Habib Husein: Etika Pindah Agama, Jangan Mencaci

Dunia IslamHabib Husein: Etika Pindah Agama, Jangan Mencaci

Fenomena penistaan agama tengah menjadi topik hangat. Ada banyak tokoh agamawan merespons isu ini, seperti pendakwah milenial Habib Husein Al-Hadar. Dalam dialognya, ia mencoba berbagi tips menyikapi fenomena tersebut sekaligus etika orang yang berpindah agama. Demikian Islam berupaya mengajarkan Islam yang ramah, bukan marah-marah.

“Ketika ada orang yang mualaf, saya akan memastikan dulu jika ia tertarik pada Islam  dan menganggap agama lain itu salah, sehingga tidak bisa diyakini. Jangan sampai ia meninggalkan agama sebelumnya hanya karena salah paham atau sakit hati saja” kata Husein Ja’far dalam kanal youtubenya di Jeda Nulis (29/08).

Maksud dari agama lain salah dan tidak bisa diyakini bukan berarti memusuhi, melainkan ada sifat keimanan dasar atau fundamen yang harus dimiliki seseorang untuk menguatkan yang diyakininya. Ia pun mengutip Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, kalau ada orang yang masuk Islam harus betul-betul  meninggalkan agama sebelumnya. “Meyakini bahwa Islam agama yang benar dan motivasinya tidak untuk menikahi pria atau wanita muslim, termasuk sesuatu yang sifatnya duniawi”, paparnya.

Kemudian pendakwah milenial ini juga menambahkan, saat kalimat syahadat sudah terucap dan menjadi mualaf ia memberikan tausiah tentang Islam. “Saya akan tekankan kepada mualaf, bahwa Islam itu agama cinta. Jadi berikan cinta itu kepada siapapun, makhluk hidup, hewan dan mengingatkan untuk tidak membenci agama sebelumnya”, jelasnya.

Menurut penulis Tuhan Ada di Hatimu, seorang mualaf itu belum mengenal Islam dengan baik, karena itu difokuskan agar mempelajari Islam lebih dalam. “Kalaupun mau berdakwah, ceritakanlah pengalaman spiritual anda, siapa tahu akan menginspirasi bagi orang lain. Yaang diceritakan pun fokus pda apa yang membuat anda terpesona pada Islam, bukan diceritakannya apa keburukan Kristen atau agama lainnya”, ucapnya.

Baca Juga  Cinta Tanah Air sebagai Ekspresi Iman

Bagi Habib Husein, sangat disayangkan jika ada orang mualaf yang sok tahu tentang Islam, padahal tidak demikian lalu ia mencaci agama sebelumnya. Sikap seperti itu, sejatinya ia telah mempropagandakan agama untuk saling membenci. “Islam menegaskan dalam al-Quran surat al-Anfat ayat 108, untuk tidak mencaci sesembahan lain”, ungkapnya.

Segala yang tentang mantan-mantan, baik agama, perusahaan, dan sebagainya tidak semestinya dicaci atau diumbar keburukannya. Betapapun tidak baik pengalamannya selama ia di sana, seseorang harus fokus membangun sesuatu yang baru.

“Hanya orang yang lemah membangun citra dirinya dengan menjelekkan orang lain. Milikilah etika dalam hidup dengan tidak menjelek-jelekkan. Harus percaya diri dengan keimanan kita”, pungkasnya.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.