Dukung Candi Borobudur sebagai Pusat Buddha Dunia

KolomDukung Candi Borobudur sebagai Pusat Buddha Dunia

Wacana Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat peribadatan umat Buddha dunia mendapat apresiasi. Pasalnya, menurut Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ide tersebut telah ada sejak lama hanya belum terlaksana (30/1). Potensi Candi Borobudur sebagai destinasi wisata dan tempat peribadatan sangat tepat. Sebab sifat kesakralannya begitu kental, baik dari sejarah, tempat, maupun filosofi arsitektur candinya.

Salah satu monumen warisan Buddha terbesar di dunia ialah Candi Borobudur yang di perkirakan berdiri sejak abad ke-8 masehi pada masa Dinasti Sailendra. Konon, candi ini dibangun secara sukarela dengan bergotong-royong demi kebaktian ajaran agama yang dibangun secara bertahap kurang lebih pada tahun 780 hingga selesai pada tahun 830 masehi. Menurut UNESCO Candi Borobudur sebagai warisan yang pernah masuk tujuh keajaiban di dunia ini patut disemarakkan kembali di pasaran global.

Inisiatif untuk menarik para wisatawan, dapat bermula dengan dijadikannya Candi Borobudur sebagai pusat tempat peribadatan Buddha di dunia. Kendati demikian, bukan berarti Candi Borobudur menjadi klaim umat Buddha, melainkan pihak pemerintah hanya sekadar memfasilitasi atau sebagai gerbang pembuka menyatukan pemeluk Buddha dari segala penjuru negeri melalui program tersebut.

Sangat etis bila Candi Borobudur dijadikan sebagai tempat sakral umat Buddha. Selama ini umat Buddha juga rutin melakukan kebaktian di Candi Borobudur, baik untuk sembahyang maupun meditasi, khususnya untuk perayaan besar Hari Waisak misalnya. Alasan lain di antaranya, seperti yang disebutkan sebelumnya yang dikutip dari situs resmi cagarbudaya.kemendikbud.go.id tujuan didirikannya Candi Borobudur tidak lain untuk kebaktian umat Buddha.

Relief yang sarat makna dan unik mengandung nilai sejarah yang penting. Setiap relief mempunyai kesan yang berbeda, baik dari kisah kelahiran Sang Budha, cerita Sudhana yang mencari ilmu, dan sebagainya. Meski relief terlihat utuh, perlu diketahui ada 30 relief, 2 patung singa, beberapa batu bentuk kala, tangga dan gerbang yang dikirim untuk raja Thailand sebagai hadiah pemerintah Hindia-Belanda pada 1986 ketika Chulalongkorn datang berkunjung ke Hindia-Belanda (kini Indonesia).

Kendati demikian, relief yang ada dalam Candi bukanlah seutuhnya cerita serial, melainkan pada setiap pigura menggambarkan cerita kausalitas atau sebab akibat. Setiap perbuatan tercela manusia akan memperoleh hukuman dan perbuatan terpuji akan mendapat pahala. Namun, secara keseluruhan rentetan relief juga mengisahkan pola manusia sejak lahir – hidup – mati (samsara) yang tak pernah berakhir.

Melalui relief dapat diketahui bagaimana Buddha tersusun sebagai ajaran yang menuju kesempurnaan. Arsitektur candi ini ditengarai didesain oleh seorang bernama Gunadharma, Konsep struktur bangunan tanpa semen, melainkan sistem interlock, yaitu seperti balok-balok dan lego yang rekat meski tanpa lem. Dengan bentuk perunden tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat merupakan bentuk arsitektur murni dari masa prasejarah Indonesia.

Baca Juga  Hakikat Perjalanan

Konon, satuan ruang geografis Borobudur terbentang seluas 8.123 Ha yang meliputi 2 provinsi, yaitu Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kabupaten di kedua provinsi tersebut yang termasuk ke dalam kawasan ini ialah Kabupaten Magelang yang terletak di Jawa Tengah serta Kabupaten Kulon Progo termasuk wilayah provinsi Yogyakarta. Lebih istimewanya lagi, Candi Borobudur menyajikan pemandangan alam yang begitu menyejukkan, karena dikelilingi oleh pegunungan. Pegunungan yang mengelilingi Candi Borobudur dari sebelah timur terdapat Gunung Merbabu, sebelah selatan terdapat Gunung Merapi, dan di sebelah barat terdapat Gunung Sindoro dan Sumbing.

Jika umat Islam memiliki Ka’bah di Mekkah untuk saling jumpa sesama umat beragama, Katholik memiliki Vatikan di Roma Italia, demikian Candi Borobudur bisa digunakan untuk bagi umat Buddha. Wacana ini tentu membutuhkan persiapan yang matang, pihak Menag harus bekerja sama dengan kementerian lainnya. Sebab Candi Borobudur ini berada ditanggung jawab Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sementara pengelolaan wisatawan akan melibatkan Kementerian Pariwisata dan Perekonomian Kreatif.

Dengan diselenggarakannya perayaan umat Buddha akan menambah sikap toleransi yang tinggi. Bangsa Indonesia ditempa agar lebih egaliter dalam memberikan ruang bagi ragam agama yang hendak melakukan perayaan kebaktian secara kondusif. Harmonisasi antar umat agama kian solid. Keadaan seperti ini akan sangat mencerminkan Indonesia sebagai negara yang keragamannya penuh keramahan. Perbedaan dalam keragaman tidak menjadikan bangsa kita tercerai-berai. Bangsa Indonesia sudah saatnya kita menjadi dewasa, mencari titik temu damai dari persoalan yang memunculkan perselisihan.

Adapun kerusakan yang pernah dialami Candi Borobudur, akibat kanker batu yang minim perawatan sehingga pemerintah Indonesia meminta bekerja sama dengan UNESCO untuk pemugaran yang terjadi pada tahun 1963. Kerusakan lain disebabkan pula oleh gesekan alas kaki pengunjung yang berpengaruh pada rapuhnya batuan candi. Maka dari itu, kiranya penjelasan tersebut dapat menjadi upaya tindakan preventif kerusakan, demi terpeliharanya estetika dan kemurnian arsitektur bangunan.

Pastikan ketika umat tengah melakukan kebaktian mesti dibuat aturan agar wisatawan tidak mengganggu, seperti pembuatan jadwal, pengadaan lokal tertentu dan antisipasi lainnya. Dilaporkan dalam buku Rapporten van den Oudheidkundige Dienst in Nederlandsch Indie (ROD) ditemukan beberapa ada beberapa Candi Hindu-Buddha di sekitar Candi Borobudur, seperti Candi Pawon, Candi Mendut, Candi Ngawen, dan Candi Samberan.

Sangat disayangkan, jika wisata religi penuh sejarah ini sekadar dikunjungi wisatawan atau untuk ritual kebaktian umat Buddha setempat. Padahal, Candi Borobudur lebih dari itu. Dengan demikian, usulan menjadikan Candi Borobudur sebagai pusat kebaktian untuk seluruh umat Buddha di dunia sangat didukung penuh. Supaya usulan tersebut bukan hanya wacana, pastikan program ini dapat ditindaklanjuti sebagaimana mestinya, yakni membangun konsep, relasi, dan membangun komunikasi masif terhadap umat Buddha secara global.

Artikel Populer
Artikel Terkait

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.