Berkah Punya Anak Perempuan

KolomBerkah Punya Anak Perempuan

Beberapa minggu yang lalu, saat menjaga orang tua yang terinfeksi Covid-19 menjalani Isolasi di rumah sakit, saya memperhatikan bahwa rata-rata pasien di sana dirawat oleh anak perempuannya. Saya pun jadi teringat, hampir setiap teman saya juga telah terlibat dalam perawatan dan penyembuhan orang tuanya yang sempat terpapar Covid-19. Mereka semua perempuan dan rela mengambil resiko terinfeksi Covid-19, meninggalkan pekerjaan maupun waktu studinya, demi merawat orang tua mereka. 

Berbahagialah orang tua yang memiliki anak perempuan. Mereka penuh kasih, penyayang, manis, dan menciptakan keindahan. Memiliki anak perempuan itu luar biasa, mereka adalah pendukung dan sumber motivasi setiap orang tua. Dalam Furu’ al-Kafi ada hadis Nabi SAW yang berbunyi “Anak perempuan adalah berkah”. Anak perempuan sering tumbuh menjadi orang yang paling penyayang kepada keluarga, khusnya kedua orang tua. Ketika anak perempuan telah dewasa, mereka berdedikasi tinggi untuk menemani, merawat, dan memperhatikan kesejahteraan orangtuanya di hari tua. 

Sebelum Islam, orang-orang Arab membenci kelahiran anak perempuan. Anak perempuan dianggap sebagai kelemahan karena dia tidak bisa ikut berperang. Mereka memiliki kebiasaan yang tidak manusiawi, yaitu mengubur hidup-hidup bayi perempuan mereka. Dalam tradisi mereka, seorang ayah boleh mengubur putrinya hidup-hidup karena dianggap sebagai aib baginya. Lalu, munculah seorang nabi yang sangat penyayang kepada anak perempuan. 

Berbeda dari tradisi yang mendiskriminasi anak perempuan yang berkembang pada zamannya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan untuk menyayangi dan mengasihi anak perempuan. Beliau memastikan bahwa setiap orang tua memenuhi kebutuhan dan menjaga anak perempuan dari bahaya. Nabi dan para sahabat biasa merawat mereka anak-anak dengan kesetaraan, bahkan dalam jumlah ciuman yang diberikan kepada mereka, atau posisi duduk anak-anak mereka.

Zaman sekarang, tidak ada lagi tradisi mengubur anak perempuan hidup-hidup, segala praktek membunuh anak perempuan adalah perbuatan kriminal yang biadab. Namun ternyata, belum semua orang dapat lepas dari budaya mengubur hak, impian, dan masa depan anak perempuan. Berdasarkan CATAHU Komnas Perempuan  2020, kekerasan terhadap Anak Perempuan (KTAP) melonjak sebanyak 2.341 kasus, naik 65% dari tahun sebelumnya. Bahkan korban honor killing pertama yang terjadi di Indonesia pada pertengahan 2020 lalu, ialah pembunuhan anak perempuan. Kenyataan pahit ini perlu mendapat perhatian serius dari kita semua.

Siapapun yang menyakiti apalagi melakukan kekerasan terhadap anak, terutama anak perempuan, tidak akan mendapat keberkahan dari anak-anaknya. Secara alami, anak adalah kelangsungan hidup orang, doa-doa mereka merupakan salah satu dukungan keselamatan di akhirat. Tidak ada yang dapat menggantikan rasa kehilangan anak, yang juga dapat terjadi karena keterputusan emosional. Menyakiti anak dapat memutuskan ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak. Pada akhirnya, berkah anak yang akan menjamin kebahagiaan orang tua di masa depan pun lenyap. Hal itu tidak kurang menyakitkan dari kehilangan anak karena kematian. 

Baca Juga  Ibnu Atha'illah As-Sakandari: Tetaplah Berdoa Meski Belum Terkabul

Menyakiti anak perempuan adalah satu hal yang amat dicela oleh Islam. Sebaliknya, Islam mengajarkan pentingnya merawat dan membesarkan anak perempuan. Nabi Muhammad SAW memiliki empat anak perempuan, hubungan penuh kasih antara Nabi SAW dan Fatimah Az-Zahra yang terekam jelas dalam sirahnya adalah contoh yang indah bagi setiap orang tua. Nabi SAW senang berinteraksi dengan Fatimah RA, hatinya berbahagia karena belas kasih, kelembutan, cinta kepada anak perempuannya itu. Beliau menghormatinya dengan derajat kehormatan terbesar, mengajarkan ilmu dan akhlak yang tinggi. 

Tidak heran, beliau sangat mengapresiasi setiap orang tua yang membesarkan anak perempuan. “Siapa pun yang memiliki tiga anak perempuan dan menafkahi mereka, pakaian mereka dan menunjukkan belas kasihan kepada mereka pasti akan masuk surga.” (HR. Amad) Beliau juga berkata demikian bagi orang tua yang merawat dua bahkan satu anak perempuan. 

Bahkan lebih dari itu, membesarkan anak perempuan berarti menjalin persahabatan dengan Nabi SAW di surga. Siapapun yang merawat anak perempuan dengan baik, akan menjadi teman Rasulullah SAW pada hari kiamat. Beliau bersabda, “Barangsiapa mengayomi dua anak perempuan hingga dewasa, dia dan aku akan datang pada hari kiamat dekat satu sama lain seperti ini” Rasulullah bergabung dua jarinya untuk menggambarkan kedekatan.” (HR. Muslim). 

Merawat anak perempuan dengan baik adalah sunnah nabi yang menjadi tradisi orang-orang shaleh sesudahnya. Nabi SAW adalah ayah dari anak-anak perempuan, Nabi Zakaria mengasuh Maryam sejak kecil, Nabi Syuaib juga merawat dua anak perempuan yang tercatat di dalam al-Quran. Semua anak-anak perempuan itu tumbuh menjadi wanita-wanita hebat yang kesalehan dan amal baktinya tidak kurang dari anak laki-laki. 

Ada banyak sekali literatur hadis maupun sejarah orang-orang shaleh yang menekankan pentingnya merawat dan memperhatikan anak perempuan. Meskipun membesarkan anak perempuan kadang dianggap lebih sulit, masyarakat Muslim harus menyadari besarnya keberkahan yang terdapat dalam setiap proses membesarkan dan mendidik anak perempuan. Keberkahan itu dapat dirasakan sejak di dunia dan di akhirat. Anak perempuan akan melipatgandakan rasa sayang dan cinta yang diterimanya, dan memberikannya kembali kepada orang tua di masa depan. Anak perempuan juga menjadi alasan orang tua dapat berteman dengan Rasul SAW di Surga.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.