KH. Ma’ruf Khozin: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

BeritaKH. Ma’ruf Khozin: Mensyukuri Nikmat Kemerdekaan

Sudah menjadi kebiasaan, masyarakat Indonesia merayakan bulan Agustus sebagai peringatan hari kemerdekaan. Momentum seperti ini patut kita syukuri, karena kemerdekaan adalah pintu gerbang cita-cita bangsa yang terjajah untuk mewujudkan kedamaian dan kesejahteraan dalam negerinya.

Terkait hal tersebut, KH. Ma’ruf Khozin menguraikan dalam kanal TVNU (19/08), “Catatan yang terpenting dalam Islam untuk meraih kemenangan adalah berangkat dari lahirnya perjanjian perdamian Hudaibiyah, bukan ketika penaklukan kota Mekkah”, pungkasnya. Sebab menurutnya, melalui perjanjian itu Islam kian dikenal luas masyarakat Arab, sehingga kekuatan Islam bertambah dan mencapai puncak penaklukkan Mekkah (Fathul Makkah). Meski setelah itu, disusul kejayaan-kejayaan Islam dengan adanya sistem khilafah.

Namun, kejayaan Islam yang terjadi di masa lampau tidak mudah untuk diimplementasikan di negara Indonesia yang pluralis. Itu sebabnya ulama kita memilih konsep negara yang realistis. Beberapa negeri yang mencoba dengan mendirikan sistem khilafah justru mengalami situasi porak-poranda.

“Melalui hal tersebut, kita sudah cukup dengan melihat apa yang dialami umat Islam di negara lain, di Irak, Syuriah, Afghanistan, maka sudah sepatutnya kita menjaga NKRI. Sebab melalui NKRI ini, masyarakat Indonesia sudah terbukti jauh lebih aman, nikmat ibadah, bisa bekerja, bersosial dengan baik, dan sebagainya”, ungkapannya.

Adapun adagium legendari KH. Hasyim Asy’ari, hubbul wathan minal iman, mencintai Tanah Air itu sebagian dari iman. Para ulama telah sepakat adagium itu bukan hadis. Namun, jika ditelaah dengan baik adagium tersebut, maka substansinya selaras dengan hadis Nabi Saw yang menarasikan, Ya Allah jadikanlah kami cinta Madinah sebagaimana cinta kami kepada Mekkah atau melebihi Mekkah (HR. Bukhari dan Muslim).

Oleh karena itu, pada gilirannya kecintaan terhadap Tanah Air melahirkan kemerdekaan, keduanya terikat sebagai kekuatan yang kokoh. Menyoal cinta terhadap Tanah Air, Kiai Khozin mengutip penyair Madura yang mengatakan, “Bagaimana mungkin kita tidak cinta Tanah Air, kita yang lahir di Indonesia, udara yang kita hirup adalah udara Indonesia sehingga menjadi nafas dalam tubuh kita. Air yang kita minum berubah menjadi darah dalam tubuh kita. Tumbuhan yang kita makan, beras, dan ternak yang kita makan menjadi daging dalam tubuh kita” ujarnya.

Baca Juga  Khadijah Al-Kubro Perempuan Tangguh dan Dermawan

Terlepas dari hiruk-pikuk persoalan yang tengah terjadi dalam negeri, hakikatnya kemerdekaan yang telah diupayakan oleh para pahlawan bangsa adalah anugrah. Kita yang menikmati kemerdekaan saat ini, mesti memperbanyak syukur karena bisa menikmatinya tanpa harus melalui perjuangan peperangan yang mengorbankan nyawa, hak kemanusiaan yang direnggut, tangis pilu yang tak berkesudahan, dan kesengsaraan akibat kolonialisme lainnya.

“Pada intinya, upaya ulama menjaga NKRI agar damai dan tentram tujuannya tidak lain agar kita dapat nikmat dalam beribadah, menempuh pendidikan, dan lain sebagainya dengan sebaik-baiknya di negeri ini”, kata Kiai Khozin.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.