Islam Ritual Jadi Aktual ala Kang Jalal

KhazanahIslam Ritual Jadi Aktual ala Kang Jalal

Nilai-nilai spiritualitas kian menarik bagi masyarakat menengah di kota-kota. Kompleksitas tantangan dan kesulitan hidup yang semakin menyibukkan terus menghimpit masyarakat urban. Orang kota amat membutuhkan kekuatan batin dan kesejahteraan hati yang bersumber dari luar dirinya sendiri. Dalam konteks inilah praktik keagamaan menjadi daya tarik khusus bagi masyarakat urban yang membutuhkan spiritualitas.

Namun demikian, praktik ritual keagamaan tidak selalu melahirkan spiritualitas yang aktual bagi kebutuhan hidup seseorang. Terkadang, gaya hidup ritualistik tidak berdampak lebih bagi spiritualitas seseorang, apabila praktik-praktik ibadah menjadi hanya bagaikan gerakan kosong tanpa makna. Maka dari itu, kita harus memperkaya diri dengan wawasan tentang nilai-nilai spiritualitas yang dapat kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Di Tanah Air, salah satu tokoh yang berjasa dalam mengembangkan transformasi masyarakat Islam ritualistik, menjadi masyarakat Islam aktual ialah KH. Jalaluddin Rakhmat.

Dalam Surat kabar Kompas edisi 31 Oktober 1997, Nurcholish Madjid, menyebut KH. Jalaluddin Rakhmat sebagai ‘intelektual yang komplit’. Bagaimana tidak, Sosok yang akrab disapa Kang Jalal ini, sangat piawai dalam mengintegrasikan khazanah Islam klasik dengan ilmu-ilmu sosial kontemporer, bahkan antara pengetahuan agama dan ilmu-ilmu yang bernuansa sains. Kang Jalal meng-upgrade Islam ritual menjadi aktual dengan mengajarkan nilai-nilai spiritualitas yang dapat menyirami setiap aktivitas harian kita. Gagasan dan pemikirannya mewarnai wacana pemikiran Islam kontemporer di Indonesia sejak dekade 1980-an. Dengan kefasihannya untuk hadir dalam ‘bahasa kaumnya’, ia mengajarkan Islam dengan isu yang tepat bagi dinamika zaman. Di antaranya, tasawuf bagi masyarakat perkotaan.

KH. Jalaluddin Rakhmat merupakan salah satu figur karismatik yang identik dengan perkembangan teori tasawuf bagi orang kota (urban sufism). Dapat dikatakan bahwa Kiai yang menekuni banyak bidang ilmu ini, merupakan salah satu perintis kajian-kajian awal tasawuf bagi masyarakat kelas menengah perkotaan di negeri ini. Ia mendirikan beberapa yayasan untuk mengkaji dan mendalami ajaran tasawuf, di antaranya Pusat Kajian Tasawuf (PKT) Tazkia Sejati, OASE-Bayt Aqila, Islamic College for Advanced Studies (ICAS-Paramadina), Islamic Cultural Center (ICC) di Jakarta, PKT Misykat di Bandung.

Semasa hidupnya, Kang Jalal terus berupaya mensosialisasikan wajah sufistik yang sesuai dengan perkembangan zaman, Ilmiah, modern, dan transformatif. Tasawuf kini menjangkau kalangan well educated, pejabat, politisi, selebriti, pengusaha, dan kalangan profesional dari berbagai bidang, yang dulu sering dianggap terpinggirkan dari dunia spiritualitas.

Selain menulis buku-buku bernuansa urban-sufism. Kang Jalal secara intensif menyampaikan pengajian atau kuliah-kuliah tasawufnya kepada masyarakat urban yang memerlukan cahaya ruhani Islam untuk meraih kebahagiaan hidup. Menurut kang Jalal, rasa bahagia itu amat penting bagi manusia, tetapi kebahagian sejati tidak terletak pada hal-hal yang bersifat material, melainkan pada hal-hal yang bersifat spiritual. Dalam bukunya yang berjudul Renungan-Renungan Sufistik (2008), beliau menjelaskan bahwa hanya rasa bahagia yang akan mengantarkan seseorang menjadi orang yang baik. Manusia semakin matang apabila memperoleh kesenangan yang bersifat spiritual. Seperti, memperoleh ilmu, serta berbagai hal yang mendekatkan diri kepada Allah.

Menurut Kang Jalal lebih jauh, kebahagiaan juga membuka dan membangun sumber daya sosial. Ketika kita bahagia, kita akan tertarik untuk berbagi kebahagiaan dengan orang-orang di sekitar kita. “Ketika anda bahagia, anda membangun sumber daya intelektual dengan berpikir lebih kreatif, toleran dengan perbedaan, terbuka pada ide-ide baru, dan belajar lebih efektif,” tulis Kang Jalal. Gagasan Kang Jalal tentang bagaimana meraih kebahagiaan spiritual itu disebutnya sebagai ‘Jalan Rahmat’.

Bukunya yang berjudul Renungan-Renungan Sufistik, banyak memberika wawasan dan pendalaman makna-makna praktik ajaran tasawuf yang cocok dan mudah dipahami masyarakat modern. Tetapi tidak mengubah makna batin dalam ajaran tasawuf klasik. Kang jalal mengelaborasikan makna ajaran tasawuf seperti zuhud, wara’ dan sabar, sesuai  dengan masyarakat pada era modern saat ini.

Baca Juga  KH. Miftachul Akhyar: Memulai Era Baru NU dengan Peneguhan Strategi 4G

Misalnya, mengenai sikap zuhud yang menurut pemahaman klasik berarti menjauhi dunia. Kang jalal menerangkan bahwa, zuhud bukan berarti meninggalkan dunia ataupun menghindari kenikmatan duniawi. Akan tetapi, tidak meletakkan hati padanya dan tidak meletakkan nilai yang tinggi padanya. Sebagaimana hadis Nabi SAW, bukanlah zuhud itu mengharamkan yang halal, bukan pula menyia-nyiakan harta, tetapi zuhud dalam dunia itu ialah engkau tidak memandang apa yang ada di tanganmu itu lebih diandalkan dari apa yang ada di sisi Allah”(HR. Tirmidzi no. 2340 dan Ibnu Majah no. 4100).

Jadi, praktik zuhud di era modern justru mendorong manusia untuk mengubah harta bukan bernilai ekonomis saja, tetapi juga bernilai sosial, dan akhirnya bernilai ibadah. Sikap menahan diri, memanfaatkan harta untuk hal-hal yang produktif, menggunakan sesuatu berdasarkan kebutuhan, tidak berlebih-lebihan dalam segala hal adalah sikap zuhud yang mesti dipraktikkan masyarakat urban.

Misalnya lagi, sikap Wara’ yang secara harfiah artinya menahan diri, berhati-hati agar tidak jatuh pada kecelakaan. Menurut Jalaluddin Rakhmat, wara’ juga bermakna sebagai nilai kesucian diri. Hakikat wara’ ialah menjauhi perbuatan yang jelek adalah menjaga diri dari kerusakan fisik dan psikologis. Sikap tersebut dapat membantu dalam meningkatkan kebaikan dan amal shalih. Maka dari itu, kang jalal menekankan pula pentingnya menuntut ilmu ruhani di era modern, karena ilmu dapat meningkatkan kualitas kesucian diri dalam meraih sikap wara’. Seorang filsuf besar, Socrates, juga mengatakan bahwa semua perbuatan buruk terjadi bukan karena niat jahat, tetapi karena ketidaktahuan.

Dengan demikian, praktik hidup tasawuf yang dulu dianggap hanya bisa dipraktikkan oleh golongan-golongan tertentu di tempat-tempat khusus, sekarang dapat dijalankan oleh semua golongan masyarakat. Pemikiran sufistik Jalaluddin Rakhmat membantu para pencari kebahagiaan ruhani di tengah kesibukan dunia. Jalaluddin Rakhmat senantiasa menekankan substansi ajaran-ajaran tasawuf, yaitu akhlak. Ia adalah tokoh Muslim yang secara terang-terangan menyatakan ‘Dahulukan akhlak di atas fikih’ seperti salah satu judul bukunya. “kalau berhadapan dengan perbedaan pada level fiqih saya akan dahulukan akhlak” tulisnya. Bagi kang Jalal, bidang yang mempersatukan kita semua adalah akhlak. Dalam bidang akhlak, semua orang bisa bersetuju, apapun mazhabnya.

Berbagai ceramahnya banyak menyinggung soal tarikat dan tasawuf. Pendekatan sufistik lebih mudah menyentuh dan meningkatkan kualitas keislaman masyarakat. Fokusnya untuk menyemai Urban Sufism merupakan kontribusi besar Kang Jalal dalam membentuk masyarakat berakhlak mulia di negeri ini, santun, toleran antar sesama, dan tidak angkuh ataupun merasa paling benar sendiri. Uniknya, dengan rendah hati kang Jalal kerap mengutarakan jika istilah sufistik yang melekat pada kajian maupun karyanya diartikan kesufi-sufian saja, mirip dengan kata tasawuf yang diartikan sebagai bersufi-sufian.

Dengan demikian, kajian nilai-nilai spiritualitas dari literatur tasawuf pun kian membumi dan digemari masyarakat urban. Tasawuf atau gaya hidup kaum sufi yang dulu selalu identik dengan kehidupan suci yang terpisah dari kehidupan duniawi, kini berkembang menjawab kebutuhan masyarakat. Tasawuf di dunia modern menjadi suatu ajaran yang tidak lagi menolak kehidupan duniawi, tetapi menyatu dan menjadi jiwa umat Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sejak era Buya Hamka, pengajian dan pengajaran agama bercorak Tasawuf terus berkembang hingga ke era kekinian, yang salah satunya dikembangkan oleh KH. Jalaluddin Rakhmat. Ia merupakan sosok yang meninggalkan kekayaan intelektual berharga bagi umat abad ini. Kiprah KH. Jalaluddin Rakhmat dalam mengangkat Islam ritual agar aktual menjadi wacana dan kontribusi yang berharga dalam penyelesaian persoalan dan pembinaan masyarakat luas.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.