Sutayta Al-Mahamali Ilmuwan Matematika Abad 10

KhazanahHikmahSutayta Al-Mahamali Ilmuwan Matematika Abad 10

Kendati ilmuwan perempuan asing terdengar di zaman dulu, bukan berarti tidak ada. Sutayta Al-Mahamali merupakan ilmuwan perempuan bidang matematika yang lahir pada masa Khalifah Dinasti Abbasiyah. Ia memberi kontribusi yang besar dalam pengembangan matematika untuk penjelasan perhitungan ilmu faraid (waris) dan kemampuannya menemukan solusi persamaan angka serta memecahkan rumus-rumus sulit, hingga para ilmuwan setelahnya kerap kali menjadikannya sebagai kiblat pengetahuan matematika.

Sebelum Islam datang, derajat perempuan yang direndahkan, mulai terangkat dan berupaya menyamaratakan kedudukannya sebagai manusia layak diperlakukan. Lebih gemilangnya Islam mengalami kejayaan di mulai pada masa Dinasti Abbasiyah khalifah Abu Ja’far Al-Mansur dan diteruskan hingga berjalan lima abad lamanya. Kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan dan kemahiran mengatur ekonomi negara menunjang kemakmuran bagi rakyatnya. Para ilmuwan, baik perempuan maupun laki-laki mendapat tempat untuk mengembangkan potensinya. Demikian Sutayta Al-Mahamali hidup dalam lingkungan yang sangat menjunjung tingginya peradaban.

Sebenarnya, Sutayta menguasai banyak ilmu pengetahuan, tetapi orang-orang mengenalnya masyhur sebagai matematikawan perempuan handal. Kedudukannya sebagai ilmuwan, tak kalah sejajar dengan ilmuwan pada masanya, seperti Al-Khawarizmi, Al-Battani, Al-Kindi, dan lainnya. Kala itu, Baghdad masa Dinasti Abbasiyah menjadi pusat peradaban ilmu. Di kota tersebut, Sutayta lahir sekaligus tumbuh dalam keluarga yang berpendidikan, ayahnya Abu Abdullah Al-hussein merupakan seorang hakim yang terkenal di Baghdad.

Kendati Sutayta, seorang anak perempuan ayahnya mengajarkan banyak pengetahuan dan mendatangkan banyak guru untuk mengajarinya, salah satunya sang ayah sendiri. Ia memiliki seorang paman yang merupakan sarjan bidang hadis dan anaknya juga menjadi seorang hakim. Tak aneh, jika ada banyak cendekiawan yang dekat dan akrab di sekitarnya. Tak hanya itu, kecerdasan Sutayta juga mendapat pujian dari tokoh Al-Baghdadi dan Ibnu Katsir.

Baca Juga  Duta Damai, Strategi Digital Mencegah Radikalisme

Mungkin karena keterbatasan informasi yang mencatat tokoh intelektual perempuan pada zaman dulu, tak ada penjelasan spesifik mengenai persamaan matematika. Namun, yang pasti Sutayta memberikan kontribusi asli untuk teori aritmatika dan sistem persamaan tersebut, sebuah gebrakan bagi kaum hawa yang kala itu terdiskreditkan dalam ranah pendidikan intelektual.

Perlu diketahui mengapa teori aritmatika yang Sutayta miliki itu menjadi ilmu pengetahuan yang perlu dipelajari. Hal ini dikarenakan logika matematika difungsikan untuk mendayagunakan nalar kritis manusia, meningkatkan kecakapan berhitung di atas rata-rata, melatih keseimbangan otak kanan dan kiri sekaligus mengoptimalkan analisis dan berpikir yang benar serta runut, membiasakan berkonsentrasi untuk menguasai pelajaran lainnya, membiasakan diri bergelut dengan angka-angka, hingga tidak alergi pada pelajaran eksakta.

Demikian Sutayta wafat pada tahun 987 M. Dalam sejarah Islam ia dikenang sebagai salah satu perempuan yang cemerlang dan peduli terhadap dunia pendidikan. Kecantikan perempuan itu menjadi bukan karena fisiknya, melainkan karena isi otaknya dan karya-karya yang diciptakannya memberi manfaat bagi manusia. Ini mengapa setiap orang harus mementingkan pendidikan, bukan karena ia laki-laki, bukan pula karena ia perempuan. Namun, karena Islam mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu agar tidak mudah dibodohi dan adu domba, hingga agama Islam tetap berdiri kokoh dan tidak dihancurkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Thalabul ‘ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.