Quraish Shihab: Ukurlah Agama Kita dengan Akhlak

BeritaQuraish Shihab: Ukurlah Agama Kita dengan Akhlak

Agama diturunkan guna menjadi kompas hidup manusia. Jika disederhanakan, agama itu muamalah. Dalam muamalah diatur bagaimana semestinya kita berakhlak dalam pergaulan sosial kemasyarakatan. Rangkaian ini menjelaskan, bahwa inti dari ajaran agama adalah budi pekerti. Maka dari itu, taraf keberagamaan seseorang akan nampak dari kualitas akhlaknya.

Akhlak menjadi sangat sentral dalam agama karena kita hidup di dunia ini tidak sendiri. Silahkan berbuat sesuka hati jika kita hidup sendiri, karena tak ada hak dan perasaan orang lain yang perlu dijaga. Untuk membangun kehidupan umat manusia yang damai dan stabil, dibutuhkan perangkat untuk mengatur relasi di antara makhluk, dan itu adalah akhlak.

Sabda Rasulullah juga sudah sangat jelas, bahwa pengutusan Nabi di kehidupan ini adalah semata-mata untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak manusia. Setiap sendi dari ajaran agama Islam sendiri mengandung nilai akhlak. Quraish Shihab menjelaskan, dalam rukun Islam saja tercantum akhlak di dalamnya.

“Dalam shalat terkandung akhlak. Hakikat shalat adalah memohon kepada Allah. Dan Dia akan mengabulkan doa kita dengan syarat kita mesti menolong orang lain terlebih dahulu”, pungkas ulama tafsir Tanah Air ini. Dalam QS. Al-Ma’un disebutkan bahwa orang yang lalai akan substansi shalatnya ia akan celaka, yakni mereka yang riya’ dan enggan membantu orang lain. Jelas sekali, bahwa shalat kita harus bermuara pada akhlak sosial.

Demikian halnya zakat. Ibadah ini secara eksplisit sudah terkait dengan amal sosial. Lebih dalam lagi kita bisa melihat sentuhan akhlak dari ayat mengenai zakat. Perintah zakat dikatakan dengan aatuz zakat. Artinya bukan keluarkan zakat. Menurut Quraish Shihab, lebih tepat jika dimaknai antar zakat. Itu sebabnya ada panitia/amil zakat yang tugasnya mencari orang-orang yang butuh, tapi terlampau malu untuk meminta. Amil ini sekaligus bertugas untuk mengantarkan zakat tadi. Dalam ibadah zakat kita dituntut aktif dan peka terhadap perasaan serta kesulitan yang dirasakan orang lain.

Baca Juga  Dokter Faheem Younus: Jangan Biarkan Kebencian Sektarian Memecah Belah Warga

Selanjutnya, ibadah puasa juga ekspresi dari akhlak. Kita belajar menahan diri dari segala keburukan termasuk mengganggu atau menyakiti orang lain. Dalam puasa kita dilatih bersabar. Terakhir, rukun penutup yaitu haji, juga bermuatan akhlak. Setiap prosesinya adalah latihan akhlak seorang hamba dalam banyak sektor. Nabi juga menegaskan, di antara tanda diterimanya haji seseorang adalah ia menjadi lebih baik akhlaknya sepulang dari haji. Jika tingkah lakunya tak menunjukkan perbaikan, maka ia baru sekadar berkunjung ke Ka’bah, ia belum berhaji.

Dari beberapa contoh di atas, tergambar nyata bahwa akhlak menjadi tujuan dari agama. Akhlak juga dijadikan indikator dari amal ibadah. Semakin paham seseorang terhadap agamanya, semakin ia piawai mengendalikan diri dan mengedepankan akhlak luhur dalam bermuamalah. Dengan kata lain, kualitas keberagamaan seseorang bisa dicermati dari budi pekertinya. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.