Tafsir Surat Al-Qadr: Memperoleh Kemuliaan Malam Seribu Bulan

RecommendedTafsir Surat Al-Qadr: Memperoleh Kemuliaan Malam Seribu Bulan

Ramadhan bulan istimewa bagi umat Islam. Ada banyak kebaikan yang terlimpah pada bulan ini, terutama saat tibanya Lailatul Qadr sebagaimana yang disebutkan dalam al-Quran. Segala permohonan pada malam tersebut Allah kabulkan, kebaikan-kebaikan akan menghampiri orang yang memintanya, dan kemuliaan akan menyertai orang yang mengharapkan pertemuan dengan Lailatul Qadr.

Kendati tidak diketahui kapan  pastinya Lailatul Qadr, tetapi ada banyak cara untuk memperoleh malam kemuliaan tersebut. Bulan yang terdapat malam di mana al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia. Sesungguhnya Kami telah menurunkan (Al-Quran) pada malam kemuliaan (QS. Al-Qadr: 1).

Yakni sebuah malam yang kebaikannya lebih dari 1.000 bulan. Jika dikalkulasikan, maka seribu bulan sama dengan usia manusia selama 80 tahun lebih, sementara tidak semua manusia dapat mencapai usia tersebut sekaligus terbebas dari cela. Malam kemuliaan itu lebih baik dari malam seribu bulan (QS. Al-Qadr: 3).

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan, asabab an-nuzul dari surat al-Qadr tersebut salah satunya dari sabda Rasulullah SAW yang mengisahkan empat orang lelaki dari kalangan Bani Israil. Mereka menyembah Allah selama delapan puluh tahun tanpa melakukan kedurhakaan kepada Allah barang sekejap matapun. Beliau menyebutkan, nama mereka, yaitu Zakaria, Ayyub, Hizkil Ibnu ‘Ajuz dan Yusya’ Ibn Nun.

Mendengar hal ini para sahabat berdecak kagum, lalu Jibril mengatakan kepada Nabi Muhammad kekaguman yang dirasakan oleh sahabatnya lantas memberitakan sesungguhnya Allah telah menurunkan hal lebih baik daripada itu. Kemudian Jibril membacakan firman Allah surat al-Qadr, kalau Lailatul Qadr suatu malam kemuliaan yang lebih baik untuk dikagumi. Dengan ini, sekirannya orang tersebut tidak mencapai usia 80 tahun lebih, tetapi ketika ia dapat menemui malam kemuliaan atau Lailatul Qadr sejatinya amalan kebaikannya akan terhitung melebihi jangkauan usianya.

Menurut Muhammad Jamaluddin al-Qasimi dalam Tafsir al-Qasimi, Lailatul Qadr memiliki arti kata takdir karena Allah memulai malam tersebut pada tentang ditetapkannya takdir bagi seorang hambanya dan batasan bagi rencana jalan dakwah Nabi  yang akan dilakukan kepada orang-orang yang meninggalkan atau melepaskan diri dari kebiasaan buruknya, selain itu pula memiliki arti malam yang penuh dengan keagungan dan kemuliaan (Beirut: Dar al-Fikr, 1914).

Syahdan, dapat dikatakan bahwa turunnya al-Quran seiring menjadi petunjuk bagi manusia maka garis takdir ketetapan dakwah nabi juga sesuai apa yang ada dalam al-Quran yang diturunkan pada malam kemuliaan itu. Sufyan al-Tsauri mengatakan, yaitu amalan, puasa, dan shalat yang dilakukan pada Lailatul Qadr lebih baik dari pada seribu bulan.

Baca Juga  Saya Santri, Bukan Taliban

Anjuran memperbanyak amalan pada bulan Ramadhan pun demikian dimaksudkan agar memperoleh Lailatul Qadr yangkemuliaannya meliputi dunia dan akhirat. Beberapa ulama berpendapat Lailatul Qadr akan jatuh berkisaran mulai 17 Ramadhan. Sebab pada tanggal tersebut diyakini sebagai turunnya al-Quran sekaligus terjadinya Lailatul Qadr. Namun, ada juga yang mengatakan menjelang sepuluh terakhir Ramadhan, hingga tak jarang kita melihat pada waktu-waktu tersebut banyak orang sibuk melakukan qiyamullail.

Momentum ini dimanfaatkan dengan baik oleh orang yang benar-benar ingin mendapat Lailatul Qadr. Allah akan mengampuni dosa-dosa yang telah lalu, apabila ia mengerjakannya karena iman dan mengharap ridha-Nya semata.

Kemuliaan pada Lailatul Qadr saat itu malam menjadi paling ramai dengan cahaya keberkahan turunnya malaikat di bumi. Tentu tidak bisa dilihat melalui kasat mata, akan tetapi bisa dirasakan dengan munculnya ketenangan dan kepasrahan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan  (QS. Al-Qadr: 4).

Para mufassir memberi penafsiran, pada malam itu malaikat berbondong-bondong turun ke bumi dan melakukan urusan yang hikmah. Urusan yang dapat mendatangkan kesejahteraan abgi yang memperoleh malam dengan segenap kemuliaannya. Rasulullah SAW bersabda, Berjaga-jaga semalaman di jalan Allah itu lebih baik dari pada seribu malam di tempat-tempat lain.

Dalam ayat, Malam itu penuh kesejahteraan sampai terbit fajar (QS. Al-Qadr: 5)Allah SWT memberikan isyarat tentang malam yang penuh kesejahteraan, di dalamnya hanya ada keselamatan dan kebaikan. Terkait berapa lama Lailatul Qadr itu turun, para ulama tafsir menyebutkan seperti yang tertera dalam ayat, yakni dari waktu Maghrib sampai waktu Fajar tiba.

Kiranya saat Lailatul Qadr telah tiba, diri kita ditemukan dalam keadaan melaksanakan ibadah atau amal baik lainnya. Tidak dalam kemaksiatan dan kemafsadatan, hingga momen ini tidak disayangkan begitu saja terlewatkan. Padahal di dalamnya memiliki keutamaan yang dapat mengantarkan kita pada kemuliaan di dunia dan akhirat.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.