Pandemi Mengajarkan Pentingnya Pengendalian Diri

KhazanahHikmahPandemi Mengajarkan Pentingnya Pengendalian Diri

Lebih dari sepekan belakangan ini, media kita dipenuhi dengan berita lonjakan kasus Covid-19, keterbatasan fasilitas kesehatan, dan angka kematian pasien. Kita memang sepakat bahwa virus Covid-19 adalah penyebab dari krisis ini. Namun sayangnya, tidak semua masyarakat sepakat untuk menaati protokol kesehatan dan mengikuti vaksinasi. Padahal, hal kedua yang disebutkan itu sangat penting dan menjadi kunci utama untuk bangkit dari krisis ini. Bagaimanapun, pandemi Covid-19 telah mengajarkan pentingnya mendisiplinkan dan mengendalikan diri sendiri, sebelum berhubungan dengan orang lain. Memakai makser, mencuci tangan, menjaga jarak dan memanfaatkan vaksin adalah etika baru yang harus kita terapkan dalam hubungan sosial kita.

Dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini atau masalah apapun dalam hidup, kita perlu membedakan , mana hal yang dapat kita kendalikan dan mana yang tidak. Tentu saja, tidak semua hal terjadi di bawah kontrol kita. Misalnya, keganasan wabah Virus Covid-19 yang merenggut jutaan nyawa manusia adalah fenomena global yang tidak dapat ditolak, atau dapat dikatakan, berada di luar kendali kita. Sedangkan, yang dapat kita kendalikan ialah penyebarannya, memakai masker, mencuci tangan, melakukan vaksinasi, dan menaati protokol kesehatan, adalah hal yang sepenuhnya berada dalam kendali kita. Dalam ajaran dikotomi kontrol Stoisisme, sesuatu yang berada dalam kontrol kitalah yang lebih penting. Jadi, kontrol diri untuk selalu menerapkan protokol kesehatan itu sebenarnya jauh lebih penting dari yang kita kira.

Pengendalian diri adalah sebuah kapasitas dalam menyesuaikan respons diri dengan standar seperti cita-cita, nilai, moral, dan harapan sosial, demi mendukung pencapaian tujuan jangka panjang. Orang yang tidak memahami kontrol dirinya akan sangat mudah jatuh dalam kesia-siaan, karena sibuk berusaha mengendalikan sesuatu yang sebenarnya tidak dapat dikendalikan, dan hanya membuahkan kekecewaan. Kesuksesan sering kali bermuara pada dua hal, kecerdasan dan pengendalian diri. Meskipun kita tidak dapat mengatur kadar kecerdasan yang diberikan Tuhan, kita tetap dapat meningkatkan pengendalian diri. Dalam bukunya yang berjudul Willpower, Dr. Roy Baumeister, salah satu psikolog paling produktif di dunia,menulis sebuah kalimat, “self-regulation failure is the major social pathology of our time”, kegagalan mengatur diri adalah penyakit sosial utama di zaman kita. 

Pada dasarnya, semua tradisi agama dan spiritual bahwa manusia selalu mengajarkan pengendalian diri. Meskipun kita menikmati kehendak bebas, kita perlu menjalankan kehendak bebas kita dengan cara yang bertanggung jawab. Seorang Muslim selalu dituntut untuk memiliki kemampuan pengendalian diri yang baik. Di dalam al-Quran banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang pentingnya mengontrol diri, melarang perbuatan salah dan berbahaya. Dalam surat Shad ayat 26 dikatakan, …janganlah engkau mengikuti hawa nafsu, karena akan menyesatkan engkau dari jalan Allah. Al-Qur’an bahkan mengatakan, Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti keinginannya sendiri? (QS. Qashash: 50). Implikasi dari sesuatu yang dilarang adalah kebalikannya. Jadi, orang yang mengendalikan dirinya, akan menemukan puncak dari hidayah yang benar.

Baca Juga  Gus Mus: Ujaran Kebencian Merusak Ketakwaan Seseorang

Pengendalian diri selalu berhubungan erat dengan berbagai pilihan. Ada cara praktis dan mudah untuk menyeleksi pilihan kita ketika sedang mengendalikan diri. Dalam Nahjul Balaghah No. 289, Imam Ali RA memberikan deskripsi yang sangat indah dan mendalam tentang seseorang yang memiliki kemampuan pengendalian diri yang mengagumkan. Imam Ali RA mengatakan, “Di masa lalu, saya memiliki saudara seiman, dan dia amat bermartabat tinggi dalam pandangan saya, karena dunia tidak berarti di matanya. Jika dua hal berhadapan dengannya, dia akan melihat mana yang lebih mirip dengan keinginannya dan dia akan melakukan yang sebaliknya.”

Tentu saja, cara ini cukup mudah untuk ditiru. Di tengah pandemi ini misalnya, kita mungkin sangat menginginkan kebebasan tanpa masker, menikmati kerumunan, dan tidak perlu vaksin. Tetapi Allah SWT telah menjadikan protokol kesehatan itu berbagai sarana untuk menghindarkan diri dari covid. Maka dari itu, sebagaimana orang shaleh yang tidak disebutkan namanya oleh Imam Ali RA tadi, kita seharusnya memilih sesuatu yang berlawanan dengan ego kita, yaitu dengan menaati semua protokol kesehatan. Bagaimanapun, efek dari mendisiplinkan diri sendiri dalam satu area kehidupan, akan menyebar ke area lain dalam hidup, dan menciptakan efek domino dari transformasi positif. 

Ketika kita bertindak untuk kepentingan diri kita yang sebenarnya, kita juga telah menyelamatkan kepentingan orang lain. Tuhan telah menciptakan kita sebagai makhluk sosial sedemikian rupa, sehingga ketika kita benar-benar menjaga diri kita sendiri, maka kita menjaga semua manusia. Nilai-nilai inilah yang sedang diajarkan Pandemi COVID-19, yaitu kepedulian terhadap pengendalian diri sendiri sebelum berhubungan dengan orang lain.

Singkatnya, itulah fakta dasar bahwa kita harus memiliki pengendalian diri, khususnya dalam situasi krisis saat ini. Kita harus fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali kita, dengan kata lain, memaksimalkan apa yang dapat kita lakukan daripada harus mengoceh atau mengurusi hal besar di luar kendali kita. Yang perlu kita lakukan adalah mengontrol jiwa kita, dari yang memiliki ketertarikan pada keinginan ego, menjadi jiwa yang mendambakan hal-hal yang baik bagi diri sendiri dan orang lain. 

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait