Ibadah Melahirkan Kerendahan Hati

KhazanahHikmahIbadah Melahirkan Kerendahan Hati

Sudah hampir setengah bulan kita menjalankan ibadah Ramadhan. Aktivitas puasa, membaca al-Quran, shalat tarawih dan berbagai ibadah lainnya mungkin sudah terasa ringan dan menyatu dengan aktivitas harian kita. Namun, kita tidak boleh berpuas diri hanya dengan mengerjakannya, tanpa memikirkan penerimaan amal ibadah kita tersebut di hadapan Allah SWT. Meskipun kita beribadah untuk Allah yang Maha Pengasih dan Maha Pemurah, kita tidak boleh berpuas diri terhadap penerimaan semua amal ibadah yang kita kerjakan. 

Ibadah melahirkan kerendahan hati, bukan kesombongan. Kita tidak dapat mengetahui secara pasti apakah setiap ibadah kita diterima atau ditolak oleh-Nya. Untuk itu, kita harus senantiasa menyempurnakan ibadah semaksimal mungkin dan berusaha untuk menghilangkan cacat dan kekurangan dalam puasa dan amal ibadah yang sedang kita jalankan ini. Hal itu dapat dilakukan dengan berusaha memperdalam niat, keikhlasan, kualitas puasa kita dan kedalaman ibadah di dalamnya. Ibnu Rajab menasehati kita tentang pentingnya memperhatikan kesempurnaan Ibadah. Ulama yang menulis kitab Lathaif al-Ma’arif, menekankan tentang pentingnya mengerjakan amal ibadah dengan sempurna sekaligus memohon penerimaan ibadah tersebut oleh Allah SWT.

Di dalam kitab risalahnya yang berisi rincian tentang keutamaan dan amalan bulan-bulan dalam kalender Islam itu, yang diberi judul Lathaif al-Maarif (Riyadh: 2007, h. 474-475), Ibnu Rajab menuliskan, “para pendahulu yang saleh akan berusaha dengan gigih untuk menyelesaikan suatu tindakan dengan baik dan menyempurnakannya. Mereka kemudian akan khawatir jika tindakan itu akan diterima, karena takut akan ditolak” 

Sikap arif dan tidak mudah berpuas diri ini perlu menjadi teladan kita dalam menjalankan segala amalan ibadah, terutama ibadah yang menghiasi puasa Ramadhan kita. Berusaha menyempurnakan amalan dengan penuh harapan terhadap penerimaan amalan tersebut merupakan karakter shaleh, sebagaimana yang dikutip Ibnu Rajab dari al-Quran, termasuk orang-orang yang memberi apa yang mereka berikan sementara hati mereka gemetar (QS. Al-Mu’minun: 60).

Baca Juga  Ramadhan dan Kesalehan Lingkungan

Ibnu Rajab juga mengutip bahwa ‘Ali bin Abi Thalib berkata, “lebih pedulilah dengan penerimaan tindakan amalmu daripada dengan amalan itu sendiri. Tidakkah kamu mendengar Allah SWT berfirman, Allah hanya menerima dari orang-orang yang takut akan Dia (bertakwa). (QS. Al-Maidah; 27). 

Orang-orang memiliki rasa takut tentang kemungkinan amal yang tidak diterima, akan senantiasa menyempurnakan amalannya dan memohon penerimaan Allah SWT. Dalam ibadah tidak boleh ada kesombongan dan asumsi bahwa ibadah yang kita kerjakan sudah pasti terjamin diterima oleh-Nya. Maka dari itu, penting sekali memiliki kerendahan hati dan kepasrahan kepada Allah SWT atas segala ibadah yang telah kita kerjakan.

Tidak heran, orang-orang shaleh yang disibukkan oleh ibadah dengan penuh kekhusyukan, selalu memohon kepada Allah SWT agar amal ibadah yang mereka kerjakan diterima. Meskipun mereka serius menjaga kesucian lahir batin dan mengoptimalkan setiap detail ibadah mereka, orang yang shaleh tidak pernah lupa memohon dan berharap penerimaan Allah SWT dengan penuh kerendahan hati dan kepasrahan. Ibnu Rajab mengutip riwayat bahwa tentang karakter tersebut, ia menulis “mereka  biasa menyeru Allah selama enam bulan agar Dia mengizinkan mereka mencapai Ramadhan. Kemudian mereka akan memohon kepada-Nya selama enam bulan berikutnya agar Dia menerima amal mereka”

Dengan demikian, menjelang pertengahan Ramadhan ini, mari kita pacu semangat dalam meraih kedisiplinan spiritual dan energi bulan Ramadhan. Mutiara hikmah Ramadhan dari Ibnu Rajab Al-Hanbali di atas, patut kita hayati bersama. Memperhatikan kesempurnaan ibadah agar amal-amal yang kita kerjakan diterima oleh Allah SWT adalah tradisi orang-orang shaleh yang harus kita lestarikan agar kita tidak cepat berpuas diri terhadap amal ibadah yang kita kerjakan.

Referensi: Ibnu Rajab al-Hanbali, Lata’if al-Ma’arif (Riyadh: 2007), h.474-475

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.