Media Sosial, Sarana Dakwah Untuk Milenial

KolomMedia Sosial, Sarana Dakwah Untuk Milenial

Seiring berkembangnya sains dan teknologi, perilaku manusia pun ikut berubah. Masyarakat kini lebih sering menghabiskan waktu berinteraksi dengan orang lain secara daring ketimbang luring. Ditambah lagi, pandemi memaksa kita untuk tidak berkumpul dan berkomunikasi secara tatap muka. Hal ini memicu peningkatan jumlah pengguna media sosial. Dan, menjadikannya sarana dakwah paling efektif untuk masyarakat Tanah Air, khususnya generasi milenial.

Mengapa milenial? Meskipun sebenarnya para ahli berbeda pendapat mengenai batasan generasi ini, tetapi milenial yang lahir dalam rentang tahun antara 1980-an sampai awal 2000-an dikenal sangat ketergantungan dengan internet. Mereka adalah generasi yang selalu mengikuti perkembangan teknologi informasi dan komunikasi guna memudahkan aktivitas sehari-hari.

Menurut data Hootsuite 2020, dari total populasi di Indonesia yang berjumlah 272,1 juta, terdapat 175,4 juta pengguna internet. Sedangkan pengguna media sosial aktif terdapat sejumlah 160 juta orang. Jika kita melangsungkan dakwah di media sosial, maka objek dakwah kita akan semakin banyak dan luas. Konten yang kita unggah akan menembus ruang dan waktu, sehingga menjadi amal jariyah untuk kita nantinya.

Karenanya, dakwah digital untuk milenial baik dilakukan melalui media sosial, tidak hanya mimbar. Dan, metode yang digunakan dalam menyampaikan dakwah disesuaikan pula dengan tren yang sedang viral dan marak diperbincangkan. Akan tetapi, dakwah Islam ini haruslah tetap berpedoman pada kemaslahatan bersama.

Dakwah rahmatan lil alamin, berpijak pada nilai-nilai Islam yang moderat. Tidak keras dan fanatik. Namun, tidak pula meremehkan. Akan tetapi seimbang. Tidak  tegang atau kaku saat menyikapi perbedaan pemahaman keagamaan, khususnya perkara-perkara yang termasuk dalam ranah furu’ (cabang). Melainkan memahamkan diri dan orang lain, bahwa kita berhak memilih madzhab mana yang kita ambil. Berjuang dalam pengembaraan ilmu, mencari yang terbaik. Bukan merasa paling benar sampai menyalahkan orang lain.

Baca Juga  Dakwah Pancasila Mencegah Radikalisme

Di sisi lain, efektivitas media sosial sebagai wasilah dakwah Islam ini tidak perlu diragukan lagi. Sebab telah banyak pendakwah muda yang berhasil menjalankan dakwahnya. Salah satunya adalah Husein Ja’far. Seorang aktivis dakwah media sosial yang mengikuti tren terkini. Tak ayal, dakwahnya yang disampaikan secara santai dan daring ini menjadi konten favorit publik, khususnya milenial.

Secara sederhana dan sesekali diselingi humor, ia menyampaikan, bahwa toleransi itu bagian dari ajaran agama. Dan, hal-hal sensitif berbau agama, ia kemas dan sampaikan kepada publik dengan cara yang baik serta tidak menyinggung pihak manapun. Metode dakwah dengan cara mengikuti tren media sosial ini merupakan cara tepat agar dakwah kita menjadi konsusi publik. Sebab kita dapat menangkal konten-konten negatif yang bertebaran di dunia maya dengan cara membuat dan mengunggah konten dakwah di dalamnya.

Dua hal yang sangat ditekankan bagi pendakwah media sosial. Di samping substansi konten yang wajib berbobot dan matang, kreativitas plus inovasi juga sangat diperlukan dalam mengemas konten dakwah di media sosial. Dengan  begitu, dakwah sebagai sarana dakwah untuk milenial menjadi efektif, efisien, dan tepat sasaran.  

Dengan demikian, media sosial tidak hanya memungkinkan kita untuk berkomunikasi dan berbagi pengalaman. Lebih dari itu, ia juga dapat dijadikan wasilah dalam berdakwah. Mengajak generasi milenial untuk sama-sama belajar dan memahami ajaran Islam. bahkan, menjadikan tuntunan kebaikan itu menjadi tontonan yang asyik untuk disaksikan berulang-ulang.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.