Ramadhan Bulan Peningkatan Karakter

KolomRamadhan Bulan Peningkatan Karakter

Di bulan Ramadhan, kepekaan diri seorang hamba atas perintah Allah SWT semakin meningkat. Puasa merupakan sarana pendidikan, kepedulian sosial, dan jalan menuju kedekatan diri seorang hamba kepada Allah SWT. Apa sebenarnya yang dapat kita lakukan untuk memupuk lingkungan positif ini? tentu saja, dengan menghubungkan makna ibadah yang dilakukan dengan peningkatan kepribadian  sehari-hari. 

Salah satu tujuan diwajibkannya berpuasa adalah agar kamu bertakwa (QS. al-Baqarah : 183). Takwa secara harfiah berarti memelihara, melindungi, menjaga, dan melindungi. Dalam Islam, orang yang bertakwa berarti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, senantiasa mengingat Allah SWT serta bersyukur kepada-Nya. Hal demikian tercapai melalui latihan keras untuk selalu mengingat Allah (dzikir), sehingga kita dapat merasakan pengawasan-Nya. 

Puasa dengan perhatian lebih terhadap tujuannya ini, bukan hanya akan memperkaya kehidupan spiritual kita, tetapi juga bagi mendukung kesehatan fisik, mental, dan emosional kita. Inilah yang akhirnya memberikan dampak positif bagi kepribadian orang-orang yang berpuasa. Orang-orang yang menjalankan rangkaian ibadah di bulan Ramadhan harus fokus pada Allah SWT. Mengingat Allah berarti menyadari hubungan kita dengan-Nya, dan kemudian jadi terbiasa untuk merasakan pengawasan- Nya. 

Dalam Ihya Ulumuddin (3/19)  latihan pemusatan pikiran kita pada Allah melalui dzikir,  sebagaimana yang telah diajarkan Nabi dan dikembangkan praktik tasawuf klasik, memberikan dampak yang luar biasa bagi kepribadian seseorang. Menurut Imam al-Ghazali, pikiran menjadi tertata, dan ketekunannya meningkat. Ia tidak akan tertarik pada keinginan nafsunya dan tidak akan disibukkan dengan pembicaraan diri yang tidak berguna (hadits al-nafs) yang berkaitan dengan dunia. Realitas Kebenaran akan bersinar di hatinya. Jadi, meningkatkan kepekaan diri seorang hamba atas perintah tuhannya sangat mendukung kemajuan diri kita sendiri.

Baca Juga  Buya Arrazy Hasyim: Bagaimana Manusia Mati Saat Hidup

Ramadhan adalah bulan yang memunculkan realitas batin kita. Bulan yang mulia ini membuka kesempatan sebesar-besarnya untuk kita memperbaiki hubungan dengan Tuhan, serta sesama manusia. Untuk menghindari perbuatan yang sia-sia di kehidupan sosial, pada mulanya kita perlu meninggalkan pikiran yang sia-sia. Hal demikian dilakukan dengan kembali memusatkan kesadaran tentang adanya Allah. Bukankah kesadaran penuh tentang adanya Allah atau Takwa adalah goals kita dalam berpuasa?

Jadi, penting sekali merealisasikan makna ibadah yang kita lakukan pada peningkatan diri kita luar dalam. Untuk mengembalikan perhatian kita kepada Allah, kita dapat menggunakan kalimat-kalimat dari Sunnah, seperti menyebut nama-nama Allah, doa-doa, dan sebagainya. Ibn al-Qayyim dalam Madarij al-Salikin (2/406)  menjelaskan cara kita dapat mempraktikkan mindfulness kita tadi diantaranya dengan mengatakan ”Allah bersamaku”, “Allah melihatku”, “Allah memperhatikanku”, dan kata-kata lain untuk memperkuat fokus kesadaran seseorang kepada Allah. 

Berdasarkan wawasan ini, berdzikir kepada Allah adalah latihan untuk mengembangkan ketakwaan kita selama berpuasa, akan menciptakan cukup jarak antara pikiran dan tindakan. Sehingga, kita dapat mengamati sesuatu dengan lebih baik, kemudian mengendalikan reaksi kita terhadapnya. Memperluas ruang reaksi berarti memberikan keleluasaan untuk mempertimbangkan tindakan kita. Hal itu akan mencegah kita bereaksi secara ekstrim dalam keadaan emosi yang kuat seperti kemarahan atau kesedihan.

Singkatnya, puasa dan takwa adalah dua hal positif yang saling beriringan. Puasa meningkatkan kesucian, kebersihan, dan kecemerlangan diri kita yang akan membawa kita pada ketakwaan. Dengan demikian, Ramadhan adalah bulan untuk meningkatkan karakter kita luar dalam, dari pikiran sampai tindakan. Mari kita manfaatkan kesempatan untuk meng-upgrade diri di bulan Ramadhan ini dengan sebaik-baiknya.

Selvina Adistia
Selvina Adistia
Redaktur Islamramah.co. | Pegiat literasi yang memiliki latar belakang studi di bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir. Menuangkan perhatian besar pada masalah intoleransi, ekstremisme, politisasi agama, dan penafsiran agama yang bias gender.
Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.