Renungan Idul Fitri

KhazanahHikmahRenungan Idul Fitri

Hari Raya Idul Fitri merupakan awal yang baru bagi orang beriman yang telah berusaha mensucikan jiwa dan membersihkan diri dosa selama bulan Ramadhan. Inilah hari pertama saat jiwa kita kembali ke kondisi aslinya. Amirul Mu’minin, Ali bin Abi Thalib, berkata, “Idul Fitri adalah Hari Raya bagi orang yang puasanya diterima Allah dan shalatnya dihargai-Nya. Dan setiap hari di mana tidak ada dosa kepada Allah yang dilakukan adalah Idul Fitri” (Nahjul Balaghah, khutbah ke 428). 

Idul Fitri memiliki banyak makna spiritual. Hari istimewa ini dikenal sebagai hari Fitrah, hari saat kita bersukacita karena kembali pada fitrah kita sejati diciptakan oleh Allah SWT. Fitrah adalah naluri alami manusia untuk menyembah Tuhan. Di dalam al-Quran, Allah SWT berfirman, …tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu… (QS. Rum: 30). Mufassir berbeda-beda dalam menerangkan makna fitrah dalam ayat ini, yang jika dirangkum setidaknya ada empat pendapat, yakni naluri ketauhidan, naluri beragama, berislam, dan fitrah yang artinya kesucian.

Pada intinya, fitrah merupakan keadaan murni manusia saat pertama kali dilahirkan. Berdasarkan teologi Islam, manusia dilahirkan dengan kecenderungan bawaan kepada tauhid. Dalam Ensiklopedia al-Quran: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-Konsep Kunci (h. 40), dijelaskan bahwa kecenderungan asli atau dasar manusia adalah menyembah Tuhan Yang Maha Esa. Fitrah cenderung kembali kepada Tuhan sebagai manifestasi esensial dari kecenderungan kepada kebenaran. Untuk itu, kembali ke fitrah berarti kembali menjadi diri yang sesungguhnya, yaitu Hamba Allah, yang menyembah dan menaati Allah SWT.

Kembali pada fitrah melalui ketaatan di bulan Ramadhan adalah sebuah pencapaian yang besar. Selama sebulan kita dilatih untuk melakukan perjalanan kembali kepada Allah, memperbanyak ketaatan, taubat, dan secara umum memperbaiki fitrah kita. Maka dari itu kita dianjurkan untuk merayakan  , terutama dengan Takbir untuk mengagungkan Allah atas bimbingannya selama Ramadhan. Allah SWT berfirman, ….hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur (QS. Al-Baqarah: 185)

Baca Juga  Muslim Merayakan Tahun Baru Masehi, Apa Masalahnya?

Al-Quran menggambarkan Idul Fitri sebagai hari untuk bersyukur atas semua rahmat dan anugerah Allah SWT yang amat banyak. Allah telah memberikan kita petunjuk dan hidayah di bulan suci Ramadhan. Membimbing kita untuk mencapai kedekatan dengan-Nya melalui puasa, ibadah, dan taubat agar dosa-dosa kita diampuni di bulan itu. Tanpa semua anugerah-Nya itu, manusia tidak akan tahu bagaimana kembali pada fitrah untuk menjadi hamba-Nya dan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. 

Maka dari itu, pada hari raya Idul Fitri ini, kita berkumpul dalam keagungan dan rasa syukur kepada Allah. Pada hari ini pula, kita patut bergembira karena mendapat kabar bahwa dosa-dosa masa lalu kita telah diampuni. Nabi SAW bersabda,  “Siapapun yang berpuasa pada bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya pada masa lalu akan diampuni,” (H.R. Bukhari). Ampunan dari Allah adalah hadiah terbesar yang dijanjikan-Nya bagi orang-orang yang telah tulus berpuasa Ramadhan. 

Berkumpul di lapangan terbuka untuk berdiri melaksanakan shalat ‘Ied dapat menjadi momen pengingat tentang Hari Kebangkitan di akhirat kelak. Konon, Ali bin Abi Thalib RA begitu menghayati hari raya idul fitri sebagai hari yang serupa dengan hari saat seluruh umat manusia berdiri di hadapan Tuhan kelak. Ia mengatakan, “jika engkau keluar dari rumahmu untuk pergi ke tempat-tempat shalat, ingatkanlah dirimu tentang hari ketika jiwamu keluar dari tubuhmu untuk pergi kepada Tuhanmu. Ketika engkau berdiri di tempat-tempat shalat, ingatlah bahwa dirimu akan berdiri di hadapan Tuhanmu pada Hari Pembalasan. Dan ketika engkau kembali ke rumah setelah shalat, ingatlah tentang kembalinya engkau ke rumahmu di surga.”

Singkatnya, Idul Fitri ini menjadi pengingat spiritual dari sifat yang melekat pada manusia, yaitu fitrah. Semoga Jiwa kita yang diselimuti selubung kelalaian dan dosa, dapat kembali bersinar seperti semula di hari yang fitri ini. Mari sambut sisa tahun ini dengan penuh harapan dan optimisme.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.