Menopang Diri di Era Samarnya Kebenaran dengan Doa

KhazanahDoaMenopang Diri di Era Samarnya Kebenaran dengan Doa

Kehidupan saat ini benar-benar menguras energi.  Serangkaian fenomena yang berpacu dinamis telah menciptakan nuansa hidup yang serba kabur dan riuh akan polarisasi. Sehari-hari jajaran manusia disuguhi membeludaknya pasokan informasi yang sukar dipertanggungjawabkan. Tak jarang berbuntut adu opini tidak sehat. Semua merasa benar. Menyisakan kebingungan para pihak lain yang tak yakin siapa yang benar atau di mana kebenaran berada.

Jalan tengah menyikapi realitas yang terguncang ini adalah doa. Dengan berdoa, kita sama-sama berharap terselamatkan dari bencana fitnah dan kekalutan akhir masa. Berdoa merupakan ikhtiar spiritual-mental sebagai hamba untuk mendapatkan isyarat Tuhan agar raut batin kita tenang. Suatu riwayat menerangkan bagaimana doa meminta petunjuk kepada Allah dengan bacaan berikut:

اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ

Allahumma arina al-haqqa haqqa, warzuqnattiba’ah. Wa arina al-bathila bathila, warzuqnajtinabah.

Yang artinya, “Ya Allah, tampakkanlah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkan kami untuk mengikutinya. Serta tampakkanlah kepada kami kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula kami untuk menjauhinya” (HR. Ahmad).

Untaian doa tersebut sangat presisi untuk disandingkan dengan situasi saat ini. Doa tersebut adalah rancangan permohonan kita agar suatu permasalahan yang samar bisa tersibak dan jelas duduk perkaranya. Dulu, saya terbiasa membaca doa ini setelah agenda belajar mengajar di sekolah usai. Hanya membaca tanpa tahu maksudnya saat itu. Namun, arti dan pentingnya doa ini kini begitu terasa di era kelabu seperti sekarang.

Saya juga menjadi paham mengapa doa tersebut dibaca setelah kegiatan belajar selesai. Yakni wujud penyerahan ‘kuasa’ setelah upaya belajar kita. Belajar adalah tugas kita selaku manusia, berproses menggali wawasan yang belum tentu akurat kebenarannya. Lepas dari itu adalah wilayah Tuhan untuk membagi karunia ilmu-Nya.

Baca Juga  Haedar Nashir: Hijrah Harus Membangun Peradaban Bangsa

Doa itu adalah ungkapan tawakal. Ada pengakuan ambang batas sebagai hamba yang disiratkan di dalamnya. Kita diminta sadar, bahwa sudah berusaha mencari kebenaran pun masih ada celah bagi kita untuk masuk pada area yang salah. Demikian memang manusia hanya mampu mencapai kebenaran parsial. Hal ini menuntut kita untuk bersikap rendah hati, tidak angkuh dan merasa memiliki kebenaran secara total. Tanpa arahan Tuhan, mudah sekali pandangan manusia tergelincir dari yang benar kepada yang salah.

Dorongan kuat melakukan atau meninggalkan sesuatu merupakan isyarat yang Tuhan titipkan semesta untuk kita. Apabila yang kita minta tepat, akan terdorong pula kita mengikutinya. Begitupun sebaliknya, apabila salah, kita akan digiring untuk meninggalkan hal itu. Dengan menyatakan keyakinan pada Allah dalam memanjatkan doa tersebut, harapannya kita bisa mencapai kesimpulan yang terang dan obyektif dari suatu persoalan.

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. (QS. 2: 186). Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.