Ash-Shidiq Gelar Istimewa Abu Bakar

KhazanahAsh-Shidiq Gelar Istimewa Abu Bakar

Abu Bakar merupakan orang pertama yang beriman setelah Rasulullah SAW. Ia memeluk Islam tanpa ada keraguan dalam hatinya, lain halnya di kala orang-orang harus beriman setelah para nabi menunjukkan mukjizat. Abu Bakar sahabat setia yang menemani Rasulullah SAW dalam suka duka dari awal Islam sampai kewafatannya.

Siapakah sebenarnya Abu Bakar. Mengapa ia dengan mudahnya menerima Islam setelah Nabi SAW mengajaknya sampai mendapat gelar Ash-Shiddiq. Nama asli Abu Bakar adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’aib bin Ghalib Al-Quraisy At-Taimi. Nasabnya bertemu dengan Rasulullah SAW pada kakek ke enam, yaitu Murrah bin Ka’ab. Ia lahir di Mekkah, pada 573 M atau lebih kurang dua tahun enam bulan setelah Tahun Gajah.

Latar belakang Abu Bakar berasal dari keluarga yang berada, hingga membuatnya menjadi golongan terpelajar. Bapaknya masuk Islam pada Fathu Makkah. Ibrahim al-Qurtubi dalam Tarikh Khulafa mengutip Imam Nawawi, Abu Bakar merupakan pemimpin kaum Quraisy di masa Jahiliyah, beliau sering dilibatkan dalam musyawarah dan dicintai kaumnya. Ketika Islam datang, ia meninggalkan segalanya. Ia masuk Islam secara sempurna, senantiasa menambah wawasannya, menambah kebaikannya hingga ia meninggal.

Pada masa jahiliyah Abu Bakar memegang jabatan yang mengurusi al-isynaq, yaitu diyat atau denda. Selain itu, ia dikenal dengan sejumlah hal, misalnya ilmu pengetahuan tentang nasab. Sebagai pakar ahli nasab. Ia memiliki catatan pengalaman dan kapabilitas yang cukup besar sehingga menjadi master bagi para pakar lainnya.

Profesi pedagang juga ditekuni Abu Bakar. Ia terbiasa masuk keluar kota menjelajahi negeri-negeri untuk berniaga hingga menjadi saudagar yang sukses dan dermawan. Ibnu Ishaq dalam As-Shirah, banyak yang menyukai Abu Bakar karena keutamaan dan akhlak yang dimilikinya. Untuk menjaga kehormatannya, ia tidak meminum-minuman keras. Lebih mencengangkannya lagi, Abu Bakar tidak menyembah berhala. Meski ada yang mengatakan, Abu Bakar diajak untuk menyembah berhala oleh kedua orang tuanya. Pada masa kecilnya pernah meminta sesuatu kepada berhala, tetapi keinginannya tersebut tak terkabul. Sejak saat itu, ia tak lagi menyembah berhala.

Oleh karena itu dapat dilihat jika Abu Bakar itu orang yang menjaga diri pada masa jahiliyah. Hasrat spiritualnya mencari agama yang benar pada akhirnya terpenuhi melalui bukti pengakuannya terhadap Islam. Bagi Abu Bakar, Nabi Muhammad SAW bukan orang baru dikehidupannya. Ia mengetahui banyak tentang Rasulullah SAW sejak kecil sebagai sosok yang jujur, ramah, halus, santun, dan berkepribadian luhur.

Baca Juga  Mbah Moen, Kiai Adaptif Zaman

Gelar Ash-shiddiq yang artinya jujur atau benar disematkan Rasulullah kepada Abu Bakar usai peristiwa Isra’ Mi’raj. Saat orang-orang Quraisy mendengar cerita dari Nabi SAW, bahwa dirinya telah melakukan perjalanan dari Mekkah menuju Masjidil Aqsha lantas pergi ke atas langit ke tujuh Shidratul Muntaha bertemu Allah dalam satu malam lalu menertawakan karena dinilai tidak masuk akal. Namun, tidak dengan Abu Bakar, ia mengatakan, “Jika ia (Muhammad) berkata demikian, maka itu benar.”

Dalam suatu kisah diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud yang diceritakan sendiri oleh Abu Bakar bagaimana ia memeluk agama Islam. Suatu ketika Abu Bakar menemui ahli kitab. Rahib itu melihatnya lalu bertanya, “Tampaknya kau berasal dari Haram?”, Aku berkata “Ya”, “Tampaknya kau berasal dari suku Quraisy?” “Ya”, “Tampaknya kau berasal dari Bani Taim”, “Ya” ucap Abu Bakar.

Kemudian rahib itu bertanya lagi, “Ada satu hal yang hendak aku tanyakan darimu, yaitu tentang diri tuan sendiri. Apakah tak keberatan jika aku lihat perutmu?”. Aku menolaknya dan bertanya. “Kau harus memberitahuku dulu, kenapa aku harus melihatkan perutku?.” Kemudian rahib berakata padauk, “Aku membaca di dalam kitab suci, bahwa ada seorang nabi akan diutus di Haram dan dua orang akan bersama nabi ini serta menolongnya di sepanjang waktu. Yang satu adalah anak muda dan yang kedua adalah orang tua paruh baya yang bertubuh kurus dan berkulit sangat putih. Memiliki tanda di atas perut dan di paha kirinya. Aku melihat semua tanda tersembunyi itu, maka tunjukkan perutmu.”

Mendengar penjelasan rahib, Abu Bakar menunjukkan perutnya. Tanda-tanda itu ada dalam dirinya. Nasihat baik pun diberikan kepada Abu Bakar. Setelah semuanya pekerjaannya selesai ia bergegas meninggalkan Yaman dan berangkat menuju Mekkah Al-Mukarramah, menunggu kedatangan Nabi terakhir tersebut. Seketika yang menjadi manusia utusan itu merupakan teman masa kecilnya sendiri, yaitu Muhammad bin Abdullah.

Maka dari itu, saat ajakan untuk menjadi Muslim itu datang tak ragu Abu Bakar untuk mengimani, membenarkan, menyerahkan segala jiwa raga, dan yang dimilikinya untuk agama Allah. Kecintaannya terhadap Islam telah sempurna. Memang tepat, bila Abu Bakar mendapat gelar Ash-Shiddiq.

Demikian Abu Bakar sejak awal telah Allah SWT pilih sebagai sahabat perjuangan untuk menemani sang Rasul dalam mensyiarkan Islam. Mengimani dan selalu membenarkan apapun yang disampaikannya sang Rasul bagian dari bukti kemurnian, bahwa Tuhan sendiri yang menggerakkan hatinya untuk melihat Islam agama yang haq

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.