Cara Nabi SAW Merayakan Hari Lahirnya

BeritaCara Nabi SAW Merayakan Hari Lahirnya

Kehidupan merupakan anugerah. Merayakan kelahiran bagian dari mensyukuri anugerah hidup yang diberikan Tuhan. Oleh karena itu, Nabi Muhammad SAW memiliki cara tersendiri untuk merayakan hari lahirnya. Kita sebagai umat Islam pun demikian, wajib merayakan hari kelahiran beliau dalam rangka menyambutkan anugerah terbesar Tuhan, yakni makhluk ciptaannya yang sempurna yang kelak akan memberi pertolongan syafaat bagi manusia di hari akhir.

Maulid atau hari lahir Nabi Muhammad SAW, pada hari Senin bulan Rabiul Awwal 571 M. Waktu tersebut oleh umat Muslim di dunia setiap tahunnya, memperingati dengan berbagai macam perayaan yang penuh suka cita. Pembacaan shalawat barzanji, burdah, diba’i, dan tausiah tentang kelahiran sang Rasul SAW terselenggara di banyak tempat.

Adapun cara Nabi Muhammad SAW sendiri merayakan hari lahirnya, bukan saja pada setiap tahunnya, melainkan pada hari dilahirkannya, yakni beliau berpuasa setiap hari Senin. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Hari Senin merupakan hari lahirku, hari Senin juga merupakan hari pengutusanku atau hari pertama diturunkannya al-Quran (HR. Muslim).

Kendati demikian, hari lahir boleh dirayakan dengan cara apapun, selagi itu mengandung manfaat dan hendaknya tidak berlebihan. Tujuan merayakan hari lahir adalah mensyukuri. Itu sebabnya, tidak ada alasan untuk melarang perayaan hari lahir Nabi SAW. Sebab dengan memperingati hari lahirnya, kita diharapkan dapat meneladani akhlak beliau. Dalam kasidah burdah karya Imam Bushiri mengatakan, dunia ini ada karena Allah telah menyiapkannya untuk sosok yang mulia, Nabi SAW.

وَكَيفَ تَدْعُو إلَى الدُّنيا ضَرُورَةُ مَنْ ** لولاهُ لم تخرجِ الدنيا من العدمِ

Bagaimana orang yang kalau bukan karena dirinya niscaya dunia ini takkan keluar dari ketiadaannya berkepentingan terhadap dunia?

Perkataan Imam Bushiri kiranya, tidak berlebihan dan sangat beralasan karena berdasarkan hadis qudsi yang diriwayatkan Al-Hakim dan Al-Baihaqi perihal jawaban Allah kepada Nabi Adam AS dan tiang-tiang ‘Arasy yang bertuliskan “la ilaha illallah muhammadur Rasulullah”. Allah menjawab, Kau meminta dengan namanya (Nabi Muhammad SAW) agar aku mengampunimu. Sungguh kalau bukan karenanya, Aku tidak akan menciptakanmu. Jadi wujud Nabi Adam AS bergantung pada wujudnya Nabi Muhammad SAW (Syaikh Ibrahim al-Bajuri, Hasyiah Bajuri ala Matan Burdah)

Baca Juga  Menunjukkan Islam yang ‘Benar’

Berdasarkan hal tersebut, mari kita tidak usah ragu untuk merayakan hari kelahiran Nabi SAW, baik dengan cara bershalawat, syukuran, atau dengan berpuasa seperti cara beliau sendiri mengungkapkan rasa syukurnya. 

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.