Perpisahan dengan Ramadhan

KhazanahHikmahPerpisahan dengan Ramadhan

Bulan suci Ramadhan akan segera berakhir. Setelah bulan istimewa ini usai, akankah energi spiritual, pendidikan, dan berkah yang kita kejar selama sebulan terakhir juga akan habis? Apakah setelah ini kita akan menjadi seperti dulu lagi? Semua tergantung bagaimana perpisahan kita dengan Ramadhan yang mulia ini. 

Memang, menjelang Lebaran, terkadang masalah material menutupi masalah spiritual kita. Padahal, memaksimalkan hari-hari terakhir Ramadhan merupakan satu tahap yang penting dalam pendidikan jiwa selama sebulan ini. Terutama karena dengan memaksimalkan penghujung Ramadhan, energi spiritual dan berkah Ramadhan akan bertahan dalam diri kita sampai di bulan-bulan berikutnya. Inilah kondisi terbaik yang harus kita atur dalam perpisahan kita dengan Ramadhan.

Bagaimanapun, segala semangat, kebaikan, dan perjuangan kita untuk meningkatkan spiritualitas harus tetap berlanjut setelah Ramadhan. Maka dari itu, sebisa mungkin kita mencurahkan fokus dan perhatian yang lebih besar untuk mempertahan kebaikan-kebaikan yang telah kita latih selama Ramadhan ini.  Akan sangat tragis jika kita berusaha untuk mendekatkan diri kepada Allah hanya di bulan Ramadhan, dan kemudian meninggalkan komitmen ini setelah bulan suci berakhir. 

Seorang shaleh yang terkenal, Bisyr al-Hafi, pernah mendengar bahwa ada beberapa orang yang hanya berjuang dan taat beribadah kepada Allah hanya di bulan Ramadhan. Ia pun berkata,

 الْقَوْمِ لا للهَ حَقّاً إِلاَّ فِي شَهْرِ رَمَضَان 

“Betapa celakanya kaum yang tidak mengenal Allah kecuali pada bulan Ramadhan!” (Ibn Rajab al-Hanbali, Lata’if al-Ma‘arif, h. 496)

Jadi, mari tetap jaga semangat dan energi spiritual kita lebih lama. Jadikan Ramadhan ini sebagai sumber spirit yang akan menyinari hari-hari kita selama setahun kedepan sampai bertemu Ramadhan lagi. Ingatlah bahwa pahala puasa, ganjaran dari menghindari kesenangan duniawi tertentu hanya karena Allah, tidak berhenti pada Ramadhan. Pahala terbesar bagi orang yang berpuasa belum datang, seperti yang kita pelajari dari hadits Nabi SAW, Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya (HR. Bukhari). Jadi, kebahagian kita tidak berhenti hanya sampai hari terakhir berpuasa saja, kebahagiaan sesungguhnya ialah ketika bertemu dengan Allah SWT di akhirat nanti.

Baca Juga  Syaichona Kholil Mengusir Macan Dengan Doa

Ramadhan telah mengajarkan kita tentang usaha meningkatkan diri. Dengan menjalankan ibadah bulan suci ini, kita membuktikan bahwa sebenarnya dengan usaha, rencana, dan taufik, kita bisa membuat hidup kita lebih dekat dengan Allah SWT. Ramadhan mendidik kita untuk menjadi pejuang spiritual, menahan ego dan melawan hawa nafsu demi ridha Allah SWT. Orang yang bersungguh-sungguh berjuang akan menemukan jalan-Nya. Allah SWT berfirman, Dan orang-orang yang bersungguh-sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami (QS. Al-Ankabut: 69)

Bagian inti dari perjuangan selama Ramadhan adalah untuk mengklaim kembali hati dan keseimbangan antara dunia-akhirat, yang yang mungkin sering terabaikan dari kehidupan kita yang cepat berputar dan sibuk. Menghilangkan yang haram dari kehidupan, tidak hanya dalam hal makanan dan minuman, tetapi segala yang kita konsumsi melalui mata, telinga, apa yang kita pakai, perkataan yang kita ucapkan, pengelolaan harta, dan cara kita berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain. Perjuangan untuk membersihkan hati merupakan usaha yang harus tetap berlanjut. 

Rasulullah SAW mengajarkan cara terbaik untuk membantu kita menjaga semangat Ramadhan agar tetap berlanjut. Yaitu dengan berpuasa enam hari di bulan Syawal. Beliau bersabda, Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka baginya (pahala) puasa selama setahun penuh (HR Muslim). Dengan melaksanakan puasa sunnah enam hari bulan Syawal, kita seolah-olah melanjutkan puasa selama setahun penuh hingga ramadhan berikutnya. Hal ini tentu merupakan kesempatan istimewa yang mesti kita ambil.

Singkatnya, perjuangan spiritual untuk menahan ego dan hawa nafsu adalah pelajaran terbesar yang harus kita ambil dari bulan yang diberkahi ini. Semangat ketaatan dan ibadah harus kita lanjutkan sepanjang sisa hari-hari hidup kita. Mari kita tutup rangkaian Ramadhan kita dengan niat dan tekad untuk terus menjaga kebaikan-kebaikan yang telah kita latih sepanjang bulan suci ini. Perpisahan dengan Ramadhan mesti kita lakukan dengan memetik dan mempertahan energi Ramadhan untuk perjalanan hidup kita kedepannya. Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang beruntung, yang amalannya sesuai keridhaan-Nya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.