Imam Al-Ghazali: Manusia Berlidah Dua

Dunia IslamImam Al-Ghazali: Manusia Berlidah Dua

Terlibat dalam sebuah perseteruan itu tidak baik. Andaikata seseorang berteman dengan kedua orang yang tengah berseteru, maka sebaiknya memilih untuk tetap tidak terlibat. Sebagaimana yang dikemukakan Al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin, yang disampaikan Gus Ulil, sapaan akrab Ulil Abshar Abdalla, seseorang hendanya tidak menjadi orang yang berlidah cabang dua atau zullisan.

Melalui akun facebooknya, Gus Ulil mengadakan kajian rutin kitab Ihya ‘Ulumuddin, yang kali ini bertemakan tentang ciri-ciri manusia yang berlidah cabang dua. “Ketika ada seseorang yang berteman dengan dua orang yang sedang bermusuhan dan berbaik-baikan dengan keduanya secara jujur, karena tidak mau terlibat, itu tidak dianggap sebagai orang yang berlidah cabang atau bermuka dua”, papar Gus Ulil.

Meski begitu, menurut Gus Ulil, bila orang tersebut berbicara dengan masing-masing yang tengah bermusuhan dan mengatakan sesuatu yang membuatnya keduanya teradu-domba dan kian terpercik amarahnya, sikap tersebut masuk kategori namimah dan bisa disebut zullisan.

“Kalaupun yang diceritakannya ini hanya pada satu pihak, tetap termasuk namimah, terlebih menukar informasi kepada kedua orang yang berseteru, itu tindakan yang tidak patut”, ungkap menantu Gus Mus.

Penulis buku Jika Tuhan Berkuasa, Mengapa Manusia Harus Menderita juga mengatakan, “Kategori lain orang yang zullisan, misalnya seorang yang tidak terlibat perseteruan ini tidak menceritakan apapun kepada kedua pihak yang bertengkar, akan tetapi ia membaik-baiki keduanya dengan tujuan mendukung permusuhan. Yakni, justru ia menjadi jembatan agar kedua pihak ini lebih bermusuhan dan mengatakan permusuhan yang dilakukannya terhadap pihak lain itu dibenarkan dengan alasan tertentu”, tambahnya.

Menurut Gus Ulil,  sikap itu ibarat penyakit hati agar mendapat kredit atau ganda poin dari kedua belah pihak yang berseteru, sehingga ia dinilai berjasa kepada dua orang yang berseteru. Itu sebabnya sangat membahayakan. 

Baca Juga  Piagam Madinah Puncak Toleransi

Adapun saran sikap yang seharusnya dilakukan ketika seseorang mendapati orang bermusuhan, sedangkan keduanya itu sama-sama teman. “Sudah sepatutnya tidak ikut terlibat, cukup diam saja supaya tidak masuk kategori zullisanain. Jika terpaksa berbicara, maka ia harus jujur kepada siapa kamu berpihak dengan alasan kamu melihat kebenaran dari salah satu temanmu yang berseteru tersebut”, pungkas Gus Ulil.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.