai ilmu sekaligus amal dalam kesabaran dan keuletan. Tanpa kedua hal itu, dalam menjejaki ilmu kita hanya akan menemukan rasa keputusasaan atau gagal.

Secara tidak langsung mereka yang memelajari keilmuan tentang Allah akan lahir pengejawantahan sifat Tuhan yang penuh welas asih. Tak ada yang lebih besar kasih sayangnya di alam semesta ini kalau bukan Allah SWT. Kendati tak sedikit manusia yang lupa dan tidak beradab kepada Tuhannya, tetapi hingga saat ini orang-orang tersebut masih dalam keadaan baik-baik saja. Itu menunjukkan Allah Maha Pengampun dan memberi kesempatan agar mengenal-Nya lebih jauh hingga tumbuh kesadaran agar untuk bertaubat.

Baca Juga  Mengatasi Kemiskinan dengan Terapan Nilai Sufisme

Kemudian Ibnu Athaillah juga mengungkapkan, Sebaik-baik ilmu adalah yang disertai rasa takut kepadanya. Dalam hal ini, senada dengan firman Allah SWT yang memuji para ulama. Mereka adalah contoh orang-orang yang berilmu sekaligus memiliki rasa takut yang melahirkan adab. Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepadanya, hanyalah ulama. Sungguh Allah Maha Perkasa Maha Pengampun (QS. Fathir: 28).

Bukan buah ilmu bermanfaat jika seorang memilikinya terpancar akhlak yang buruk. Tidak mengindahkan nilai-nilai dan rasa kemanusiaan. Itu sebabnya, ilmu yang bermanfaat diaplikasikan dengan perbuatan-perbuatan benar yang disertai rasa takut.

Menurut Syekh Abdullah asy-Syarqawi, ilmu yang benar adalah yang harus disertai rasa takut terhadap pengamalannya, sikap menjaga hukum Allah, taat dan percaya kepadanya berpaling dari dunia dan para pencarinya, mengurangi kebendaan dan menjauhi pintu-pintunya, memberi nasihat kepada makhluk, dan berakhlak baik terhadap mereka, tawadhu’, menemani orang-orang fakir, serta mengagungkan Allah.

Syahdan, ilmu yang tidak dibersamai dengan rasa takut bukan kemanfaatan yang lahif, melainkan petaka. Khauf atau rasa takut itu adakalanya penting selagi tidak mengganggu kenyamanan dalam beribadah. Khauf dimunculkan berguna untuk ketaatan, menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Bukan ketakutan yang bersifat negatif, yang justru memunculkan rasa ketidakpercayaan diri. Demikian, buah dari ilmu yang bermanfaat yaitu cahaya yang melapangkan dada dan menyingkap tirai kalbu. Semua hal tersebut tertanam kepada orang yang memiliki akhlak mulia.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.