Perhatian Nabi pada Kelestarian Alam

KhazanahHadisPerhatian Nabi pada Kelestarian Alam

Lingkungan hidup kita sedang tidak baik-baik saja. Akibat aktivitas eksploitatif dan tak ramah pada lingkungan, kini masyarakat dunia pun terancam oleh krisis iklim global. Alam yang rusak dan tercabik-cabik menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir, angin ribut, tanah longsor, kebakaran hutan, kekeringan, dan lain sebagainya. Yang kerugiannya harus ditanggung oleh kita dan generasi kemudian.

Memperhatikan kesehatan alam adalah tugas kita semua selaku penghuni dan penikmat sumber daya bumi ini. Sejak ribuan tahun silam, Rasulullah telah menaruh perhatian pada persoalan lingkungan dan mewanti-wanti kita untuk melestarikannya. Pertanda bahwa manusia memang berpotensi besar merusak lingkungan hidupnya sendiri.

Merawat alam adalah bagian dari ibadah karena akan memberikan maslahat bagi banyak pihak. Dalam khazanah kenabian, Rasulullah SAW pernah menerangkan, bahwa Tidaklah seorang Muslim yang menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia, binatang, ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai hari kiamat (HR. Muslim).

Hadis tersebut mendorong manusia untuk melakukan penghijauan, jangan hanya mau menikmati hasilnya saja. Tumbuhan adalah instrumen penting dalam kehidupan, merupakan sumber makanan bagi makhluk hidup. Yang tak kalah penting, oksigen yang kita hirup itu dipasok oleh tumbuhan. Karenanya, berbuat baik pada alam pada dasarnya adalah investasi kebaikan pada diri kita. Sebaliknya, merusak alam berarti perlahan membunuh diri sendiri. Tumbuhan yang kita tanam, selain investasi duniawi sekaligus menjadi sumber amal jariyah selagi masih bermanfaat bagi orang.

Di lain kesempatan, Rasulullah mengajarkan untuk tidak mencemari lingkungan. Nabi Muhammad bersabda, Janganlah seorang dari kalian kencing di air tenang yang tidak mengalir kemudian mandi di dalamnya (HR. Bukhari dan Muslim). Pada riwayat lain beliau SAW bersabda, Jauhilah dua perbuatan yang mendatangkan laknat! Para sahabat pun bertanya, “Apakah dua perbuatan yang mendatangkan laknat itu?” Nabi menjawab, “Orang yang buang air besar di jalan umum atau di tempat berteduh manusia (HR. Muslim).

Kedua riwayat di atas adalah peringatan untuk tidak seenaknya membuang limbah, kotoran, atau sampah. Baik di air maupun di darat. Perilaku demikian akan mengganggu kenyamanan makhluk hidup. Bukan hanya manusia yang akan menerima akibat buruk, tapi hewan juga terancam hidupnya. Tidak satu dua kali tersiar berita tentang binatang laut yang mati karena memakan plastik atau limbah lain yang beracun dan sulit terurai.

Isyarat akan pentingnya memperhatikan kelestarian dan kesehatan alam kembali Rasulullah tegaskan melalui sabdanya. Di mana, dalam situasi perang sekalipun kita tak boleh sewenang-wenang membunuh hewan atau membabat habis tumbuhan. Nabi Muhammad SAW bersabda, Orang yang membunuh anak kecil, orang tua renta, membakar perkebunan kurma, menebang pohon berbuah, memburu kambing untuk diambil kulitnya, itu akan merugikan generasi berikutnya (HR. Ahmad). Nampak bagaimana kontinuitas ketersediaan sumber daya sangatlah penting. Tidak boleh egois, tak memikirkan nasib generasi ke depan.

Baca Juga  Ibnu Atha'illah As-Sakandari: Tetaplah Berdoa Meski Belum Terkabul

Kemudian ada juga riwayat Imam Nasa’i yang menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, Siapa yang memotong pohon bidara, Allah akan hadapkan wajahnya ke neraka. Dalam konteks Arab, pohon kurma dan bidara adalah dua hal penting yang sangat dibutuhkan masyarakat Arab. Kurma sebagai makanan dan pohon bidara kerap digunakan untuk berteduh. Dua riwayat di atas sangat mempertimbangkan kelestarian alam untuk kebutuhan manusia. Sudah diperhatikan sedemikian rupa, sebab itu kita juga harus tahu diri untuk menjaga lingkungan hidup.

Kerusakan alam akibat ulah manusia tak bertanggung jawab sebenarnya telah dinarasikan oleh al-Quran. Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (QS. Ar-Rum [30]: 41).

Segala perbuatan zalim, termasuk pada alam dengan tindakan eksploitatif-destruktif bukanlah persoalan sepele. Nampak dari bagaimana Allah menghendaki agar mereka yang merusak lingkungan mendapat balasannya supaya mereka belajar. Silih bergantinya bencana alam yang terjadi, adalah isyarat paling nyata perwujudan balasan atas keserakahan dan sikap tak bertanggung jawab umat manusia. Padahal mereka ditugaskan untuk menjadi khalifah Tuhan yang mengelola bumi.

Perubahan iklim, peningkatan suhu bumi, atau peningkatan permukaan air laut adalah fenomena yang tak begitu saja terjadi. Butuh waktu relatif lama hingga satu per satu menunjukkan gejalanya. Sebab itu, masih banyak dari kita yang mungkin tak sadar akan akumulasi aktivitas destruktif kita yang sebenarnya sangat berkontribusi pada krisis alam tersebut. Kita kerap tak peduli pada sampah yang tergeletak, menganggap sepele pemakaian plastik, tisu, atau benda lain yang potensial merusak alam.

Sebagian kita mungkin mempertanyakan, mengapa tempat tinggal kita yang dulu sejuk dan dingin, tapi kini tak lagi demikian. Berbagai kekhawatiran pun juga muncul ketika musim hujan datang, karena bencana banjir dan longsor menjadi ancaman rutin yang mengganggu sejumlah pihak. Semua itu menunjukkan bahwa dampak krisis iklim semakin mengemuka. Kita sekalian harus ambil bagian penuh ambisi untuk menjaga bumi yang kita hidup darinya dan di atasnya.

Sangat tidak tahu diri jika kita tidak mau merawat alam yang kita huni. Sedangkan banyak sekali yang telah dikeruk darinya. Kita mesti sadar dan lebih peka untuk menyelamatkan kehidupan serta masa depan keturunan umat manusia dengan aksi nyata untuk melestarikan alam ini. Sebagai umat beragama, apa yang diajarkan Rasulullah semestinya menjadi bekal dan motivasi kita untuk bertindak positif. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.