Ning Imas Fatimatuz Zahra: Upgrade Keimanan dengan Ilmu dan Amal

BeritaNing Imas Fatimatuz Zahra: Upgrade Keimanan dengan Ilmu dan Amal

Secara fitrah keimanan itu hakikatnya keyakinan yang diberikan Tuhan pada setiap jiwa manusia. Namun, orang tua yang membesarkannya pada gilirannya yang menjadikannya Islam, Nasrani, ataupun Yahudi. “Allah akan memberikan petunjuk bagi orang yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Kita termasuk hamba yang beruntung, karena diberikan keimanan di dalam hati,” ungkap Imas Fatimatuz Zahra dalam Bincang Ramadhan yang diselenggarakan PW Ippnu Jateng pada Sabtu (23/04/2022).

Ning Imaz sapaan akrab Imas Fatimatuz Zahra, menjelaskan jika manusia itu memiliki level keimanan yang berbeda-beda. Ada orang yang imannya baru mengenal Islam atau imannya orang yang sudah Islam dari lahir, tetapi kurang memahami keimanan itu sendiri, karena kurangnya penunjang. “Penunjangnya itu adalah ilmu dan amal, sebab keduanya merupakan wasilah untuk memiliki keimanan yang betul-betul maksimal atau kokoh dan benar,” ungkapnya.

Lebih lanjut, putri KH. Khaliq Ridlwan pengasuh pondok pesantren Lirboyo, Kediri ini juga mengatakan, itu sebabnya dalam Islam ilmu itu difardhukan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim. Setelah memiliki ilmu, kita dianjurkan mengamalkan ilmu. Maka ini yang menjadi penunjang dari iman kita dan letak derajat seseorang itu dilihat tergantung keimanannya.

Sejak kecil, kita diajarkan untuk memahami sifat-sifat wajib dan muhal-nya Allah. Supaya kelak ketika beranjak besar nanti, kita tidak akan mempertanyakan eksistensi Tuhan, seperti halnya orang-orang atheis yang tidak memiliki iman di dalam hatinya. Bekal pengetahuan yang bersifat teologis tersebut, terlepas apapun yang kita bayangkan tentang Tuhan yang ekspektasinya seperti manusia itu benar-benar berbeda dengan Tuhan itu sendiri. “Ketika disebutkan dalam al-Quran, Yadullahu fawqa aydiihim, Tangan Allah di atas tangan kalian semua. Namun, maksudnya tangan di sini bermakna kekuasaan,” ujarnya.

Baca Juga  Kunci Keshalehan Sosial

Menurut Ning Imaz, keyakinan sebagai pemberian dari Tuhan hendaknya harus kita upgrade agar semakin kokoh, bukan malah membuat iman ini justru dipertanyakan eksistensinya. Ada banyak yang tidak bisa masuk dinalar, karena kekuasaan Tuhan itu melebihi dari apa yang dipikirkan, sementara akal manusia benar-benar terbatas.

Dalam beriman ada dua konsep utama yang harus dipahami, yaitu khauf dan raja’. Khauf ini adalah takut kepada Tuhan dalam artian rasa takut ini menjadikan kita taat terhadap perintah Allah. Kemudian ada raja’, yakni pengharapan terhadap rahmatnya Allah, sehingga dalam beriman kita tidak hanya takut saja, yang dalam beribadah justru membuat kita tidak nyaman melakukannya,” ungkapnya.

Sebab ketakutan yang berlebihan juga tidak dibenarkan, karena dapat memunculkan ketidaknyamanan dalam beribadah. Dalam melakukan ketaatan sekalipun kita bisa melakukan kesalahan, karena manusia itu tak luput dari lupa dan kesalahan, pada situasi demikian hendaknya konsep raja’ itu dimunculkan agar tidak putus asa dari rahmat Allah SWT.

Pada intinya, ancaman dan harapan itu harus seimbang. “Jika raja’ kita terhadap Allah terlalu berlebihan, maka baca ayat-ayat al-Quran yang mengingatkan pada kehidupan akhirat, yang ketika kita tidak taat maka akan masuk neraka. Sebaliknya, ketika khauf kita yang terlalu berlebihan, di situ dianjurkan membaca ayat-ayat yang mengandung harapan-harapan, karena pada dasarnya umat Islam itu akan masuk surga. Hal ini sebagai keseimbangan agar dalam beriman kita merasa nyaman terhadap Tuhan,” pungkas Ning Imaz.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.