Buya Arrazy Hasyim: Mengenal Prototipe Khawarij

BeritaBuya Arrazy Hasyim: Mengenal Prototipe Khawarij

Salah satu kekhawatiran di zaman sekarang adalah hadirnya kelompok berkarakter Khawarij. Menurut Imam Syahrastani, Khawarij adalah aliran yang keluar dari kepemimpinan yang sah. Secara kesejarahan, kelompok ini muncul saat terjadi perang Shiffin antara Sayyidina Ali dan Muawiyah. Kalangan Khawarij tidak sepakat dengan keputusan Sayyidina Ali karena menerima tahkim (arbitrase) yang diajukan Muawiyah. Kelompok ini pun berkembang menjadi Muslim ekstrem yang ringan membunuh orang yang tak sepaham dengan mereka. Dan kelompok semacam itu masih ada sampai hari ini.

Pada masa Nabi, embrio Khawarij telah ada. Dari sosok Dzul Khuwaishirah, Nabi melihat bibit watak kelompok yang nantinya dikenal sebagai Khawarij itu. Diceritakan Nabi tengah membagi rampasan perang Hunain, kemudian datang lelaki Bani Tamim bernama Dzul Khuwaishirah. Ia berkata kepada Nabi, “Wahai Rasulullah, engkau harus berlaku adil”. Nabi pun berkata, “Celaka kamu! Siapa yang bisa bersikap adil jika aku saja tak bisa berbuat adil. Jika aku tak adil niscaya kamu rugi”. Lalu Umar menimpali, “Wahai Rasulullah, izinkan aku memenggal lehernya!” Beliau berkata, “Biarkanlah dia. Orang ini dan pengikutnya kelak membaca al-Quran tapi tidak sampai kerongkongannya. Mereka keluar dari agama, seperti lepasnya anak panah dari target (buruan)” (HR. Bukhari).

Buya Arrazy Hasyim menjelaskan sejumlah prototipe (ciri khas) Khawarij. Pertama, mereka merasa paling bertakwa, paling benar, kerap meremehkaan orang-orang alim dan menghakimi orang lain. Seperti terlihat dari kisah di atas. Kepada Nabi saja ada yang berani tidak sopan dan merasa lebih tahu. Eksistensi orang semacam Dzul Khuwaishirah di masa mendatang pun langsung diprediksi oleh Nabi. Di kemudian hari kita mengenal nama Abdurrahman bin Muljam. Ia adalah Khawarij yang membunuh Sayyidina Ali. Padahal ia seorang penghafal al-Quran, ahli zikir dan ibadah. Ia bunuh sepupu sekaligus menantu Nabi hanya karena tidak terima pada keputusan politik Sayyidina Ali. Oleh mereka, perbedaan sikap politik dianggap sebagai alasan halalnya darah sesama mukmin sekalipun.

Baca Juga  Buya Syafii Maarif: Terorisme Perbuatan Brutal dan Biadab

Ciri kedua, mereka hobi memvonis dan menilai isi hati orang lain. Siapapun yang berlainan dengan mereka, baik fikih, akidah, maupun politik, secara otomatis dianggap berbeda dengan Allah dan Nabi. Padahal Rasulullah mengajarkan kita untuk tidak menghakimi atau memvonis isi hati orang. Penolakan Nabi atas tawaran Umar untuk memenggal leher Dzul Khuwaishirah adalah karena perasangka baik Nabi, barangkali orang itu masih shalat. Ini menunjukkan, bahwa kita tak diperkenankan seenaknya menuduh dan menghakimi orang.

Buya melanjutkan penjelasan mengenai ciri yang ketiga. Dari Khawarij ini akan ada sekelompok orang yang membaca al-Quran dengan lancar dan rajin, tapi bahkan sampai kerongkongan pun tidak. Artinya, bacaan mereka tidak menembus hatinya. Keimanan dan al-Quran yang dibaca atau dihafal hanya di lisan saja. Mereka terlalu sibuk pada yang zahir, tapi tidak memaknai al-Quran secara spiritual. Ibnu Muljam adalah contoh jelas dari gambaran ini. Perilakunya bertolak belakang dengan al-Quran yang didaras dan dihafalnya. Kelompok ekstrem semacam ISIS serta al-Qaeda adalah dua contoh kontemporer dari Khawarij.

Keberadaan kelompok dengan karakter demikian di masa sekarang adalah pemicu fitnah di tengah umat. Kesalehan fisik adalah penampakan yang kerap mengaburkan hakikat watak mereka. Tidak berlebihan jika Khawarij adalah kelompok manipulatif yang mesti diwaspadai. Ketika mendapati kelompok semacam Khawarij, Nabi mengarahkan kita untuk melawannya. Bukan dengan perang angkat senjata, tapi dengan perlawanan yang sesuai dengan konteks sekarang dan bagaimana mereka bermanuver. Pertarungan ideologis dan cara beragama yang ramah penuh kasih adalah dua hal yang harus diperjuangkan saat ini untuk melawan narasi kelompok berwatak Khawarij. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.