Tidak Pantas Menyebut Orang Tua Nabi di Neraka

KolomTidak Pantas Menyebut Orang Tua Nabi di Neraka

Rasulullah SAW adalah alasan mengapa semesta ini tercipta. Bukan Nabi Adam AS, tapi Nur Muhammad lah yang pertama diciptakan Tuhan. Artinya, Allah sangat mengistimewakan beliau. Keberadaan Nabi selalu terjaga. Nasabnya mulia dan terlindungi dari keburukan serta kotoran. Karenanya, mengatakan orang tua Nabi sebagai kafir yang bertempat di neraka adalah perkataan yang tidak pantas. Sayang sekali, ceramah demikian marak di media sosial. Bagaimana mungkin Nur Muhammad yang suci dilewatkan sesuatu yang kotor. Penting untuk menelaah lebih detail riwayat yang secara tekstual mengindikasikan orang tua Nabi berada di neraka.

Dalam riwayat Imam Muslim terdapat hadis yang menyebut kisah seorang lelaki bertanya kepada Nabi. Anas bin Malik menceritakan ada laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah SAW, “Di mana bapakku?” Nabi menjawab, “Di neraka”. Saat orang tersebut berpaling (pergi), Rasulullah memanggilnya dan bersabda, “Bapakku dan bapakmu berada di neraka” (HR. Muslim).

Imam Muslim dalam Shahih Muslim juga meriwayatkan hadis yang tercantum pada bab permintaan izin Nabi. Rasulullah SAW bersabda, Aku meminta izin kepada Tuhan untuk meminta ampun bagi ibuku, namun Dia tidak mengizinkan. Lalu aku meminta izin berziarah ke kuburnya, dan Dia memberi izin kepadaku (HR. Muslim). Atas dasar hadis ini, sebagian pihak menganggap kufurnya ibu Nabi, karena Allah tak mengizinkan Nabi mendoakannya. Jika didalami, istighfar adalah permohonan agar dosa dihapus, sedangkan ibu Nabi adalah golongan ahlu al-fatrah (belum mendengar dakwah), sehingga tak perlu memintakan ampun bagi orang yang tak ada ketentuan hukum baginya.

Berdasarkan kajian sanad, hadis tentang ayah Nabi di atas memang sahih. Namun, secara matan (redaksi) terasa sangat mengganjal. Berkaitan dengan hal ini, Imam Syafi’i mengatakan, bahwa tidak tertutup kemungkinan adanya hadis yang sahih secara sanad tapi matannya bermasalah. Secara lebih tegas, ketentuan bahwa suatu hadis itu sahih, adalah hadis yang sanad serta matannya sahih. Suatu hadis bisa menjadi hujjah bilamana sahih secara sanad dan matan.

Syahdan, setelah mendengar jawaban dari Nabi, lelaki tersebut merasa terpukul sebab ayahnya dikabarkan ada di neraka. Ia pun berpaling pergi dalam situasi batin yang menyedihkan. Rasulullah kemudian memanggilnya kembali dan seolah memberikan klarifikasi. Karena Nabi terlanjur menginformasikan berita menyedihkan tersebut, maka untuk mengobati kesedihannya Nabi mengatakan bahwa bapak beliau juga di neraka. Semacam ekspresi solidaritas. Qadhi ‘Iyadh juga menyampaikan, bahwa ucapan Nabi itu dimaksudkan untuk menghibur dan menghilangkan rasa putus asa lelaki yang bertanya tadi.

Sangat mengagumkan bagaimana Nabi berusaha menjaga perasaan sahabatnya. Beliau berkorban memertaruhkan nama baik sang ayah demi perasaan orang lain. Hal itu terbukti, sampai hari ini ada yang meneguhkan anggapan orang tua Nabi sebagai musyrik dan bertempat di neraka. Bagi saya, klarifikasi Nabi pada laki-laki tersebut justru menunjukkan kecerdasan beliau. Bahwa, Rasulullah mampu mengelola situasi tak nyaman tadi dengan siasat jitu hingga bisa memerbaiki suasana hati tanpa ada unsur kebohongan.

Saya katakan cerdas karena, lelaki itu tentu menganggap bahwa ayah Nabi benar masuk neraka. Sedangkan ayah dalam tradisi Arab kerap dialamatkan untuk sosok paman. Sangat mungkin ayah yang dimaksud Nabi adalah paman beliau. Ada Abu Lahab, paman Nabi yang jelas telah ditetapkan masuk neraka. Sedangkan ayah kandung Nabi tidaklah di sana. Kerangka ini terasa lebih sopan dan masuk akal. Terlalu kasar bahkan untuk sekadar membayangkan orang tua Nabi dianggap kafir dan bertempat di neraka.

Asumsi bahwa posisi bapak dan ibu Nabi di neraka juga bertentangan dengan firman Allah dalam al-Quran—dalil yang lebih kuat dari hadis—. Orang tua Rasulullah telah wafat sebelum beliau menerima mandat kerasulan. Karena itu dakwah islamiah belum sampai pada mereka. Dengan demikian status mereka adalah ahlu al-fatrah, yakni orang-orang yang hidup di masa kekosongan risalah. Golongan demikian tak akan ditimpa siksa karena mereka belum tersentuh dakwah.

Baca Juga  Fandom K-pop yang Tetap Shaleh

Banyak ayat apologetika (pembelaan) orang-orang yang tak menerima dakwah islamiah. Dalam surat Thaha: 134 dikatakan, Dan sekiranya Kami binasakan mereka dengan suatu azab sebelum al-Quran itu (diturunkan), tentulah mereka berkata: “Ya Tuhan kami, mengapa tidak Engkau utus seorang rasul kepada kami, lalu kami mengikuti ayat-ayat Engkau sebelum kami menjadi hina dan rendah. Ayat senada juga Allah firmankan dalam surat Qashash ayat 47.

Apologi mereka diterima, sebab ketiadaan siksa bagi ahlu al-fatrah tercatat dalam surat al-Isra’: 15. Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah) maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk keselamatan dirinya sendiri. Barang siapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul.

Akhir ayat 15 surat al-Isra’ menjamin bagi mereka yang tak mendengar dakwah tidak akan disiksa. Menghukum orang yang tidak tahu aturan agama adalah suatu bentuk kezaliman. Allah sendiri yang menegaskannya, Dan Kami tidak membinasakan suatu negeri, kecuali setelah ada orang-orang yang memberi peringatan. Untuk menjadi peringatan. Dan Kami tidak berlaku zalim (QS. Asy-Syu’ara [26]: 208-209). Hal serupa juga dinarasikan dalam surat Qashash ayat 59.

Selain status sebagai ahlu al-fatrah, penjelasan al-Quran mengenai iman dan kufur penting untuk diketengahkan. Ayat 28 surat al-Taubah menyatakan bahwa orang kafir itu najis. Apabila orang tua Nabi dinilai kafir, maka secara otomatis mereka dianggap najis pula. Suatu penilaian yang menyakitkan dan tentu mengganggu kemuliaan Nabi. Anggapan demikian berseberangan dengan surat al-Syu’ara [26] ayat 219, Dan (melihat pula) perubahan gerak badanmu di antara orang-orang yang sujud.

Dalam menjelaskan ayat tersebut, Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya, mengutip perkataan Ibnu Abbas mengatakan, bahwa Allah melihat perubahan gerak kejadian Rasulullah SAW dari tulang-tulang sulbi nenek moyangnya, yaikni dari tulang sulbi Adam, lalu Nabi Nuh, kemudian Nabi Ibrahim, sehingga Dia memunculkan Muhammad sebagai nabi. Dengan kata lain, Allah menyaksikan bahwa Nabi Muhammad dikeluarkan dari sulbi orang-orang yang sujud, orang-orang saleh, bukan dari sulbi orang kafir.

Jika masih ada yang menyangsikan keterjagaan nasab Nabi karena status Azar, yang dikatakan sebagai ayah Nabi Ibrahim, maka tidak sedikit ulama yang mengatakan bahwa itu adalah nama paman Nabi Ibrahim, bukan ayahnya. Adapun ayah kandung Nabi Ibrahim konon bernama Tarukh.

Ayah dan ibu Nabi adalah orang-orang mulia dan terjaga, yang mana kekasih mulia Tuhan lahir melalui mereka. Hadis tentang ayah Nabi tadi bertentangan dengan Q.S. Al-Isra’: 15. Bahwa, Sayyidah Aminah dan Sayyid Abdullah tergolong ahlu al-fatrah yang tak disiksa karena kekosongan periode dakwah. Al-Quran menyatakan bahwa Nabi berangsur dihadirkan dari orang-orang saleh yang bersujud. Nabi akan sangat terluka mendengar ayah dan ibunya dikatakan sebagai penghuni neraka. Ada kekhawatiran jika surat al-Ahzab: 57 berlaku pula bagi yang menganggap orang tua Nabi kafir.

Di luar silang pendapat dan argumen ilmiah, bagi saya, adab dan nalar saja sudah cukup untuk tidak mengatakan orang tua Nabi kafir dan menghuni neraka. Bagaimana mungkin entitas suci dihadirkan dari sesuatu yang kotor dan najis. Kita pun mesti menjauhkan diri dari laku yang bisa melukai Rasulullah. Hadis Nabi sangat penting untuk tak sekadar dibaca permukaannya saja. Manakala bertentangan dengan prinsip yang lebih kuat dan utama, maka pembacaan kritis pun harus dilakukan. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.