Saat ini negeri kita masih dalam musim penghujan. Sejumlah wilayah di Tanah Air mengalami curah hujan dengan intensitas yang beragam. Angin dan guntur pun sering kali menyertai hujan yang turun. Bagi daerah yang menjadi langganan banjir, musim hujan selalu menjadi momok tersendiri.
Hujan sendiri adalah rahmat. Anugerah dari Allah untuk penduduk bumi. Bersamaan dengan turunnya rahmat tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan cara menyikapinya dengan memanjatkan doa. Hujan sendiri merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa. Dalam hadis yang diriwayatkan Sayyidah Aisyah, ia bercerita bahwa Nabi ketika melihat turunnya hujan, beliau berkata:
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
Allahumma shayyiban naafi’an.
Artinya, Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat (HR. Bukhari).
Hujan yang deras disertai petir juga ada doanya tersendiri. Lafaz doa tersebut disandarkan kepada sahabat Abdullah ibn Umar (mauquf), bahwa ketika mendengar petir, Ibnu Umar berhenti berbicara lalu ia membaca doa. Lafaz doa tersebut bersesuaian dengan ayat al-Quran surat al-Ra’d [13]: 13.
سُبْحَانَ الَّذِيْ يُسَبِّحُ الرَّعْدُ بِحَمْدِهِ وَالْمَلَائِكَةُ مِنْ خِيْفَتِه
“Subhanallazii yusabbihur ra’du bihamdihi wal malaaikatu min khiifatih.”
Yang artinya, Maha Suci Allah yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji-Nya karena rasa takut kepada-Nya (HR. Malik dan al-Baihaqi).
Selain itu, ada juga doa Nabi supaya hujan dipalingkan ke tempat yang dipandang lebih tepat atau lebih bermanfaat. Suatu ketika Nabi pernah diminta berdoa agar hujan turun. Doa beliau pun terkabul. Namun kemudian hujan turun berhari-hari dengan curah yang tinggi dan berisiko, sehingga Rasulullah pun kemudian memohon kepada Allah supaya cuaca menjadi cerah dan hujan itu dialihkan ke lain tempat yang lebih tepat dengan berdoa:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلاَ عَلَيْنَا ، اللَّهُمَّ عَلَى الآكَامِ وَالظِّرَابِ ، وَبُطُونِ الأَوْدِيَةِ ، وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allahumma haawalaina wa laa ‘alaina. Allahumma ‘alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.
Artinya, Ya Allah turunkanlah hujan ini di sekitar kami (memberkahi), jangan di atas kami (memudharatkan). Ya Allah curahkanlah hujan ini di atas bukit-bukit, di gunung-gunung kecil, di perut-perut lembah, serta di tempat-tempat tumbuhnya pepohonan (HR. Bukhari dan Muslim).
Suasana ketika hujan sangatlah beragam. Angin kencang kerap kali juga menyertai hujan yang turun. Abu Hurairah menceritakan riwayat Nabi yang menganjurkan kita agar berdoa saat angin bertiup. Nabi bersabda, “Angin adalah bagian dari pemberian Allah, bisa membawa rahmat dan bisa membawa azab. Jika kalian melihatnya, jangan mencelanya, mohonlah kepada Allah kebaikannya, dan berlindunglah kepada Allah dari keburukannya.”
Diriwayatkan oleh Imam Muslim, bahwa ketika turun hujan disertai angin kencang, Nabi Muhammad SAW membaca doa ini:
اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ
Allahumma inni as aluka khoiraha wa khoira ma fiha wa khoira ma ursilat bihi wa a’udzubika min syarriha wa syarri ma fiha wa syarri ma ursilat bihi.
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan angin ini, dan kebaikan yang ada padanya, serta kebaikan yang dibawanya. Dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, keburukan yang ada padanya, dan keburukan yang dibawanya.”
Doa adalah kebutuhan kita sebagai seorang hamba. Allah senang mendengar hamba-Nya melangitkan harapan-harapan mereka. Dalam situasi apapun, doa akan selalu baik untuk dipanjatkan. Wallahu a’lam. []