Meluruskan Pemahaman Hadis Perempuan Kurang Akal dan Agama

KolomMeluruskan Pemahaman Hadis Perempuan Kurang Akal dan Agama

Ruang gerak perempuan di kancah publik dan domestik kerap kali dibatasi. Pembedaan perilaku berdasarkan jender ini tak jarang bersumber dari doktrin agama yang dianggap demikian. Salah satunya adalah sabda Nabi yang secara tekstual menyebut perempuan itu kurang akal dan agama. Akan tetapi, benarkah yang dimaksud adalah semua perempuan, termasuk mereka yang taat dan berakhlak mulia? Dan apakah benar perempuan pada dasarnya kurang akal dan agamanya?

Redaksi hadis yang menyatakan perempuan kurang akal dan agama beragam. Dalam riwayat Abu Sa’id al-Khudriy, ia berkata, “Rasulullah pergi ke tempat shalat saat idul fitri atau idul adha (syakk fi al-rawi). Kemudian, beliau melewati sekumpulan perempuan, lalu Rasulullah bersabda, wahai para perempuan bersedekahlah, karena sesungguhnya aku diperlihatkan neraka. Kebanyakan penghuninya adalah kalian. Mereka bertanya, “bagaimana bisa wahai Nabi?”

Nabi menjawab, mereka mengingkari pemberian suami, dan mengingkari kebaikan. Belum pernah aku melihat wanita kurang akalnya dan agamanya yang lebih mampu mengalahkan laki-laki berakal yang kuat daripada seseorang di antara kalian. Mereka bertanya, “wahai Rasulullah apa kekurangan akal dan agama kami?”

Kemudian, Rasulullah SAW menjawab, bukankah persaksian dua orang wanita senilai dengan persaksian seorang lelaki. Mereka mengiyakan. Itulah kekurangan akalnya dan bukankah apabila sedang haid wanita tidak shalat dan puasa? Mereka mengiyakan. Lantas, itulah daripada kekurangan agamanya” [HR Bukhari, Tirmidzi, dan Ibn Majah].

Imam Ibn Hajar menjelaskan makna kalimat demi kalimat hadis di atas. Menurutnya, kekurangan perempuan disebabkan oleh tiga perkara yang dikatakan Nabi SAW dalam hadis. Banyak melaknat, ingkat terhadap suami, dan menghilangkan atau merusak hati seorang laki-laki. Lebih lanjut, mereka juga sulit memahami kekurangan yang ada pada diri mereka.

Adapun kalimat, apabila ia haid, tidak shalat dan tidak puasa mengisyaratkan, bahwa perempuan haid tidak shalat dan tidak pula puasa telah ditetapkan berdasarkan hukum syariat sebelum adanya peristiwa ini.

Untuk itu, hadis tentang perempuan yang kurang akal dan agama menurut Ibn Hajar yang menyebabkan perempuan banyak menjadi penghuni neraka. Sebab banyak melaknat, ingkar terhadap suami, dan tidak mengetahui kekurangan yang ada pada diri mereka. Sedangkan maksud penyebutan kekurangan perempuan bukan untuk mencela. Akan tetapi memberi peringatan agar mereka tidak berlaku seperti itu dan seseorang tidak terfitnah oleh mereka.

Baca Juga  Nikah Siri, Halal Sontoloyo!

Berbanding terbalik dengan pandangan Kiai Masdar. Menurutnya, keberagaman tentang ketaatan kepada ketentuan Allah dan kaum perempuan yang meninggalkan shalat atau puasa dalam keadaan hadis atau nifas bukan dilatarbelakangi oleh ketidaktaatan, melainkan oleh ketaatan. Dan, jika benar bahwa akal perempuan  itu separuh laki-laki. Lantas, mengapa para ulama sepakat memperlakukan periwayatan hadis oleh perempuan sama nilainya dengan periwayatan hadis laki-laki. Di antara periwayat sahabat perempuan adalah Aisyah, Zainab, Ummu Salamah, dan Asma binti Umais.

Oleh karena itu, kekurangan agama dan akal pada perempuan tidak dapat dijadikan alasan untuk merendahkan mereka. Letak kekurangan perempuan sejatinya ada pada persaksian dalam hukum Islam. Sedangkan dalam hal lain, perempuan mungkin dapat lebih unggul. Seperti dalam bidang keilmuan. Di mana pakar dalam bidang tertentu tidak hanya terdiri dari laki-laki, melainkan perempuan.

Oleh karenanya, meskipun perempuan tidak menunaikan shalat atau puasa sebab haid atau nifas. Bukan berarti mereka tidak dapat mengerjakan ibadah lainnya. Pertama, mendengarkan al-Quran, sebagaimana firman Allah SWT. Dan apabila dibacakan al-Quran, maka dengarkanlah baik-baik. Dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat [al-Araf (7): 204]. Dari Aisyah, ia berkata, “Rasulullah SAW meletakkan kepalanya di pangkuanku saat aku sedang haid dan ia membaca al-Quran”.[HR Ibn Majah]

Begitu pula halnya bersedekah, berzikir, bershalawat kepada Nabi, menuntut ilmu, memberi makan orang yang berpuasa, dan masih banyak ibadah lainnya. Untuk itu, kekurangan agama yang ada pada perempuan, karena tidak melaksanakan shalat sebagaimana laki-laki, dapat dipenuhi pula dengan melaksanakan ibadah-ibadah lain. Meskipun amalan lain tersebut tidak sebanding dengan shalat wajib lima waktu.

Dengan demikian, potensi akal dan agama dapat diraih, baik oleh laki-laki, maupun perempuan. Meskipun dalam beberapa kasus perempuan berbeda dengan laki-laki. Namun, hal tersebut tidak dapat dijadikan legitimasi untuk mengucilkan dan membatasi ruang gerak perempuan, atau bahkan, melakukan kekerasan terhadap mereka.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.