Ada banyak doa-doa para nabi yang diabadikan dalam al-Quran. Salah satunya yaitu doa Nabi Musa as saat menghadapi Fir’aun yang mengklaim dirinya sebagai Tuhan. Allah SWT memerintahkan untuk mengingatkan raja zalim yang sudah melampaui batas. Kekejaman Fir’aun membuat Nabi Musa merasa khawatir justru akan disiksanya. Saat itu Allah mengatakan agar tidak usah khawatir, karena akan menolongnya. Lalu Nabi Musa memanjatkan doa berikut:
رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْٓ اَمْرِيْ وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَانِيْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ
Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku agar mereka mengerti ucapanku (QS. Taha: 25-28).
Dalam doa di atas ada beberapa permohonan yang dipinta oleh Nabi Musa as, yakni agar dilapangkan dadanya, karena tatkala pikiran dipenuhi dengan persoalan hati kita terasa sempit atau mudah emosional, hingga kurang untuk bersabar. Kemudian meminta dimudahkan urusan supaya segera teratasi. Ketiga, permohonan dihilangkan dari kekakuan lidah agar ucapan mudah dipahami. Pada kalimat terakhir tersebut, menjadi sentral untuk doa orang-orang upaya agar tidak demam panggung atau saat menghadapi ujian yang berbasis dengan lisan.
Tak heran bila doa tersebut popular, karena berharap mendapatkan keberkahan Nabi Musa sebagaimana Allah SWT telah menolongnya. Doa ini sangat tepat untuk menjadi perantara apa yang kita permohonkan.