Menghilangkan Mental Munafik Saat Puasa Cara Nabi Isa

KhazanahMenghilangkan Mental Munafik Saat Puasa Cara Nabi Isa

Puasa itu antara kita dengan Allah. Asasnya, semua ibadah merupakan urusan vertikal hamba dengan Tuhan, yang tak perlu dipamerkan kepada khalayak manusia. Namun disayangkan, dalam beribadah selalu ada sindrom laten, hasrat ingin dianggap saleh di mata orang. Mental munafik semacam itu akan membuat ibadah seseorang nihil nilai. Puasa sendiri menjadi tradisi yang juga dikenal dalam ajaran Nabi Isa, bahkan tradisi keagamaan sebelumnya pula. Teguran keras ia alamatkan pada orang-orang yang beribadah dalam selubung kemunafikan.

Pada masa Nabi Isa hidup, ada yang dikenal sebagai kalangan Farisi. Konon, muncul sekitar abad ke-2 SM. Ketika sedang berpuasa, orang-orang Farisi biasa memasang tampang muram. Air mukanya mengekspresikan aura lemah dan kesedihan yang tak biasa agar tampak kesalehannya di hadapan manusia melalui ritual puasanya. Orang-orang Farisi mau agar publik tahu bahwa mereka adalah kalangan saleh yang layak disanjung. Wajah mereka benar-benar diatur begitu murung.

Umumnya orang mungkin terkecoh dan menganggap mereka begitu saleh. Kesungguhan ibadah mereka seolah tak terbantahkan. Lebih-lebih, kaum Farisi kesohor sebagai kalangan agamawan. Mereka menjaga, mematuhi aturan agama, dan penegak hukum Taurat yang sangat detail dan ketat. Walaupun hidup bersinggungan dengan masyarakat dalam kapasitasnya sebagai agamawan, kaum Farisi cenderung menunjukkan sikap superior, melihat diri mereka sebagai komunitas yang ada di atas orang biasa. Karena itu, mereka dikenal suka memisahkan diri dari pergaulan umum.

Orang Farisi memanfaatkan puasa agar nampak hebat dan beriman tebal di mata orang lain, bukan dorongan untuk menyucikan diri. Motivasi keliru semacam itu disorot Nabi Isa. Ia pun menasihati para pengikutnya dengan berkata, Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.

Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat teersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu. (Matius 6: 16-18).

Ibadah itu butuh unsur ketulusan. Balasan suatu amal ibadah adalah sesuai apa yang diniatkan. Ibadah yang diniatkan karena menanti pujian dan rasa kagum manusia, maka hanya itu pula yang akan diterima pelakunya. Seperti halnya yang ditegaskan Nabi Isa di atas, bahwa orang munafik semacam itu telah memperoleh upahnya. Ia tak mendapat ganjaran ilahiah, karena bukan itu yang menjadi poros motif amalnya.

Nabi Isa dengan kaum Farisi sendiri lebih dominan tampil sebagai dua pihak yang berseberangan dalam kisah Injil. Kaum Farisi kerap menjadi sasaran kritik Nabi Isa karena perilakunya yang polemis. Talmud pun mengidentifikasi orang-orang Farisi menjadi tujuh golongan. Seperti sebuah catatan pengakuan dari orang dalam tentang corak karakter kaum Farisi. Disebutkan, di antara golongan itu ada yang disebut sebagai “orang-orang Farisi berpunuk”. Ketika berjalan, mereka senantiasa membungkuk dengan adegan kerendahan hati yang penuh kepura-puraan dan kemunafikan.

Baca Juga  Stop Halusinasi Tentang Jihad Perang

Serentak dengan kecaman bagi pelaku puasa yang munafik, perkataan Nabi Isa yang terekam dalam Matius tadi sekaligus menerangkan prinsip-prinsip yang mesti dipegang orang puasa. Nabi Isa menolak kemunafikan dengan menekankan agar puasa dijalankan secara ikhlas dan tulus mengharap perkenan Tuhan. Jangan campuri dengan dorongan-dorongan profan duniawi yang akan merusak pahala ilahiah yang lebih manis serta kekal.

Petuah itu juga menentang berkembangnya mental lemah di kalangan orang yang puasa. Dalam lanskap tradisi Yahudi, mencuci muka dan meminyaki rambut adalah dua rutinitas biasa dalam keseharian mereka. Dengan kata lain, tetap bersikaplah sewajarnya dan berpenampilan layaknya hari-hari biasa manakala tengah berpuasa. Tak perlu beradegan seperti orang lemah agar mendapat apresiasi sebagai hamba yang taat sebab berpuasa.

Kita bisa juga memaknai dalam pemahaman yang lain. Air muka orang puasa memang relatif terlihat pucat secara umumnya. Atas dasar itu, pemahaman mencuci wajah dan meminyaki rambut tersebut di atas bisa dikonversi dalam konteks sekarang sebagai himbauan untuk menghias diri secukupnya agar terlihat segar dan seolah tak ada semangat yang berubah meskipun sedang berpuasa. Tak harus dengan minyak rambut, terkait cara bisa disesuaikan. Dengan kondisi diri yang segar tentu akan menaikkan tensi semangat dalam beraktivitas selama puasa.

Puasa bukan modus operandi untuk mangkir dari tanggung jawab dan aktivitas keseharian. Maka dari itu, mental lemah yang menggemboskan semangat bekerja adalah watak rendahan. Dengan berpuasa kita memang didesak menemukan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk lemah di hadapan Tuhan, tapi bukan berarti menjadi manusia tak berdaya juang cum munafik. Mental munafik harus dilawan dengan perbaikan intensi hati yang disertai upaya-upaya diri yang konkret untuk menjaga kesadaran akan makna dan pentingnya kejujuran dalam beribadah.

Kesamaan prinsip-prinsip moral dalam puasa menunjukkan DNA persaudaraan yang kuat antara ajaran Rasulullah Muhammad SAW dengan Nabi Isa AS. Bagi kedua ajaran, puasa sama-sama hak Allah yang istimewa. Pihak luar tak perlu tahu rumah tangga peribadatan kita kepada Allah. Rahasiakan, kalau tak ingin amalan menjelma sia-sia bahkan mengundang murka. Bagi hamba, puasa merupakan wahana untuk memperbaiki ketergantungan kita dengan Allah, guna terus menginsafi sifat Maha Kuasa Tuhan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.