Tertangkapnya anggota MUI, Ahmad Zain an-Najah oleh Densus 88 Antiteror Polri di wilayah Bekasi (16/11) diduga terlibat pendanaan terorisme tengah menyita perhatian publik. Pasalnya, MUI selama ini menjadi majelis yang masif dalam memerangi radikalisme, justru dari anggotanya kini terlibat terorisme. Terpaparnya anggota MUI dalam pelibatan terorisme tentu menjadi alaram keras agar lebih solid dalam memperhatikan kelembagaannya tersendiri sebelum menindak masyarakat secara lebih luas.
Menurut Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah, KH. Muhammad Cholil Nafis, saat ini terduga Zain telah dinonaktifkan dari anggota MUI sampai ada kejelasan berupa keputusan yang berkekuatan hukum tetap. “MUI secara kelembagaan jelas, mendukung mendukung adanya penegakan hukum dan pencegahan terhadap ekstermisme dan terorisme, begitupun sesuai fatwa MUI telah menyepakati sejak tahun 2004 No. 3 tentang keharaman terorisme”, ungkap Nafis mengutip laman tirto.id.
Memang sudah sepatutnya, apapun bentuk kelembagaannya setiap pihak yang terlibat dengan radikalisme atau terorisme harus ditindak tegas. Sebagaimana MUI yang profesional dalam menyerahkannya pada pihak yang berwajib. Catatan penting lainnya, ideologi teroris dapat menyerang siapapun meski yang terlibat dipandang sebagai sosok yang kritis, padahal tidak seperti yang terlihat.
Terorisme harus dibrantas, karena ia bukan saja membahayakan nyawa, melainkan ketika orang yang hidup dicuci otaknya dengan kebencian, tidak ada rasa kemanusiaan, penuh peperangan, dan intimidasi kehidupan demikian lebih parah dari sebuah kematian. Terus bangun harmonisasi kemanusiaan yang melintasi agama, ras, suku, dan budaya, demi kehidupan yang lebih damai dan sejahtera.
