Lindungi Muslim Ahmadiyah dan Syiah

KolomLindungi Muslim Ahmadiyah dan Syiah

Perbedaan memang mudah merosot menjadi kekuatan negatif yang memicu perselisihan dan perpecahan. Masyarakat Muslim sudah memiliki lebih dari cukup fragmentasi semacam itu. Setidaknya, tantangan utama bagi perbedaan yang konstruktif kita saat ini ialah, sikap antipati kepada kelompok muslim minoritas, yang telah mengakar kuat di benak sebagian masyarakat Muslim. Berbagai upaya persekusi kerap terjadi pada sekelompok kecil Muslim yang terlihat berbeda. Padahal, dibanding menganiaya hak beribadah orang lain, seharusnya kita melindungi mereka atas nama Islam.

Penolakan terhadap kelompok Ahmadiyah dan Syiah, di antaranya, merupakan masalah serius Muslim Sunni negeri ini. Masalah ini bukan hanya menunjukkan arogansi atas kepastian dogmatis, tetapi juga keterbelakangan dan ketertinggalan yang selalu berbuah aksi-aksi kekerasan. Tidak ada pemandangan yang lebih buruk dari Masjid yang dirusak dan dibakar, kemudian orang-orangnya dihentikan dari aktivitas ibadah. Sayangnya, itulah yang kita saksikan belum lama ini.

Masyarakat Muslim sudah terlalu lama tersimpul dalam ikatan sektarian dibanding ikatan Islam itu sendiri. Kesalahan fatal bermula dengan memusuhi kelompok Syiah dan Ahmadiyah dengan klaim ‘bukan bagian dari Islam’, hanya karena mereka tidak mengikuti doktrin Sunni. Pengaruh Wahabisme telah membatasi Islam sebagai Sunni yang ketat serta menyempitkan kepekaan agama dan spiritual Muslim. Padahal, Nabi SAW mengajarkan bahwa menyatakan seseorang keluar dari Islam atas dasar praduga, merupakan kejahatan yang bernilai dosa. Sayangnya, arogansi kepastian dogmatis di dunia Sunni yang didominasi paham sempit Wahabi, telah mendorong masyarakat Muslim ke dalam dosa ini.

Maka dari itu, dalam mempromosikan kasih sayang dan perlindungan, kecenderungan untuk menyemai tuduhan kafir di mana-mana ini harus dilawan. Masyarakat Muslim harus paham garis tegas mengenai batasan kekafiran yang jelas. Semua aliran hukum Islam menggunakan kriteria yang ketat dan hati-hati dalam menetapkannya. Tujuanya, untuk menghindari kemungkinan pertumpahan darah, hasutan, dan rusaknya persatuan umat Islam yang sangat didambakan. 

Baca Juga  Menolak Propaganda Kelompok Radikal

Dikutip dari Dr. Sherman Jackson dalam bukunya On the Boundaries of Theological Tolerance in Islam (2002:6), kita dapat memetik rumusan al-Ghazali yang membatasi kekafiran sebagai penolakan keyakinan pada tiga hal, yaitu menolak Tuhan, kenabian Muhammad SAW, dan akhirat. Jadi sebenarnya, keberagaman keyakinan di luar tiga hal itu, merupakan keyakinan interpretatif yang ditentukan secara historis, sangat memungkinkan untuk bervariasi.

Maka dari itu, doktrin Syiah tentang Imam ghaib atau keyakinan Ahmadiyah mengenai ilham Mirza Ghulam Ahmad, dapat ditolak oleh kalangan Sunni, tetapi tidak perlu dikafirkan. Sebab, mereka tidak menolak keyakinan pada Tuhan, kenabian Muhammad SAW, dan kepastian akhirat yang merupakan inti dari keberislaman. Pada dasarnya, hanya ada beberapa kelompok kecil Islam melewati batas-batas fundamental ini, dan dianggap keluar dari Islam. Tetapi mereka telah terpisah dari kenyataan umum dan punah dengan sendirinya.

Dari sini cukup jelas alasan kita untuk melindungi kelompok Muslim minoritas seperti Ahmadiyah dan Syiah, dan membiarkan mereka untuk beribadah dengan damai. Pemahaman seperti ini penting, bukan sekadar untuk membela keislaman kelompok minoritas di negeri ini dan melindungi mereka, tetapi lebih dari itu, untuk menjauhkan kita dari budaya takfir yang merupakan elemen perusak persaudaraan.

Kesimpulannya, tidak ada alasan yang pasti mengapa kita harus mempertahankan arogansi kepastian dogmatis yang mempersempit ruang-ruang budaya Islam. Penerimaan terhadap kelompok Syiah dan Ahmadiyah dalam masyarakat Muslim yang plural di negeri ini, dapat terwujud dengan menghapuskan tendensi takfir yang berkembang di masyarakat terhadap dua kelompok ini. Atas nama Islam, kita harus melindungi Muslim minoritas dari persekusi, dan menyediakan lingkungan yang aman bagi semua orang untuk beribadah.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.