Melestarikan Wayang Media Kreatif Syiar Islam

KolomMelestarikan Wayang Media Kreatif Syiar Islam

Baru-baru ini media sosial ramai karena cuitan dari penggalan ceramah Ustaz Khalid Basalamah. Pasalnya, ia menyatakan agar budaya yang menurutnya bukan bersumber dari Islam sebagaimana wayang seharusnya dimusnahkan. Ungkapan tersebut, tentu sangat kontroversial karena bertolak belakang dengan kebijakan terhadap pelestarian warisan budaya Nusantara. Selain itu, pewayangan bukan hanya milik umat Muslim, tetapi menjadi warisan yang bisa dinikmati bangsa Indonesia dan masyarakat global dengan menampilkan sajian cerita yang ciamik.

Jika pada masa Nabi Muhammad SAW Islam dapat mengadopsi tradisi budaya bangsa Arab, maka Islam yang ada di Indonesia dapat menyesuaikan budayanya. Islam itu berpegang pada nilai keluhuran, tidak mempatenkan suatu budaya tertentu untuk diikuti hanya karena Islam turun di wilayah Arab. Beragamnya Islam yang dipahami manusia di dunia bukan karena Islam itu berbeda lantas dipersalahkan, akan tetapi selagi masih berpedoman pada argumentasi yang kokoh dan tidak ada kefatalan menyalahi aturan syariat secara pasti, maka semestinya perihal wayang tidak semestinya dipersalahkan, apalagi sampai berniat memusnahkan.

Mungkin karena kita sering mendengar hal buruk tentang jahiliyah, seolah-olah tidak ada kebaikan di masa itu. Saya pun demikian, tetapi lain cerita ketika membaca sejarah yang kemudian disinkronkan dengan bagaimana Rasulullah SAW beragama. Faktanya, beliau sangat ramah dengan budaya yang ada di sekitar, ada banyak budaya sebelum Islam yang tetap dipertahankan, karena mengandung nilai kebaikan. Sebagai contoh, berdoa saat bersin,

Oleh karena itu, wayang yang sudah jelas memiliki nilai kebaikan dalam membantu penyebaran Islam secara masif kala itu, khususnya daerah Jawa, lantas apa yang disalahkan dari wayang sehingga terpikir untuk dimusnahkan. Di antara Wali Songo, terutama Sunan Kalijaga disebut-sebut sebagai orang yang mempopulerkan dunia pewayangan, karena kepiawaiannya mereformasi wayang dari bentuk sederhana, berupa gambar manusia dan lainnya sampai berbentuk canggih berhasil menarik masyarakat untuk lebih mengenal Islam.

Perkara lain yang patut diketahui, wayang ini menjadi media kreatif dalam menyampaikan syiar Islam secara ramah dengan jam terbang yang senantiasa ditunggu-tunggu pementasan pagelaran wayang oleh masyarakat. Mengapa disebut syiar Islam, sebab sebagai tujuan para Wali Songo adalah berdakwah untuk memperkenalkan Islam di seluruh bumi Allah, maka tak ayal setiap kisah yang diceritakan dalam pewayangan mengandung unsur spiritual, hikmah, dan pelajaran lainnya.

Sunan Kalijaga sangat memahami kebutuhan pasar. Itu sebabnya, di antara berbagai lakon wayang lazimnya diambil dari epos Ramayana dan Mahabarata. Ia dikenal sebagai piawai memaparkan kupasan-kupasan ruhaniah berdasarkan ajaran tasawuf dan sisipan nilai moral lainnya untuk mendidik masyarakat yang lebih berbudaya.

Mengutip Babad Cirebon dalam buku Atlas Wali Songo karya Agus Sunyoto (2019), bahwa selama menjadi dalang berkeliling ke berbagai tempat, Sunan Kalijaga kadang menjadi dalang panutan dan dalang wayang. Sunan Kalijaga berkeliling tempat dari wilayah Padjajaran hingga wilayah Majapahit. Masyarakat yang ingin nanggap wayang bayarnya tidak berupa uang, melainkan cukup membaca dua kalimat syahadat, sehingga dengan cara itu Islam berkembang pesat.

Baca Juga  Lebih dari Sekadar Bergembira Menyambut Ramadhan

Lantaran hal tersebut, tanpa banyak basa-basi mereka masuk Islam dengan perasaan suka cita, meski dengan embel-embel agar melihat pertunjukan wayang. Namun, melalui cara itu masyarakat justru pada akhirnya memahami, kalau Islam agama yang dikenalnya itu dapat memberi kenyamanan dan sumber kebahagiaan. Ketika hati sudah dipikat, maka tak sulit memerintahkan masyarakat agar menjalankan ajaran-ajaran Islam lainnya. Sebab keikhlasan yang tertanam dalam beragama menjadi landasan masyarakat untuk mematuhi segala tentang Islam, tentu secara perlahan tapi pasti.

Kita harus realistis dalam beragama. Siapa yang paling bisa menerjemahkan Islam yang diinginkan Tuhan secara pasti kalau bukan Rasulullah SAW dan ulama sebagai pewaris ilmunya. al-ulama waratsatul anbiya (ulama pewaris para nabi). Salah satu karakter pasti dimiliki ulama adalah mereka yang tinggi ilmunya, memberikan teladan yang baik, dan paling rendah hati mendidik masyarakat dengan pemahaman Islam yang mudah dipahami serta membekas dalam lubuk hati manusia.

Menurut pandangan Agus Sunyoto, Sunan Kalijaga adalah Wali yang luas cakupan bidang dakwahnya dan paling besar pengaruhnya di kalangan masyarakat. Sebab selain berdakwah berkeliling tempat, ia penggubah tembang, pemancangan men-men (tukang dongeng keliling), penari topeng, desainer pakaian, perancang alat-alat pertanian, penasihat sultan dan peindung ruhani kepala-kepala daerah. Di samping Sunan Kalijaga juga dikenal sebagai guru ruhani yang mengajarkan tarekat Syattariyah dari Sunan Bonang sekaligus tarekat Akmaliyah dari Syekh Siti Jenar, yang sampai sekarang masih diamalkan para pengikutnya yang tersebar di seluruh Nusantara.  

Syahdan, garapan pendidikan yang digagas Sunan Kalijaga melalui dunia pewayangan perlu diapresiasi. Komponen wayang pun tidak hanya berisi kisah, melainkan ada tembang-tembang dan memuat lafal ayat al-Quran dan zikir. Inisiatif dari Sunan Kalijaga ini sungguh luar biasa. Ia bukan saja merangkul aspek pendidikan bagi orang dewasa, melainkan menciptakan permainan bagi anak-anak dan nilai-nilai etis yang bersumber dari ajaran Islam.

Kiranya Sunan Kalijaga ini adalah sosok yang multitalenta. Keluwesannya dalam berdakwah tidak hanya melalui lisan yang penuh sarat makna. Namun, beberapa solusi ia tampilkan melalui lakon teladannya dengan aksi nyata, hingga masyarakat menjadi orang yang dicintai dan selalu dirindukan masyarakat.

Demikian kehadiran Sunan Kalijaga membawa suasana positif dalam membangun semangat belajar dan berkarya melalui seni budaya yang dikembangkannya. Nama dan banyaknya gelar yang didapatkannya disebabkan, ia tak pernah kehabisan akal untuk terus mencari inspirasi dengan menyajikan cerita wayang yang berbobot dengan genre yang beragam. Maka dari itu, wayang adalah karya kreatif yang Tuhan karuniakan melalui akal manusia pilihannya untuk menyemai Islam yang penuh rahmat. Jadi, masih berpikir apalagi, tetap lestarikan warisan budaya kita dan jangan pernah sekali berpikir untuk memusnahkannya.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.