Keutamaan Puasa dalam Kitab Tanqihul Qaul

KolomKeutamaan Puasa dalam Kitab Tanqihul Qaul

Sewaktu saya mondok di pesantren dulu, setiap bulan Ramadhan kami rutin ngaji posonan—ngaji kitab, khusus di bulan Ramadhan. Salah satu kitab yang dikaji adalah Tanqihul Qaul. Masih kuat sekali ingatan saya, kitab ini dingajikan oleh Ustadz Mohammad Fateh, menantu Kiai saya. Setiap ba’da Subuh, kami berbondong-bondong datang ke rumahnya untuk mengaji kitab tersebut. Saya duduk dipojok sedikit gelosor sembari menyimak penjelasan ustadz dengan saksama.

Ustadz Fateh menjelaskan satu persatu kandungan isi kitab tersebut. Mulai dari keutamaan ilmu, membaca bismillah, membaca shalawat dan seterusnya. Para santri mendengarkan sekaligus mencatatnya. Sampailah pada bab tentang keutamaan puasa. Beliau menjelaskan bahwa di antara keutamaan puasa adalah kegembiraan orang berpuasa, orang yang berpuasa diampuni dosa-dosanya yang terdahulu, dan seterusnya. Karena itu, di bulan Ramadhan ini, saya ingin sedikit mengulas keutamaan puasa dalam kitab Tanqihul Qaul, seperti yang dulu pernah saya kaji.

Puasa merupakan salah satu rukun Islam yang diwajibkan kepada setiap Muslim di bulan Ramadhan. Ada pula puasa yang disunnahkan seperti puasa Senin-Kamis, puasa Tarwiyah, puasa Arafah, puasa Muharram, puasa Sya’ban, puasa enam hari di bulan Syawal dan lain-lain. Namun, yang perlu diketahui, puasa merupakan ibadah yang istimewa karena memiliki beberapa keutamaan, sebagaimana disebutkan dalam kitab Tanqihul Qaul yang saya jelaskan di permulaan.

Kitab karya Imam Nawawi al-Bantani ini merupakan syarah kitab Lubabul Hadis karya Imam Jalaluddin as-Suyuthi. Kitab ini berisi amalan fardu dan sunnah serta keutamaannya, baik menyangkut tentang ibadah maunpun adab yang perlu dikerjakan oleh setiap Mukmin dan Muslim. Salah satunya adalah keutamaan puasa. Setidaknya, ada sepuluh keutamaan puasa yang dijelaskan dalam kitab tersebut. Namun, di sini saya hanya mengulas beberapa keutaman puasa yang menurut saya penting untuk diketahui bersama.

Pertama, puasa merupakan ibadah khusus yang hanya diperuntukkan bagi Allah SWT. Nabi Muhammad SAW dalam hadis Qudsi bersabda, Puasa itu bagi-Ku dan Akulah yang membalasnya. Hadis Qudsi ini mengindikasikan bahwa puasa adalah ibadah yang secara khusus hanya diberikan untuk-Nya. Pengkhususan inilah yang membuat puasa menjadi ibadah yang istimewa sekaligus utama.

Dalam hal ini, Imam Nawawi menyebut puasa adalah ibadah yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Karena itu, tidak heran bila pada bulan puasa Ramadhan Allah SWT melipatgandakan pahala bagi mereka yang mau menebar kebaikan, memberi banyak ampunan kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa, melimpah karunia kepada umat manusia seluas-luasnya. Sudah seharusnya, kita menyambut Ramadhan ini dengan mengharap penuh ridha Allah SWT.

Kedua, puasa menghadirkan kegembiraan bagi orang yang menjalankannya. Nabi Muhammad SAW bersabda, Orang yang berpuasa mengalami dua kegembiraan, yaitu kegembiraan di waktu berbuka dan kegembiraan ketika berjumpa dengan Tuhannya. Hadis ini menyiratkan bahwa orang yang puasa akan mendapatkan dua kegembiraan. Satu kegembiraan saat di dunia, dan satu kegembiraan saat di akhirat kelak.

Baca Juga  Sindiran Gus Dur kepada Pemuka Agama

Kegembiraan di dunia adalah ketika orang yang berpuasa mendapati berbuka. Dalam hal ini, Imam Nawawi menerangkan bahwa maksud kebahagiaan orang yang berpuasa saat berbuka adalah dengan hilangnya rasa lapar dan dahaga ketika diperbolehkan baginya berbuka. Lebih lanjut, Imam Nawawi menjelaskan bahwa kebahagiaan saat berbuka adalah ketika ia telah menyempurnakan puasanya, menyelesaikan ibadahnya, dan mendapatkan pertolongan untuk puasa yang akan datang.

Saya yakin, betapa bahagianya orang yang berpuasa ketika Magrib tiba. Bahkan, menjelang sebelum Magrib pun kegembiraan umat dapat kita saksikan di mana-mana. Di pasar, di taman, di jalanan, di gang-gang sempit, semua nampak terlihat bahagia menunggu bedug Magrib di tabuh. Semua orang yang berpuasa pasti merasakan kebahagian tersebut. Terlebih bila puasanya mereka barengi dengan penuh rasa keimanan dan ketaatan kepada Allah SWT, maka kebahagiaan itu akan terasa lebih sempurna. Mungkin, bagi mereka yang bisa merasakan nikmat dan bahagianya orang berpuasa, mereka akan berharap agar puasa diwajibkan setiap saat dan kebahagiaan dapat mereka rasakan setiap hari.

Sementara itu, satu kebahagiaan di akhirat adalah ketika orang yang berpuasa berjumpa pada Tuhannya di kemudian hari. Dalam hal ini, Wahb bin Munabbih mengatakan, “Orang Mukmin tidak merasakan ketengangan, kecuali ketika berjumpa dengan Tuhannya, yaitu dengan mendapat balasan dan pahala atau dengan memandang kepada dzat Tuhannya.”

Orang yang berpuasa dengan penuh penghayatan dan ketulusan, pada dasarnya telah melaksanakan perintah Allah SWT dengan penuh ketaatan dan keimanan. Dengan modal seperti ini, kelak di akhirat ia akan diganjar dengan kebahagiaan lebih karena dapat melihat dzat Allah. Untuk itu, kita pasti berharap puasa yang kita laksanakan saat ini tidak saja mendatangkan kebahagian di dunia, tetapi juga di akhirat. Semoga kita semua senantiasa berpuasa dengan penuh suka cita agar kegembiaraan yang disabdakan Nabi terus membersamai kehidupan kita.

Ketiga, orang yang berpuasa, dosa-dosanya yang terdahulu akan diampuni oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda, Barang siapa berpuasa di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala (dari Allah SWT), maka dosanya yang terdahulu dan yang akan datang diampuni. Hadis ini tentu membawa kabar gembira bagi mereka yang berpuasa di bulan Ramadhan. Bahwasanya orang yang berpuasa akan diampuni dosa-dosanya, baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Namun, dengan syarat bahwa puasa tersebut harus dibarengi oleh rasa keimanan dan juga ketaatan kepada Allah SWT.

Itulah beberapa keutamaan puasa yang disebut dalam kitab Tanqihul Qaul yang sudah sepantasnya kita amalkan dengan rasa syukur yang mendalam. Kiranya, keutamaan puasa tersebut kian membuat kita untuk terus bersemangat, gembira dan bersuka cita dalam melaksanakan puasa. Lebih-lebih puasa Ramadhan, kita harus menjalankannya dengan penuh keimanan dan ketaatan agar puasa kita tidak sekadar puasa yang menahan haus dan lapar. Semoga, puasa kita tahun ini diridhai oleh Allah SWT. Amin.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.