Gus Mus: Pujilah Nabi Sesuka Hati, Asal Ingat Satu Hal Ini

BeritaGus Mus: Pujilah Nabi Sesuka Hati, Asal Ingat Satu Hal Ini

Mengingat dan memuji Nabi adalah kebutuhan kita. Dengan senantiasa menyanjung, menyebut-nyebut nama Rasulullah SAW diharapkan kita dapat memperoleh syafaat beliau nanti. Banyak sekali karya ulama yang menjadi catatan ungkapan cinta pada Nabi. Mereka mencandrakan keindahan, kemuliaan Nabi tanpa ragu. Ragam shalawat dengan kreasi lirik dan nadanya juga tak terhitung banyaknya sampai kini sebagai persembahan untuk Rasulullah Muhammad SAW.

Dalam kajian spesial Ramadhan (Ngaji Pasan), melalui kanal Youtube GusMus Channel, KH. A. Mustofa Bisri melanjutkan kajian Kasidah Burdah karya Imam al-Bushiri. Di awal pembahasan, Gus Mus menerangkan keistimewaan Nabi yang tak tertandingi. “Nabi itu bersih dari syarik (sekutu) dalam hal kebaikan-kebaikan Nabi. Inti keindahan Nabi itu tak terbagi. Rasulullah SAW sama sekali tidak ada yang menyaingi ataupun menyamai dalam keindahan-keindahan fisik atau batinnya”, tutur Kiai yang mengasuh Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang ini.

Sering kita dengar, Nabi Yusuf yang dikabarkan sangat rupawan pun hanya percikan separuh keindahan Rasulullah. Maka tak heran jika beragam sanjungan deras mengalir kepada Nabi Muhammad sebagai penghulu utama keindahan. Satu hal yang ditekankan Gus Mus, bahwa kita boleh memuji Nabi sedemikian rupa dengan perumpamaan yang tinggi, mengekspresikan cinta dengan tata bahasa yang indah, tapi mesti tetap bijaksana. Jangan sampai meniru perilaku kaum Nasrani pada nabinya yang berlebihan. Saking fanatiknya terhadap Nabi Isa, hingga menuhankannya.

Sebab itu dalam shalawat, selain doa baik untuk Nabi agar kita peroleh syafaat, tapi juga ada kalimat “allahumma“. “Penyebutan asma Allah di permulaan shalawat tak lain supaya kita ingat bahwa di atas Nabi itu ada Allah SWT. Yang pertama mengajari untuk bershalawat kepada Nabi pun Allah dengan firman-Nya, Innallaha wa mala’ikatahu yushalluna ‘alan-nabiy, yaa ayyuhalladzina aamanu shallu ‘alaihi wa sallimuu tasliimaa (al-Ahzab: 56)”, lanjut Gus Mus.

Baca Juga  Keadilan Menjaga Kebhinekaan Indonesia

Kita harus terus menyalakan ingatan, bahwa tak ada yang bisa dibandingkan dengan Allah, sehebat apapun dia, termasuk Nabi yang merupakan sebaik-baik makhluk Tuhan. Kiai dengan jiwa seni tinggi itu menjelaskan, bahwa persandingan nama Allah dengan Nabi, baik dalam syahadat maupun shalawat, bukan karena sebanding. Namun karena Allah yang mengangkat Nabi, sebagaimana ayat wa rafa’na laka dzikrak (QS. Al-Insyirah: 4).

“Hal tersebut yang membuat kita bisa memuji Nabi setinggi langit, karena keyakinan dan kesadaran kita tidak akan sampai membuat kita menisbatkan Nabi sebagaimana orang Nasrani menisbatkan Nabi Isa kepada Allah”, pungkas Gus Mus. Kita semua sepakat, Rasulullah SAW adalah makhluk agung dan terbaik Tuhan. Sandarkan apapun definisi kebaikan kepada beliau sesuka hati kita, asalkan tidak mengikuti jejak orang Nasrani yang mengkultuskan Nabi Isa. Mereka mungkin lupa, bahwa kita tinggal di sepersekian butir debu semesta, di mana semua nabi juga di situ adanya, serumah dengan kita. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.