Belajar Islam dari NU

Dunia IslamBelajar Islam dari NU

Sebagai sayap perdamaian negeri, NU berhasil menampilkan wajah Islam yang relatif damai dan tentram. Kiprahnya diakui mampu menampik pelbagai konflik sektarian yang ada di Indonesia menjadi tidak berkepanjangan. Hal tersebut lebih bisa dirasakan saat kita melihat secara sadar, bahwa beberapa konflik wilayah Timur Tengah tak pernah usai gejolaknya, baik karena keberagamaan yang kurang ramah maupun politiknya, seperti Taliban di Afghanistan.

Selama NU didirikan, ada banyak kontribusi yang diberikan untuk kepentingan bangsa dan negara. Pasalnya, NU didirikan karena Islam tradisional saat itu sedang terusik Islam-reformis, dan penafsiran dangkal kelompok-kelompok dakwah lain, yang mengatasnamakan pemurnian ajaran Islam yaitu Wahabisme. Mereka kerap menentang apa yang menjadi tata cara ritual keagamaan Islam tradisional. Melihat hal itu, kiranya perlu ada benteng guna melestarikan ciri khas dan budaya yang ada pada saat itu.

Pada mulanya, NU mempunyai konsentrasi dalam bidang keagamaan, sembari mengkaji kitab-kitab klasik yang masih paten dipelajari di pesantren. Kemudian, mengembangkan sikap sosial yang bermoral dan bermartabat. Selain itu, pada kesempatannya NU juga andil memberikan sumbangsih perjuangan melawan penjajah, mengukuhkan kesatuan bangsa, dan memberikan kemaslahatan untuk masyarakat.

Setelah NU konsisten melakukan kegiatan tersebut. Ia juga merambah ke bidang politik, yang menjadi usahanya dalam membela bangsa dan negara. Hingga kini, usaha NU untuk menyiarkan Islam terus dikembangkan secara mendalam dan berkelanjutan.

Dari masa ke masa, NU terbukti selalu unggul dan mampu bertahan untuk memurnikan ajaran Islam dengan coraknya. Pertama, keunggulan tersebut dapat dilihat dari hasil riset Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Menurut LSI, pada 18-25 Februari 2019, jumlah Muslim yang ada di Indonesia berjumlah 87,8 persen, dan ormas NU mendapat peringkat pertama dengan kuantitas terbanyak dibanding ormas lainnya yaitu 49,5 persen. Memiliki ulama yang kompeten mengelola manajerial organisasi masyarakat, alhasil NU bisa membentangkan sayap dengan luas, baik di taraf nasional maupun Internasional.

Baca Juga  Argumen Teologis Pluralisme dan Toleransi

Kedua, dalam keagamaan di bidang fikih umumnya kita mengenal empat imam madzhab, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, dan Imam Ibn Hanbal. Masing-masing madzhab  mempunyai praktik ibadah dan penjelasan yang berbeda sebagai hujjahnya. Perbedaan imam madzhab tersebut tak dipermasalahkan, karena itu sebabnya NU mempersilahkan pengikutnya memilih salah satu dari keempat mazhab tersebut. Toleransi yang ada di sini, guna memberikan kemaslahatan pada tiap-tiap wilayah di seluruh dunia dalam keberagamaan, yang mana hal ini belum tentu bisa dipraktikan oleh ormas lain.

Pada dasarnya ajaran Islam NU bersumber dari: al-Quran, hadis, qiyas dan ijma’. Para Imam Madzhab adalah bagian dari Ijma’ yaitu kesepakatan para ulama. Sedangkan NU sendiri menyakini, bahwa ulama adalah mata rantai pewaris keilmuan para Nabi. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW, Innal’ulamaa waratsatul anbiyai, artinya: Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi, (H.R At-Tirmidzi dari Abu Darda R.A).

Ketiga, corak dan khas amaliah tradisi NU yang sering menjadi pertentangan, misalnya ziarah kubur, tahlilah, mauludan, manakib, dzikir bersama, tawasul, istigasah, puji-pujian shalawat setelah adzan, qunut dalam shalat shubuh, hukum selamatan selama tujuh hari, dan tabarrukan (ngalap berkah). Hingga kini, tradisi tersebut masih dilanggengkan dan menjadi ciri khas masyarakat Nahdlatul Ulama.

Keunggulan dan pandangan NU terhadap ajaran Islam dan tradisi yang ada tersebut, tidaklah bertentangan dengan syariat Islam, melainkan justru mengantarkan Islam itu sendiri pada kemurnian dan kemaslahatan budayanya. Semuanya terangkum dan terdapat dalam dalil al-Quran, hadis, Ijma’ dan Qiyas sebagai argumentasinya.

Jadi, harapan bagi warga NU tetaplah istiqomah dan tak usah ragu tentang rutinitas amaliah keagamaannya, utamanya mayoritas masyarakat Indonesia yang menganut paham Ahlussunnah Waljama’ah. Amaliah ini juga berlaku untuk seluruh Muslim di dunia. 

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.