Amany Lubis: Taliban Harus Menghargai Hak Sipil Perempuan

BeritaAmany Lubis: Taliban Harus Menghargai Hak Sipil Perempuan

Isu perempuan di Afghanistan terus naik sejak Taliban kembali mengambil alih kekuasaan di Afghanistan pada Minggu malam (15/08/2021). Selama ini, Taliban dinilai sebagai kelompok Islamis yang kerap memberikan kebijakan yang menekan dan merugikan kaum perempuan. Namun, kali ini Taliban membawa janji-janji untuk memperhatikan hak-hak perempuan. Tidak sedikit orang yang menyambut baik kabar ini, salah satunya Prof. Amany Lubis, tokoh perempuan dalam Afghanistan-Indonesia Women Solidarity Network (AISWN). Dalam acara Rosi KompasTV (19/08/2021), ia menyampaikan bahwa ada harapan tentang perubahan kebijakan Taliban terhadap perempuan.

“Dengan adanya pengalihan kekuasaan saat ini, memang dikhawatirkan kondisi perempuan makin mundur. Karena memang dalam ideologinya Taliban, perempuan tidak mesti ada di ruang publik. Tetapi kita dengar bahwa belakangan Thaliban melunak kepada kalangan perempuan” tutur Rektor UIN Jakarta tersebut. Hal itu ditemukannya dari berbagai berita di media yang meliput langkah Taliban yang akan melindungi perempuan, memberikan hak pendidikan dan kerja untuk mereka.

Bagi guru besar sejarah politik Islam tersebut, mempertahankan nilai-nilai Taliban yang kaku dan keras terhadap perempuan tidak akan menguntungkan mereka. Maka dari itu, mereka memang sudah semestinya berubah, Taliban harus lebih menghargai lagi hak sipil kaum perempuan. Prof. Amany Lubis mengatakan, “Kalau untuk masalah perempuan, menurut insting saya, mereka mau berubah. Karena tidak mungkin dilakukan seperti yang lalu, dengan adanya segregasi dengan adanya pemisahan dan diskriminasi, ini tidak mendukung mereka. Karena kondisi masyarakatnya juga sudah berubah.”

Wanita yang menjadi Rektor Perempuan Pertama UIN Jakarta ini menyatakan dirinya agak sedikit lebih optimis, karena melihat perubahan sikap dan juga upaya dari pemerintahan sebelumnya di masa Ashraf Ghani yang gencar melakukan pendekatan terhadap masalah perempuan. “Saya juga pengalaman panjang  dengan kelompok-kelompok dari afghanistan, melalui organisasi kemasyarakatan di Indonesia, dan pendekatan pemerintah” ucapnya. Ia juga mengisahkan pengalamannya dalam menghadiri pertemuan perempuan di Istana Presiden Afghanistan di Kabul tahun 2020, yang juga melibatkan perempuan dari kelompok Taliban. 

Baca Juga  Teladan Keberagamaan Masyarakat Awam

Menurutnya, di antara perempuan-perempuan yang turut hadir sudah berpendidikan di al-azhar. Mereka tidak pakai burka ketika kita bertemu perempuan semuanya, mereka terlihat seperti perempuan modern pada umumnya. “Itulah saya melihat secercah harapan, kedepannya perempuan akan bangkit dengan sendirinya walaupun bukan seperti akan diberi hak demo, itu politik, masalah lain. Kita mementingkan masalah kemanusiaan dan kebutuhan akan hidup. Kebutuhan dasar, pendidikan, kesehatan, itu dulu.”

Meskipun masih sedikit, Prof Amany Lubis mengakui ada rekam jejak tentang inisiasi pemegang pemerintahan Afghanistan untuk menegakkan hak-hak kaum perempuan. Hal itu perlu diapresiasi dan didukung, jangan sampai berakhir hanya karena kekuasaan berpindah. Namun, ia juga tetap menyarankan untuk menunggu sampai publik benar-benar dapat melihat sejauh komitmen Taliban untuk menjamin hak-hak perempuan dan lebih peduli lagi pada nasib mereka.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.