Bung Karno Mendidik Indonesia dengan Cinta dan Nasionalisme

KolomBung Karno Mendidik Indonesia dengan Cinta dan Nasionalisme

Dalam hidup berbangsa dan bernegara, kita sangat bersyukur, bangsa Indonesia lahir dalam keadaaan yang tak kekurangan cinta, kasih sayang, dan semangat dari orang tuanya, yakni Bung Karno dan Bung Hatta. Sudah seharusnya, Indonesia berdiri sebagai bangsa yang tangguh, mampu bersaing, dan berjiwa nasionalisme meski dilingkupi banyak tantangan sebagaimana cara Bung Karno mendidik bangsa ini.

Rasa cinta Bung Karno kepada rakyatnya sangatlah besar. Dikisahkan dalam buku Jejak Langkah Bung Karno (2020), sang proklamator sangat sabar mendidik rakyatnya ketika menyampaikan materi secara berkala pada tahun 1958-1959. Saat itu, Bung Karno dengan terperinci dan jelas menyampaikan sila demi sila dari Pancasila. Kemudian mengupas satu demi satu bab tentang ideologi kebangsaan tersebut. Menurutnya, Pancasila lebih dari sekadar pandangan hidup negara, tetapi kita jadikan alat sebagai pemersatu bangsa. Selanjutnya, ia juga mampu membuat rakyatnya terpukau dengan penjelasan materinya mengenai kapitalisme.

Bung Karno selalu merasa dirinya lahir dari rahim rakyat jelata, ini alasan mengapa ia tidak bisa sehari saja tidak memikirkan rakyat pinggiran. Ia orang yang mudah merindu pada rakyat, sembari menyamar hal tersebut kerap membuatnya keluar secara diam-diam di jalan raya, memerhatikan realitas sosial secara langsung, bukan sekadar berdasarkan laporan belaka. Di samping itu, ia senang  makan di tempat emperan sehingga dapat dikatakan jauh dari kesan mewah.

Bagi Bung Karno, menjadi bangsa yang berperadaban dan utuh harus dididik dengan cinta dan nasionalisme yang berpihak pada rasa kemanusiaan. Segala waktunya, diupayakan untuk memberikan pengajaran yang baik. Pemimpin yang berkala budi akan belajar dari rakyatnya, tidak selalu menuntut orang kecil yang selalu belajar pada pemimpinnya. Bung Karno sadar, ia rela melakukan apapun demi rakyatnya, dalam pilihan yang sama buruknya, ia akan memilih hal yang paling kecil mudharatnya. Demikian Bung Karno merupakan orang yang senantiasa  berpegang pada ucapannya demi kemaslahatan bagi rakyat yang dicintainya.

Baca Juga  Tiga Syarat Memilih Ustadz menurut Syekh Yusri Rusydi al-Hasani

Syahda, Bung Karno juga dikenal sebagai pencetus komunikator. Dalam pidatonya yang berapi-api mampu membakar semangat perjuangan bagi siapapun yang mendengarnya. Kala Bung Karno membawakan pidato, setiap sudut tempat dipenuhi desakan manusia dan seketika semua audience seperti terhipnotis. Kehadirannya tunak, dinantikan rakyat yang haus mendengarkan dan melihatnya tampil seperti singa di atas podium untuk membakar semangat perjuangan melawan kolonialisme dan hidup sebagai bangsa yang merdeka nan sejahtera.

Jiwa nasionalisme ini yang pada akhirnya mengantarkan kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Andaikata tidak ada yang bisa menyatukan rasa kecintaan, perjuangan, pengorbanan terhadap negeri, mungkin kemerdekaan itu akan lebih jauh tercapai. Dengan ini, nasionalisme adalah kunci dari kemerdekaan, keadilan, dan kesejahteraan hidup berbangsa dan berbegara.

Walau bagaimanapun Bung Karno hanya manusia biasa yang tak luput dari cela dan salah, seperti pada tahun 1956 perselisihannya dengan Bung Hatta yang menyebabkan mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden. Sebenarnya, perbedaan pemikiran antara Bung Karno dan Bung Hatta itu hal biasa terjadi, baik sebelum dan setelah kemerdekaan. Tampaknya, kali ini ada perbedaan yang tidak bisa ditolerir Bung Hatta, konon konflik utamanya mengenai demokrasi terpimpin. Mereka dipertemukan dan dipisahkan karena situasi politik. Uniknya, bagaimanapun keadaannya persahabatan keduanya tetap terjaga dan abadi sampai akhir hayat masing-masing.

Terlepas dari pro kontra yang terjadi, Bung Karno tetap menjadi pahlawan yang tak terlupakan dengan segala perjuangan dan prestasinya dalam sejarah Indonesia maupun dunia. Keberpihakannya pada rakyat kecil dan peduli terhadap perdamaian dunia adalah karakter yang melekat dalam diri Bung Karno. Demikian Bung Karno, sosok pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya dan mencintai rakyatnya.  

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.