Haul ke-12: Gus Dur Cita-cita Bangun Pusat Kajian Islam se-Asia Tenggara

BeritaHaul ke-12: Gus Dur Cita-cita Bangun Pusat Kajian Islam se-Asia Tenggara

Peringatan haul Gus Dur ke-12 diselenggarakan di sejumlah tempat, yakni Ciganjur, Jombang, Jogjakarta, dan Jerman secara terbuka dan online pada 30 Desember 2021. Acara ini menghadirkan beberapa tokoh nasional dan sederet rangkain acara yang mencerminkan harmonisasi persatuan bangsa. Dalam momentum penampilan parodi Gus Dur, disebutkan salah satu keinginan terbesarnya atas apa yang selama ini menjadi cita-citanya.

“Saya itu sampai saat ini, ingin sekali membangun pusat kajian Islam Asia Tenggara di sepetak tanah kediaman saya di Ciganjur. Nanti kalau itu terwujud mudah-mudahan bermanfaat bagi masyarakat banyak,” ungkap Gus Dur dalam Event Komedian Juragan 11 yang diperagakan oleh Gilang Dirga dalam acara Haul Gus Dur.

Kiranya apa yang dicita-citakan Gus Dur adalah hal yang signifikan untuk diwujudkan. Mengingat potensi bangsa Indonesia sebagai masyarakat dengan penduduk Muslim terbesar di dunia tentu sangat sentral. Dalam data yang dilansir worldpopulationreview.com pada 2021 Muslim Indonesia menempati kedudukan pertama dengan populasi 231 juta umat, peringkat kedua Pakistan dengan jumlah populasi 212.300.000 juta umat, dan peringkat tiga India dengan populasi 200.000.000 umat.

Kesadaran Gus Dur akan bangsa Indonesia untuk memberikan citra Islam yang berwajah rahmatan lil ‘alamin sangat potensial. Selain jauh dari kecamuk peperangan sebagaimana negara Islam di Timur Tengah pada umumnya, mestinya dengan sumber populasi yang melimpah Muslim Indonesia dapat mengendalikan apa yang seharusnya dikaji terkait keislaman berbasis riset dan pemberdayaan umat Muslim yang lebih progresif dalam mengelola keislaman secara global.

Namun, di sini Gus Dur memberi cakupan se-Asia Tenggara sebagai pusat kajian keislaman. Ada beberapa hal yang penulis menginterpretasikan terkait apa yang dicita-citakan Gus Dur tersebut. Pertama, secara kajian geografi Nusantara yang dahulu mencakup se-Asia Tenggara, sehingga jejak penyebaran keislaman di Tanah Air dan peradaban Nusantara yang dulu sebelum terpecah seperti sekarang ini memiliki titik temu.

Baca Juga  Paus Fransiskus: Harapan Baru Ukhuwwah Insaniyyah di Timur-Tengah

Kedua, adanya cakupan wilayah besar dalam mengkaji keislaman secara intens dan berkesinambungan menjadi manuver penting untuk mendorong perdamaian dunia. Bila se-Asia tenggara dapat bersatu memerjuangkan kemerdekaan negara-negara konflik yang ada di Timur Tengah, seperti Palestina, Afghanistan, dan lainnya. Barang tentu negara liga Arab merasa lebih tergerak dan tersindir untuk membantu saudara sebangsanya. Dengan ini, harapan terwujudnya perdamaian dunia semakin dekat.

Ketiga, kendati kajian ini melibatkan negara se-Asia Tenggara, tetapi sebagai induk kajiannya berada di Indonesia. Kita sebagai umat Muslim yang jumlah populasi terbanyka, mestinya mempunyai motivasi dan kesadaran yang lebih tinggi agar memiliki sumber daya manusia yang lebih mapan, baik secara kuantitas dan menghasilkan buah-buah pemikiran.

Mewujudkan cita-cita memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Gus Dur menyadari krisis yang dialami bangsa ini adalah rasa ketakutan yang besar, padahal kita adalah bangsa yang besar. Menanamkan rasa kepercayaan diri, bahwa kita bisa menjadi pionir pengkajian keislaman se-Asia Tenggara dengan segala kemampuan yang dimiliki merupakan salah satu modal. Hal tersebut, kiranya dapat mendorong kita lebih mengasah daya saing pengetahuan keilmuan yang dimiliki dan terus memompanya hingga dekat dengan impian mulia.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.