Motif Sosial Kaum Quraisy Menolak Dakwah Rasulullah

KhazanahHikmahMotif Sosial Kaum Quraisy Menolak Dakwah Rasulullah

Penduduk Mekkah menjuluki Muhammad dengan Al-Amin. Gelar tersebut disematkan, karena kepercayaan atas kepribadian beliau yang adiluhung. Namun, saat Muhammad diutus menjadi seorang Rasul masyarakat Mekkah mengingkarinya ajaran kenabian. Meski begitu motif sosial cenderung dominan. Pasalnya, gagasan revolusioner yang disemarakkan beliau terkait kesetaraan, pembebasan budak, dan menyantuni fakir miskin sangat mengguncang kedudukan para politis Tanah Haram, sementara mereka sudah menikmati lumbung kekuasaan sejak lama.

Secara tidak langsung sebelum diutus menjadi Nabi lalu berdakwah, sebenarnya Allah telah menampakkan ajaran Islam melalui kepribadian beliau yang jujur, bertutur kata santun, cerdas, bijaksana, dan penuh kasih sayang kepada manusia. Kala itu, penduduk Mekkah dibuat takjub dengan kesempurnaan akhlak dan fisik yang dimiliki beliau. Selama ini, kita mengira jika Muhammad itu baru diutus saat usianya 40 tahu, padahal tidak. Tanda-tanda kenabian itu telah ada di dalam al-Kitab. Manusia dalam kasat mata melihat beliau diutus saat tibanya Jibril membawakan wahyu, tetapi kenabian itu melekat ketika Allah menciptakan cahaya atau nur Muhammad bahkan jauh Nabi Adam as memohon ampun atas nama Muhammad lantas Allah menagmpuninya.

Memang tidak mudah mengganti kepercayaan yang sudah diyakini. Ajaran animisme Arab, Yahudi, maupun Kristen yang menetap berabad-abad lamanya mungkin telah mendarah daging. Namun, penduduk Mekkah sejujurnya sudah terkandung jatuh hati dengan apa yang disampaikan oleh Nabi saw. Alasan-alasan teologis ini perlahan tergoyahkan seiring kemampuan Muhammad menunjukkan kesempurnaannya sebagai manusia, baik dalam ibadah dan bermuamalah.

Menukil dari buku Sejarah Otentik Politik Nabi Muhammad SAW dari Dakwah hingga Piagam Madinah karya Husain Mu’nis (2019), ada otoritas keagamaan yang memiliki wewenang penuh dalam pengaturan ajaran-ajaran. Namun, seluruh ajaran itu bukannya melayani kepentingan manusia secara bersama-sama malah menciptakan elite-elite pemuka agama yang berkolaborasi dengan penguasa untuk mencapai kepentingan kekuasaan masing-masing tanpa memperdulika nilai-nilai kemanusiaan.

Baca Juga  Makna Sifat Keibuan dalam Islam

Satu-satunya ajaran yang massif agar merdeka dari perbudakan adalah Islam. Kaum tertindas tentu merasa senang dengan hal ini, ada harapan untuk menata kehidupan yang lebih baik dan menjunjung tinggi harga diri. Tidak diperlakukan sewenang-wenangnya sebagimana tuan kepada barang yang dimilikinya. Budak telah mempekerjakan seorang tanpa manusiawi karena tidak ada upah yang diberi dan tidak memerhatikan hak-haknya. Sebab itu, negara modern sekarang telah sepakat menghapus perbudakan di dunia. Internasional telah memastikan, hanya saja perbudakan boleh jadi masih ditemukan tetapi secara sembunyi atau ilegal. Dunia akan mengecam jika diketahui ada suatu negara yang memberlakukan perbudakan kepada rakyatnya.

Kekhawatiran elite Quraisy ini benar adanya. Mereka khawatir tatanan sosial yang mapan dna menguntungkan itu lenyap begitu saja. Abu Jahal yang merupakan tokoh Quraisy sekaligus paman Rasulullah SAW yang begitu menyayanginya secara diam-diam mengakui ajaran beliau hanya saja enggan mengakuinya karena persaingan suku. Lantaran hal tersebut, ia memprovokasi masyarakat Quraisy untuk membenci dan merencanakan pembunuhan kepada keponakannya itu serta mengancam dengan berbagai siksaan bagi siapapun yang mengikuti dan membela Rasulullah SAW.

Nursamad Kamba meneliti latar belakang tokoh-tokoh pertama pendukung Muhammad. Di Mekkah tampak bergabungnya mereka ke dalam barisan Islam bukan atas indoktrinasi, melainkan kesadaran diri saat sanubari dan nuraninya tersentuh di mana selama ini menunggu momentum untuk bangkit. Pengorbanan umat Islam di masa awal menjadi pendukung sangat militan lantaran seluruh hidupnya menyatu dengan nilai-nilai moralitas yang dianutnya.

Agama yang ditawarkan Islam bentuk dari protes sosial atas ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Maka dari itu, motif sosial menjadi dalang bagi kaum Qurasiy sangat menentang dakwah Rasulullah SAW. Kekhawatiran tak berdasar ini terbukti, tersemainya Islam mendorong rasa kemanusiaan untuk memberantas perbudakan dan penindasan serta membawa dunia pada arah yang lebih baik.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.