Kiat Mengatasi Rasa Ragu dalam Hati

KhazanahKiat Mengatasi Rasa Ragu dalam Hati

Keraguan adalah kondisi hati yang tak menenangkan. Ketidaktetapan hati memang kondisi fitrah dari kalbu manusia. Artinya, kemunculan rasa syak sebenarnya sesuatu yang wajar, dan dalam kadar serta konteks tertentu justru penting. Namun demikian, membiarkan rasa bimbang bercokol dalam hati bukanlah pilihan tepat. Rasulullah mengingatkan kita untuk bergegas meninggalkan sesuatu yang membuat kita ragu menuju hal yang lebih meyakinkan. Karena dari keyakinan akan timbul ketenangan.

Rasa ragu dalam hati bisa dibilang adalah efek dari bisikan setan. Mereka tak akan berhenti membisikkan keburukan pada benak anak Adam, termasuk perasaan ragu yang menjadi penghalang dari cahaya keyakinan. Kerja-kerja setan tersebut dijelaskan dalam surat al-Nas [114]: 4-5, Allah berfirman, Dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Di permulaan surat al-Nas, sekaligus dijelaskan agar kita meminta perlindungan pada Allah sebagai langkah untuk mengatasi bisikan jahat setan.

Perintah Nabi untuk menjauh dari hal yang meragukan tadi diceritakan oleh cucu kesayangan beliau, Sayyidina Hasan, yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tinggalkanlah apa yang meragukanmu, (dan beralihlah) kepada apa yang tidak membuatmu ragu (al-Tirmidzi dan al-Nasa’i). Sabda Nabi ini mengandung pesan agar kita senantiasa bersikap wara’ atau menjaga diri dengan menjauhi hal-hal yang tak jelas.

Perasaan syak tentu sangat beragam bentuk dan konteksnya. Misalnya kita dihadapkan pada sesuatu yang meragukan dan belum jelas status halal haramnya, maka lebih baik meninggalkan hal tersebut. Di lain konteks, kita juga sering merasa ragu ketika hendak mengambil tindakan atau memilih sesuatu. Rasa was-was pun kerap menjadi penyakit dalam ibadah. Bukankah kita sering tiba-tiba ragu jumlah rekaat saat sedang shalat, atau ragu antara kentut dan tidak setelah berwudhu, ada juga yang berkali-kali mengulang takbiratul ihram karena tak kunjung merasa yakin atas niat shalatnya.

Sesuatu yang meragukan ibarat zona abu-abu. Menghasilkan suasana redup yang membuat hati gelisah. Keraguan-keraguan yang sering kita hadapi seperti beberapa contoh di atas mesti diatasi. Perintah memohon perlindungan dari bisikan setan dalam surat al-Nas tadi dapat kita terjemahkan sebagai instruksi untuk berdoa.

Baca Juga  Puasa, Momentum Penyucian Hati

Nabi mengajarkan doa yang dapat dibaca saat rasa ragu melanda. Dalam hadis yang diriwayatkan Sayyidah ‘Aisyah disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Siapa yang mendapati rasa was-was hendaknya dia mengucapkan: Aamantu billahi wa bi rasulihi (Aku beriman kepada Allah dan kepada utusan-Nya (HR. Muslim).

Dilengkapi dengan membaca doa yang dianjurkan oleh Ibnu Abbas manakala hati merasa ragu dengan mengucapkan, Huwal-awwalu wal-akhiru wazh-zhahiru wal-bathinu wa huwa bikulli syai’in ‘aliim (Dialah (Allah) yang Maha Awal dan Maha Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin. Dia Maha Mengetahui atas segala sesuatu).

Rasulullah pun menambahkan tindakan konkret untuk mengatasi keraguan. Yakni dengan memilih meninggalkan perkara atau situasi yang dirasa tak jelas, beralih menuju titik yang meyakinkan. Peralihan menuju sesuatu yang tak meragukan ini menuntut adanya usaha diri. Suatu perkara memang sudah semestinya dibangun berdasarkan keyakinan, bukan pondasi keraguan yang rapuh.

Secara lebih spesifik, mengatasi rasa ragu saat hendak mengambil tindakan atau memilih sesuatu bisa dilengkapi dengan melakukan shalat istikharah. Selalu meminta pertimbangan Allah dan melibatkan-Nya dalam memutuskan sesuatu adalah di antara tanda umat yang berbahagia. Kebahagiaan tersebut muncul karena rasa cinta kepada Allah. Cinta itulah yang mendorong kita untuk selalu meminta sumbangsih dan pendapat Allah ketika memutuskan sesuatu. Bukankah saat mencintai seseorang, segala hal ingin kita bagi dan ceritakan padanya?

Adapun amanat dari hadis Rasulullah di atas adalah untuk berhati-hati dan menjaga diri dari sesuatu yang belum jelas, lalu menempatkan diri pada sesuatu yang tak membuat ragu. Was-was dalam konteks ibadah atau hukum, keraguan dalam perkara muamalah, dan lain sebagainya dapat diatasi dengan doa yang dibarengi dengan proses mencari tahu. Sebab, perintah Nabi untuk beralih pada sesuatu yang tak meragukan pada hadis di atas meniscayakan upaya diri untuk berpikir dan beraksi. Sederhananya, ketika dilanda keraguan, jangan lewatkan doa meminta petunjuk Tuhan serta usaha untuk mencari kejelasan. Tak lain, karena sesuatu yang terang akan menimbulkan ketenangan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.