Lebih Baik Mengupayakan Surga dengan Belajar Daripada Poligami

KolomLebih Baik Mengupayakan Surga dengan Belajar Daripada Poligami

Surga adalah gambaran kebahagiaan dan kenikmatan ukhrawi yang diidamkan banyak manusia. Sebagai balasan dari Tuhan kepada hamba-Nya yang telah lolos pemindaian amal ibadah selama berkiprah di dunia. Iming-iming surga dan label salehah bagi perempuan yang mau dimadu kerap kali membuat kaum hawa tunduk. Mereka pun terjebak pada iklim patriarki hingga tak jarang menjadi korban beragam kekerasan dalam institusi poligami.

Poligami memang tidak haram, tapi kampanyenya kini sangat problematis dan praktiknya menuai banyak madharat. Rasulullah SAW menyebut, bahwa peta jalan surga dapat ditapaki dengan upaya belajar. Cara ini lebih masuk akal dan sehat ketimbang nalar poligami yang bermasalah.

Di antara kampanye poligami yang marak disuarakan, adalah bahwa poligami merupakan solusi bagi umat yang kini didominasi oleh kaum hawa. Poligami diklaim sebagai jalan untuk menghindarkan laki-laki dari perselingkuhan. Poligami dianggap sebagai jalan menuju surga bagi perempuan salehah. Tidak jarang pula sejumlah pihak berpoligami dengan dalih mengikuti sunnah Nabi. Serta argumen-argumen lain yang bernada manipulatif.

Secara historis, poligami merupakan tradisi buruk masyarakat Arab pra-Islam yang dikenal sangat patriarkis. Para laki-laki kala itu terbiasa memiliki istri dalam jumlah banyak tak terbatas. QS. An-Nisa’ [4] ayat 3 adalah sebentuk teguran dan pembatasan dengan jumlah maksimal istri adalah empat. Itu pun dengan syarat yang sangat sulit, yaitu adil. Abstraknya parameter adil adalah isyarat bahwa poligami sebenarnya hampir mustahil dilakukan oleh kita, para manusia biasa. Lain cerita dengan poligami Rasulullah yang dilakukan karena misi sosial. Fakta di mana monogami Nabi lebih lama, adalah petunjuk bahwa poligami bukan doktrin arus utama.

Perempuan dalam lingkar poligami pada akhirnya merupakan korban. Yang paling mendasar, secara fitrah batin mereka sangatlah terluka. Dalam hukum positif kita, pengajuan poligami bukan hal yang mudah, karenanya banyak praktik poligami di bawah tangan (tidak terdaftar resmi di negara). Dari situ lalu muncul banyak madharat yang menimpa perempuan dan anak-anak, di antaranya pengabaian hak-hak kemanusiaan, terjadinya kekerasan meliputi fisik, psikis, ekonomi, maupun seksual.

Hadiah surga bagi yang rela dipoligami tak memiliki basis dalil yang kokoh. Sedangkan belajar sebagai jembatan menuju surga telah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, Barangsiapa meniti jalan untuk mencari ilmu, sesungguhnya Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).

Baca Juga  Umar bin Abdul Aziz Menghapus Tradisi Mencela Ali bin Abi Thalib di Khutbah Jumat

Seorang pembelajar akan memiliki pegangan untuk beribadah sesuai tuntunan, serta akan berhati-hati agar tidak melakukan pelanggaran dan bertindak destruktif. Itulah mengapa belajar adalah proses istimewa yang bisa memudahkan perjalanan seseorang ke surga. Aktivitas belajar jelas manfaat dan perintahnya, tapi tidak demikian dengan poligami.

Dalam surat at-Taubah [9] ayat 122 memerlihatkan bagaimana belajar menempati skala prioritas yang tinggi. Bunyi firman tersebut ialah, Dan tidak sepatutnya orang-orang mukmin itu semuanya pergi (ke medan perang). Mengapa sebagian dari tiap golongan di antara mereka tidak pergi untuk memperdalam pengetahuan agama mereka dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar mereka dapat menjaga dirinya.

Menuntut ilmu pengetahuan disandingkan dengan tugas perang, karena konteks ayat tersebut memang sedang menceritakan situasi perang. Dengan kata lain, belajar ialah juga jihad untuk mengawal kapasitas berpikir umat Islam dan menghasilkan kemampuan untuk menjaga diri. Jika tugas belajar saja tetap Allah tekankan saat kondisi perang, apalagi sekarang, di mana kita hidup dalam keadaan damai dan tenang. Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Jami’u al-‘Ulum wa al-Hikam bahkan menuturkan, bahwa mencari ilmu merupakan jalan paling ringkas menuju surga. Ilmu adalah obor yang menghasilkan berkas cahaya petunjuk.

Kalau diurai, konsep surga begitu erat kaitannya dengan ideal moral dan amal saleh. Diciptakannya konsep surga tak lain adalah untuk memotivasi manusia agar memproduksi kebaikan dalam kehidupan. Fazlur Rahman sampai-sampai menyebut, bahwa karena amal salehlah sehingga surga dan neraka diciptakan.

Banyak jalan menuju surga. Memberdayakan diri dengan belajar adalah salah satu caranya. Jika dibandingkan, belajar adalah urusan yang lebih prinsipil dalam Islam ketimbang poligami. Karenanya, sangat disayangkan jika perempuan memilih mengejar surga dan kesalehan lewat poligami yang problematis ketimbang aktivitas belajar yang instruksinya bahkan lebih jelas. Perempuan harus kritis dab berdaya. Surga tak sesederhana diraih dengan rela dipoligami. Mari meniti jalan menuju surga dengan cara autentik yang diajarkan Nabi kita. Jalan para pencari ilmu dan pecinta. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.