Tafsir Surat Ad-Duha ayat 1-5:

RecommendedTafsir Surat Ad-Duha ayat 1-5:

Ad-Duha adalah surat ke-93 dari 114 surat dalam Al-Quran. Ayat ini diturunkan saat Nabi Muhammad SAW merasa gelisah, karena Jibril tak kunjung datang membawakan wahyu. Lantas orang-orang kafir mengejeknya, bahwa beliau telah ditinggalkan Tuhannya. Sebagai jawabannya, wahyu turun dengan kalimat sumpah, bahwa tidak mungkin bagi Allah meninggalkan Rasulullah SAW, apalagi membencinya. Itu hanya hasutan yang mencoba menggoyahkan hati untuk melemahkan keimanan.

Demi waktu Dhuha (ketika matahari naik sepenggalah), dan demi malam apabila sunyi, Tuhanmu tidak meninggalkan engkau (Muhammad) dan tidak (pula) membencimu

Pada ayat 1 sampai 3, Allah telah bersumpah di waktu turunnya wahyu tersebut, yakni waktu Dhuha dan waktu malam. Sa’id bin Jubair menyatakan jawaban sumpah itu ada pada ayat berikutnya, bahwa Allah tidak meninggalkanmu, artinya Allah itu tidak meninggalkan beliau sebagaimana orang yang menterlantarkan barang yang melupakannya begitu saja, entah karena alasan bosan atau membenci.

Pikiran manusia yang kurang baik memahami yang ditakdirkan Tuhan, tak ayal membuatnya merasa tersudut atau merasa ditinggalkan. Meski itu naluri manusiawi, tetapi alangkah baiknya kembali membenahi pemikiran tersebut, bahwa akan ada hikmah dari setiap terjadinya peristiwa dan demikian cara Allah menempa hamba-hambanya.

Kemudian pada ayat ke-4, Dan sungguh yang kemudian itu lebih baik bagimu dari yang permulaan

Dalam Tafsir Jalalain disebutkan, bahwa manusia terlalu sibuk dengan dunianya. Padahal, hal-hal tadi (anak dan harta) bisa mendukung pada akhirat. Dunia itu membuat kagum layaknya petani kagum pada tanaman yang nantinya akan kering dan menguning, lalu hancur menjadi keropos dan tertiup angin. Dalam tafsir lain disebutkan, dunia itu sebagai mata’ul ghurur¸ yaitu permisalan kehidupan dunia dengan perhiasan yang akan fana (sirna) dan kenikmatan yang memperdaya manusia pada keburukan.

Setiap perkara yang berkaitan dengan dunia itu hanya tipuan, terkadang manusia tidak cukup mudah memercayainya. Ia baru menyadari, jika pada posisi benar-benar merasakan kehilangan dan ketentraman bisa datang tanpa harus memiliki dunia seperti yang dinafsukannya. Permulaan atau dunia itu pada masanya akan menua sesuai hukum alam, umpama proses pertumbuhan manusia. Sebagaimana yang terdapat dalam surat ar-Rum ayat 54, Allah menciptakan manusia dalam keadaan lemah setelah itu menjadi kuat, usai menjadi kuat kemudian ia kembali menjadi lemah dan beruban. Meski dunia itu baik, tetapi Akhirat jauh lebih baik. Jadi tak seharusnya, seseorang terlalu mendambakan dunia yang penuh fatamorgana.

Baca Juga  Gus Mus: Jangan Berlebihan Mendukung Pemimpin

Pada ayat ke-5, Dan sungguh kelak Tuhanmu pasti memberikannya karunia-Nya kepadamu, sehingga engkau menjadi puas.

Sebenarnya, ayat di atas menunjukkan kabar gembira karena keberlimpahan karunia yang diberikan Allah kepada Nabi. Namun, beliau lantas bersabda “Kalau begitu bagaimana mungkin aku puas, sedangkan seseorang di antara umatku masih ada di neraka.” Ibnu Katsir berkata, bahwa di negeri akhirat Rasulullah SAW akan dianugerahi karomah sehingga merasa ridha atas ketentuan Allah yang ditetapkan kepada umatnya.

Disebutkan dalam Tafsir Muyassar, kelak Allah akan memberi Rasulullah SAW berbagai nikmat di akhirat, lantas beliau akan ridha dengan demikian. pernyataan ini dikuatkan oleh As-Syaukani dalam tafsirnya. Sehingga dirincikan pada ayat 6 sampai 8 di antara beberapa kenikmatan yang telah diberikan Allah kepada Nabi SAW.

Nilai pendidikan dalam surat ini adalah sejatinya manusia tidak pernah ditinggalkan oleh Tuhannya, sekalipun manusia itu sendiri telah melupakan dan membencinya. Saat membutuhkan pertolongan, Allah akan hadir dalam hati manusia dengan memberi petunjuk-petunjuk. Asalkan manusia harus membersihkan dahulu prasangka buruk terhadap Tuhannya dan meyakini segala kebaikan kelak akan menyambutnya, niscaya kelapangan itu akan membubuhi akal pikiran yang kita merasa tentram dan bersyukur karenanya. Dunia itu tidak bisa membantumu akan tetapi ia bisa menjadi perantara, maka minta pertolonganlah kepada yang memiliki dunia, yaitu Allah SWT.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.