Anjuran Ziarah Kubur

KolomAnjuran Ziarah Kubur

Tidak hanya boleh, ziarah kubur adalah amalan yang dianjurkan. Sebelumnya memang sempat ada larangan tapi kemudian Rasulullah mencabut larangan itu. Nabi bersabda, Ake dulu pernah melarang berziarah kubur, maka sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ia dapat mengingatkan kalian akan kematian (HR. Ahmad dan al-Hakim). Berkunjung ke makam keluarga, saudara, atau orang-orang mulia merupakan lawatan rohani yang memuat banyak kebaikan, terlebih di bulan suci Ramadhan. Sebenarnya, kapanpun itu ziarah bisa dilakukan. Namun jika melihat tradisi, masyarakat kita biasanya berziarah ke sanak saudara saat menjelang Ramadhan.

Apa yang Nabi suruh dan anjurkan pastinya bukan amalan kosong tanpa faidah. Pertama, bagi peziarah, yang paling nyata, berziarah menjadi treatment untuk mengingat mati. Karena dunia adalah ladang kenikmatan semu yang sering menutup ingatan kita pada kematian. Rasulullah juga pernah mengatakan bahwa mengingat mati adalah sebaik-baik ibadah, sebaik-baik tafakur, dan sebaik-baik zuhud. Sebab, melayangkan ingatan akan akhirat dan balasannya bisa memotivasi kita untuk mencari bekal kebaikan selama di dunia.

Ziarah kubur adalah sebentuk pelajaran dan nasihat, bahwa kita akan menyusul mereka yang telah dahulu mengetuk gerbang kematian. Memikirkan hal demikian, akan melembutkan hati, memperkaya emosi, dan menebalkan keimanan. Selain itu, seseorang yang melewati pekuburan sembari mengucap doa dan salam, bisa mendapat ampunan dosa dari Allah. Sepenggal salam tersebut yang diajarkan oleh Imam Ali berbunyi, Assalamu ‘ala ahli laa ilaha illa Allah, min ahli laa ilaaha illa Allah. Bi haqqi laa ilaha illa Allah, ighfir liman qala laa ilaha illa Allah.

Kedua, faidah ziarah bagi ahli kubur. Kebahagiaan akan dirasakan oleh orang mati yang diziarahi. Karena mereka tahu akan kehadiran kita yang masih hidup. Saat yang mengunjunginya pulang, mereka pun merasakan kesendirian. Lebih dari itu, kunjungan kita semacam hiburan ketika mereka sedang dalam kesempitan. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Imam al-Baqir. Kehadiran dan doa kita akan membuat mereka merasakan kelapangan. Rahmat Allah pun akan terlimpah kepada ahli kubur melalui bacaan al-Quran dan doa yang dikirimkan untuk mereka.

Selain menganjurkan umatnya untuk berziarah, Nabi sendiri juga terbiasa melakukan ziarah kubur. Dalam bukunya, Madrasah Ruhaniah, Jalaluddin Rakhmat menuturkan perjalanan Isra’ Mi’raj Nabi yang disertai dengan kunjungan ke kuburan para Nabi. Beliau turun dari Buraq kemudian shalat dan berdoa di sisi kuburan mereka. Cerita ziarah Nabi ke makam para Nabi ini terdapat dalam riwayat-riwayat hadis seputar Isra’ Mi’raj. Apa yang Rasulullah lakukan ini merupakan dalil fi’li (perbuatan) atas anjuran ziarah.

Dalam riwayat al-Hakim, disebutkan bahwa tiap hari Jumat Sayyidah Fathimah mengunjungi kuburan Hamzah, paman Nabi yang gugur syahid di perang Uhud. Tak ada larangan, bahkan Nabi menganjurkannya. Sayyidah Aisyah pernah mengatakan bahwa tidak ada yang paling menyerupai Nabi dalam hal akhlak dan wajahnya, selain Fathimah. Untuk itu, apa yang dilakukan putri Rasulullah juga merupakan perbuatan yang harus dicontoh. Apalagi Allah menjamin kesucian Fathimah dari cela, yang diabadikan al-Quran dalam surat al-Ahzab [33]: 33.

Kultur baik untuk berziarah kubur ini juga ditunjukkan oleh orang-orang mulia setelah Nabi. Terhadap guru yang tak sempat ditemuinya, Imam Syafi’i kerap berziarah ke makam Abu Hanifah di Irak. Untuk menghormati sang guru, saat melaksanakan shalat dalam ziarahnya, Imam Syafi’i meninggalkan qunut pada shalat subuh karena Imam Abu Hanifah tidak memberlakukan qunut dalam shalat subuh.

Sebagai manusia mulia, Rasulullah tidak hanya menziarahi orang mulia saja. Beliau juga berziarah ke kuburan orang pada umumnya. Nabi tak jarang berkunjung ke makam umat Muslim untuk memohonkan ampun dan berdoa untuk meringankan azab para ahli kubur.

Baca Juga  Mencintai Nabi Muhammad SAW ala Mbah Hasyim Asy’ari

Imam Bukhari mencatat sebuah hadis yang menyebutkan: Rasulullah SAW melewati dua kuburan lalu beliau berkata, “Kedua ahli kubur ini sedang diazab Tuhan, meskipun bukan karena dosa yang besar”. Rasulullah lalu meletakkan di atas kedua kuburan itu pelepah kurma yang masih hijau sembari berdoa. Beliau lalu berkata, “Sesungguhnya kedua pelepah kurma itu insya Allah akan meringankan azab mereka sampai pelepah itu mengering”. Pelepah yang masih hijau dan basah, sebetulnya ia akan selalu bertasbih untuk meringankan azab penghuni kubur.

Lebih dari itu, kunjungan Rasulullah ke kuburan kaum Muslim adalah wujud penghormatan kepada mereka. Kita bisa cermati hal tersebut dari hadis yang diriwayatkan Imam Bukhari. Di masa Nabi ada perempuan kulit hitam yang suka membersihkan masjid. Saat meninggal, jenazahnya dimakamkan pada malam hari sehingga Nabi pun tak mengetahuinya.

Suatu hari ketika Nabi mengunjungi pekuburan, beliau mencium bau wangi saat melewati kuburan perempuan itu. Kemudian Rasulullah pun menanyakan kepada sahabatnya siapa gerangan yang ada di liang itu dengan wanginya yang semerbak. Setelah tahu akan kebaikannya, Nabi pun shalat dan berdoa di hadapan kuburan perempuan kulit hitam tadi.

Dalam berziarah, kita juga harus memperhatikan adab. Dari kisah-kisah di atas kita bisa menarik teladan yang Rasulullah ajarkan. Pertama, mengucapkan salam kepada para penghuni kubur, karena sejatinya mereka hidup, hanya berlainan dimensi. Imam Ali pernah mengatakan, Kunjungilah orang-orang mati di antara kalian, ucapan ini menunjukkan hidupnya ahli kubur di alam barzah sana, yang di dalamnya ada nikmat serta azab.

Kedua, memulai doa dengan tawasul kepada Nabi. Beliau adalah sosok yang memiliki otoritas untuk mengalirkan syafaat pada kita. Dengan bertawasul kepada beliau, kita berharap menjadi umat Nabi yang beruntung mendapat uluran tangan beliau kelak di akhirat. Kemudian, sekurang-kurangnya membaca surat al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan al-Nas sembari meletakkan tangan di atas kuburan. Akan lebih baik jika ditambah membaca surat al-Qadr, ayat Kursi, dan awal surat al-Baqarah.

Ketiga, meletakkan pelepah tumbuhan yang masih basah di atas pusara. Mengacu pada tindakan Nabi yang telah diceritakan sebelumnya. Karena segala makhluk Allah bertasbih memuji-Nya, zikir tumbuhan tersebut setidaknya akan menjadi suplai bantuan untuk ahli kubur. Air dan bunga-bunga segar yang biasa ditaburkan di atas makam, bisa juga menjadi alternatif lain. Untuk hari, Jumat didaulat menjadi momen yang tepat untuk menziarahi saudara yang sudah mangkat (HR. Al-Hakim).

Riwayat-riwayat tentang anjuran, kebaikan, dan praktik ziarah Nabi telah jelas ada. Tidak perlu berdebat panjang mengenai hukumnya, karena larangan ziarah yang pernah dikeluarkan Nabi telah dihapus. Semua itu karena kondisi keimanan umat Muslim di masa awal masih rentan serta kental dengan praktik kemusyrikan masyarakat Arab.

Ziarah adalah sunnah Rasulullah SAW. Ini adalah cara kita untuk berbuat baik dan mendoakan orang-orang yang telah wafat. Kunjungan kubur di bulan Ramadhan adalah sebuah keistimewaan mengingat bulan ini dipenuhi rahmat dan ampunan. Yang tak kalah penting, berziarah adalah langkah agar kita selalu terjaga dan tak lalai akan keniscayaan kematian. Kita sedang dalam antrian. Dengan demikian, tindakan kita di dunia akan terjaga dan selalu terorientasi pada kehidupan kemudian. Wallahu a’lam. []

Khalilatul Azizah
Khalilatul Azizah
Redaktur Islamramah.co || Middle East Issues Enthusiast dengan latar belakang pendidikan di bidang Islamic Studies dan Hadis. Senang berliterasi, membahas persoalan sosial keagamaan, politisasi agama, moderasi, khazanah kenabian, juga pemikiran Islam.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.