Rasulullah SAW Tidak Pernah Memukul Siapapun, Apalagi Wanita

KhazanahHadisRasulullah SAW Tidak Pernah Memukul Siapapun, Apalagi Wanita

Kekerasan dalam rumah tangga tidak dapat dinormalisasi di dalam keluarga Muslim. Bagaimana mungkin kita mentolerir sikap suami memukul istri, sementara teladan kita yang sempurna adalah seorang Nabi SAW yang sangat lembut, terutama terhadap perempuan? Nabi Muhammad tidak pernah memukul seorang wanita pun, bahkan memukul binatang saja tidak. Beliau tidak pernah menyakiti apapun, dan tidak pernah memukul siapapun kecuali sekadar membela diri dalam pertempuran.

Dalam sebuah hadis, istrinya bersaksi bahwa Nabi SAW tidak pernah memukul.  Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW tidak pernah memukul seorang hamba atau seorang wanita, dan dia tidak pernah memukul apapun dengan tangannya (HR. Muslim). Nabi SAW selalu konsisten dengan ajarannya tentang kebaikan, terutama kebaikan terhadap sesama manusia. Budaya kekerasan dan main tangan merupakan salah satu budaya yang dipatahkan Nabi SAW. Bahkan, walaupun menurut standar waktu itu normal-normal saja memukul budak misalnya, Nabi membuat aturan bahwa Muslim yang memukul budak harus menebus kesalahannya dengan membebaskan budak yang dipukulnya. Ibnu Umar meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Barang siapa memukul hambanya melewati batas atau menamparnya, maka penghapus dosanya adalah membebaskannya (HR. Muslim).

Nabi memerintahkan kebaikan dan kelembutan bahkan untuk hewan sekalipun. Beliau memperingatkan kita untuk tidak memukuli binatang. Dalam suatu hadis, Aisyah RA menceritakan, “aku berada di atas seekor unta yang berperilaku buruk, jadi saya mulai memukulnya”. Lantas Rasulullah SAW bersabda. “Kamu harus lemah lembut. Sesungguhnya kelembutan itu tidak ada pada sesuatu melainkan memperindahnya, dan tidak dicabut dari sesuatu pun kecuali mempermalukannya” (HR. Ahmad).

Adapun dalam kasus istri yang melakukan dosa besar, menurut  kacamata budaya klasik, memang ada kebolehan bagi pria untuk memukul istri semacam itu. Namun Nabi SAW, menentukan standar berbeda. beliau membatasi pukulan itu dengan definisi baru, ‘pukulan yang tidak menimbulkan rasa sakit’ (ghaira mubarrih). Yakni hanya sebagai isyarat simbolis tentang upaya terakhir untuk memperbaiki perilaku pelaku dosa besar. 

Baca Juga  NU Benteng Terakhir NKRI

Pukulan tanpa rasa sakit hanyalah mekanisme pengajaran yang dimaksudkan untuk menarik perhatian pada keseriusan dosa besar dan memperbaiki perilaku buruk. Cara demikian itu sama sekali bukan dimaksudkan untuk menghukum, mempermalukan, atau merendahkan martabat seorang istri, yang paling penting lagi, tidak dimaksudkan untuk melukai atau menyakiti. 

Meskipun demikian, Nabi sendiri tidak pernah melakukan hal ini, beliau tidak pernah menggunakan mekanisme pukulan, dan beliau mengkritik laki-laki yang memukul istri mereka. Iyas ibn Abdullah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, Banyak wanita datang ke keluarga Muhammad mengeluh tentang suami yang memukul mereka. Mereka para suami tersebut bukanlah orang-orang yang terbaik (HR. Abu Dawud). Jelas saja, orang-orang yang memukul istri dianggap keluar dari standar moral yang diajarkan Nabi SAW, sebab beliau telah mengajarkan, Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan sebaik-sebaik kamu adalah orang yang paling baik kepada istrinya (HR. Tirmidzi).

Dalam segala hal, Nabi menganjurkan kita untuk bersikap baik dan lembut kepada orang lain, karena kebaikan itu diberikan pahala khusus dari Allah. Rasulullah SAW bersabda, Sesungguhnya Allah itu Maha lembut dan Dia menyukai kelembutan. Dia memberi balasan untuk kelembutan, yang tidak diberikan untuk kekerasan. Dia tidak menyukai hal lain seperti itu (HR. Muslim)

Setiap keluarga Muslim harus bersikap baik dan lembut terhadap pasangan dan anggota keluarganya, karena kelembutan dalam rumah tangga adalah tanda nikmat Allah. Aisyah meriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW bersabda, jika Allah SWT menghendaki kebaikan bagi sebuah rumah tangga, Dia membiarkan kelembutan datang atas mereka (HR. Ahmad)

Oleh karena itu, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk meneladani Nabi. Dia tidak pernah memukul orang lain, terutama wanita. Nabi SAW sangat lembut, sabar, sabar, dan pemaaf dengan keluarganya, istrinya, teman-temannya, dan bahkan orang-orang yang melecehkannya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.