Islam Tidak Mengajarkan Kekerasan

KolomIslam Tidak Mengajarkan Kekerasan

Sepanjang tahun 2020, terdapat 1.178 laporan kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya, tercatat 794 kasus pada 2019 dan 837 kasus pada 2018. Padahal, Islam sebagai agama sumber nilai-nilai etika dan moral tidak membenarkan perilaku kekerasan. Apalagi, kekerasan tersebut dilakukan terhadap perempuan dan anak yang seharusnya dilindungi, bukan disakiti.

Tak pelak, perilaku kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah pihak itu tidak sesuai dengan ajaran agama, khususnya Islam, sebab kekerasan dapat menibulkan banyak kerugian bagi umat yang jauh kaitannya dari kemaslahatan. Ajaran Islam sejatinya mengandung prinsip keadilan dan kasih sayang kepada sesama manusia, baik dalam ranah publik maupun domestik.

Perlu diketahui, bahwa prinsip dasar Islam yang mutlak terkait keadilan tercantum dalam al-Quran surah al-Nahl (16): 90, Allah SWT berfirman, Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepada kalian agar kalian dapat mengambil pelajaran.

Ayat di atas menunjukkan, bahwa setiap Muslim memiliki kewajiban untuk mengedepankan al-akhlak al-karimah (akhlak terpuji), bukan al-akhlak al-sayyi’ah (akhlak tercela). Mempraktikkan kasih sayang dan keadilan, bukan kekerasan dan penganiayaan. Sa’id ibn Qatadah dalam Tafsir ibn Katsir menjelaskan, bahwa tiada suatu akhlak baik, kecuali Allah menganjurkannya dan tiada suatu akhlak yang buruk, melainkan Allah melarangnya. Satu hal yang menjadi prioritas, sesungguhnya Allah melarang akhlak yang buruk dan tercela, termasuk aksi kekerasan sebagai perilaku sewenang-wenang atau upaya pemaksaan demi tujuan tertentu.

Oleh karena itu, kekerasan dalam bentuk apapun yang dilakukan terhadap perempuan dan anak termasuk ke dalam akhlak tercela, bukan akhlak terpuji. Sebab perilaku tersebut tidak berdasarkan ilmu agama dan nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan Nabi Muhammad SAW.

Dari sahabat Abu Hurairah ra. (w. 58 H) ia berkata: Rasulullah SAW bersabda, orang yang membantu para janda dan orang-orang miskin, (pahalanya) seperti orang yang berjihad di jalan Allah atau seperti orang yang selalu berpuasa siang harinya dan selalu shalat malam pada malam harinya [HR Bukhari].

Hadis yang sarat makna ini, tidak hanya menganjurkan kaum Muslim untuk menolong orang-orang miskin dan para janda, lebih dari itu, Rasulullah SAW hendak mengajak umatnya untuk berusaha membantu orang lain yang lemah dan membutuhkan, tanpa memandang latar belakang suku, agama, dan ras mereka, yakni kebaikan (perilaku terpuji) atas dasar kemanusiaan. Termasuk berlaku adil terhadap perempuan dan anak-anak korban kekerasan.

Kasih sayang sebagai ajaran fundamental Islam, tampak jelas dalam keseharian Nabi SAW. Kepada keluarganya, beliau selalu menghargai pendapat para istrinya, menyayangi mereka, dan juga anak-anaknya. Berlaku adil terhadap istri-istrinya. Bahkan, tidak pernah sekalipun ucapan dan tindakan kasar terpancar dari dirinya.

Baca Juga  Habib Luthfi bin Yahya yang Alim dan Arif

Sedangkan kepada sesama manusia, beliau menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang berkeadilan pula. Pada masa awal Islam, ketika kerabatnya dari kalangan Quraisy menghina dan mencaci maki, beliau membalasnya dengan doa agar mereka diberi petunjuk oleh Allah ta’la.

Menariknya, pada tahun 8 Hijriyah, ketika peristiwa fathu Makkah (pembebasan Makkah) berlangsung, Rasulullah SAW bersama 10.000 pasukannya memiliki peluang besar untuk melakukan pembantaian terhadap suku Quraisy yang semula menghina dan mengancamnya. Namun, betapa besar kasih sayang Rasulullah SAW terhadap sesama manusia, sehingga penaklukkan kota Makkah justru dilakukan tanpa peperangan dan pertumpahan darah.

Oleh karenanya, tidak benar jika kita mengatakan ajaran Islam adalah ajaran kekerasan. Sebaliknya, Rasulullah SAW sebagai utusan Allah SWT dan teladan umat justru diberikan misi untuk menyempurnakan akhlak manusia, termasuk mengajarkan keadilan dan kasih sayang kepada umatnya.

Kasih sayang dan kelembutan sikap yang terpancar kepada keluarga beliau terekam dalam sejumlah hadis yang diriwayatkan banyak perawi. Salah satunya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, pernah suatu saat rasulullah mencium seorang cucunya, yaitu Hasan ibn Ali. Perilaku tersebut disaksikan oleh al-Aqra ibn Habis. Ia bekata, aku memiliki sepuluh orang anak, tetapi tak ada satu pun yang biasa kucium. Rasulullah SAW menoleh ke arahnya dan menjawab, siapa yang tidak sayang, maka tak disayang.

Secara eksplisit, Rasulullah SAW menunjukkan pula ajaran kasih sayang dalam pesannya, para pengasih dan penyayang dikasihi dan disayang oleh Allah SWT. Sayangi yang ada di bumi niscaya kalian akan dirahmati oleh Dzat yang ada di langit [HR Abu Daud dan Tirmidzi]. Konteks mengasihi dan menyayangi dalam hadis ini sesungguhnya tidak terbatas terhadap manusia saja, tetapi juga terhadap seluruh makhluk yang ada di bumi.

Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak-anak sejatinya tidak cukup dihentikan melalui hukum formal saja. Akan tetapi, diperlukan juga ajakan (dakwah) yang bukan sekadar menyuruh, tetapi juga memberikan contoh yang baik dalam keseharian. Dengan begitu, masyarakat Muslim menyadari, bahwa kekerasan tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.

Dengan demikian, Islam sebagai agama keadilan dan kasih sayang tidak membenarkan kekerasan terhadap perempuan dan anak. Sekali lagi perlu ditekankan, bahwa Islam tidak mengajarkan kekerasan dan kekeliruan pemahaman masyarakat terhadap ajaran Islam itu penting untuk diluruskan.[]

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.